Wednesday, February 01, 2012

Berharap THR Ala The FED

Medan Bisnis, 29 Agustus 2011
Spekulasi mengenai rencana Bank Sentral AS (The FED) terkait dengan stimulus belum terjawab. Setelah Gubernur Bank Sentral AS Ben S. Bernanke menyatakan akan menunda keputusan mengenai quantitive easing jilid 3 (QE3) hingga akhir bulan september mendatang. Ini tentunya memperpanjang aksi spekulasi pelaku pasar dalam menanggapi semua kemungkinan yang akan terjadi.

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian Bank Sentral saat ini bila menjalankan stimulus. Yaitu laju inflasi yang naik setelah stimulus-stimulus terdahulu. Selain itu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang juga terus merealisasikan angka penurunan turut menambah beban lain baik pemerintahan AS.

Namun, pada perdagangan akhir minggu kemarin Bursa Dow Jones merespon positif pidato Gubernur Bank Sentral AS. Di dalam pidatonya Bernanke menyebutkan “In addition to refining our forward guidance, the Federal Reserve has a range of tools that could be used to provide additional monetary stimulus”. Dimana kita bisa menangkap bahwa The FED tengah mengupayakan additional tools guna menyelamatkan ekonomi AS.

Bernanke masih optimis dalam jangka panjang ekonomi AS akan pulih. Berbicara jangka panjang maka rentang yang bisa kita gunakan untuk prediksi tersebut yakni 3 sampai dengan 5 tahun. Nah permasalahan GDP yang kurang memuaskan akhir-akhir ini ditanggapi dengan menyatakan bahwa akan terselesaikan dalam tempo yang pendek.
Yang perlu dipahami adalah bahwa permasalahan ekonomi tidak selalu dapat diselesaikan hanya dengan stimulus. Terbukti dengan Quantitative Easing jilid 1 dan 2. Dan hasilnya stimulus tersebut tidak juga menyelesaikan masalah perekonomian AS.

Buruknya stimulus justru mengangkat harga kebutuhan meningkat.
Untuk, kepercayaan investor harus bias dikembalikan. Dengan pertumbuhan yang moderat serta dibayangi laju inflasi, maka tentunya banyak pengusaha yang mencemaskan perekonomian AS. Konsekuensinya adalah menurunnya ekspansi. Padahal masalah ketenaga kerjaan sangat bergantung dari gerak perekonomian AS di sektor riil.

Buruknya hutang AS memang menjadi akar dari semua permasalahan ekonomi AS saat ini. Sejumlah indikator ekonomi AS terus melemah, parahnya pertumbuhan PDB akhir tahun ini diprediksi turun hanya 1%. Dengan sejumlah indikator yang jelek tersebut hal ini akan memicu The Fed untuk melakukan sejumlah langkah penyelamatan nantinya.
Sehingga besar kemungkinan The Fed tidak melanjutkan QE3, menunggu hingga realisasi data perekonomian. Namun, apabila kemungkinan terburuk yang terjadi dimana sejumlah indikator terus memburuk, maka QE3 menjadi pilihan terakhir bagi The Fed. Oleh karena itu, pasar masih akan diperdagangkan dengan volatilitas yang tinggi dalam beberapa minggu kedepan.

Spekulasi yang mencuat nantinya adalah langkah The FED yang disebutkan sebagai additional tools. Dalam pidatonya tersebut Bernanke tetap optimis bahwa ekonomi AS masih akan tetap tumbuh, namun kejelasan mengenai langkah apa yang akan diambil menjadi sebuah pertanyaan besar yang berpotensi memicu spekulasi.

Terkait dengan pidato Bernanke tersebut, US Dolar terpantau melemah terhadap mata uang Yen dan Euro. Pasar masih pesimis terhadap perkembangan ekonomi AS. Selain itu, suku bunga AS diperkirakan belum akan beranjak dari levelnya saat ini. Dan diperkirakan masih akan dipertahankan dalam jangka panjang.

Stimulus AS benar-benar telah menjadi semacam THR menjelang lebaran. Bila stimulus dijalankan maka semua berkeyakinan bahwa harga saham akan naik. Semoga kita tetap bergembira di lebaran ini, meskipun pasar keuangan kita masih rentan terhadap guncangan eksternal yang terkadang menterpurukan kerja IHSG. Selamat Hari raya Idul Fitri.

No comments: