Monday, February 20, 2012

Krisis Moneter : Sebuah Penyakit Dan Komplikasinya

Medan Bisnis, 13 Februari 2012
Akhir-akhir ini Yunani kembali menjadi berita hangat terkait dengan penyelesaian hutangnya yang belum tuntas. Bagaikan makan buah simalakama, Yunani dihadapkan pada dua pilihan sulit. Pertama : Bila Yunani mau menerima Bailout (dana talangan), maka Yunani harus bisa memangkas anggaran termasuk anggaran untuk pembayaran pensiun dan anggaran gaji Pegawai Negeri Sipil Yunani.

Bila mengacu pada kondisi tersebut. Digambarakan bahwa Yunani harus merumahkan (PHK) Pegawai Negeri Sipilnya. Yunani menyepakati akan memberhentikan 15.000 tenaga kerja sektor publik serta mengurangi upah minimum sebesar 22%. Persyaratan tersebut akan meloloskan dana talangan baru bagi Yunani sebesar 130 Milyar bila Yunani menyepakatinya.

Bayangkan saja dampak negatif dari rencana pemerintah tersebut. Tentunya para buruh merasa dirugikan. Demonstrasi pastinya tidak terelakan, kerawanan sosial merupakan buntut dari setiap langkah pemerintah yang tidak populis tersebut.

Pilihan Kedua : Yunani tidak menerima Bailout atau bahkan keluar dari Euro. Bila kita analisa lebih dalam, seandainya Yunani benar-benar memilih pilihan yang kedua. Maka kemungkinannya adalah sebagai berikut. Bila tidak menerima bailout Yunani tidak harus mengikuti persyaratan yang di bebankan oleh Negara kreditur.

Sehingga Yunani tidak harus mem-PHK atau mengurangi upah minimum yang banyak ditentang oleh masyarakatnya. Dengan harapan tidak ada kerawanan sosial yang bisa merusak sendi-sendi perekonomian disisi lain. Namun : mungkinkah pilihan kedua tersebut dapat menyelesaikan permasalahan Yunani saat ini?.

Jawabannya sangat tidak mungkin. Yunani bukanlah Negara dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung Ekonomi Yunani. Sehingga alternatif kedua jelas tetap tidak akan menyelesaikan permasalahan Yunani dalam jangka panjang.

Krisis dan pengangguran akan tetap menjadi masalah serius bagi Yunani bila memilih pilihan yang kedua sekalipun. Kerawanan sosial tetap akan menjadi ancaman kedepan walaupun tidak secepat bila Yunani mengikuti aturan main dalam mendapatkan dana talangan yang ditawarkan oleh Negara anggota Eropa lainnya.

Sehingga, pilihan Yunani menerima dana talangan saat ini merupakan pilihan yang lebih baik dari semua pilihan buruk lainnya. Demonstrasi, Meningkatnya tindak kejahatan, menurunnya standar hidup, berkurangnya daya beli hingga eksodus penduduk ke luar negeri untuk mencari sumber penghasilan baru akan menjadi bagian yang tidak dapat terelakkan bagi yunani dalam waktu dekat ini.

Tuntutan para demonstran agar tidak ada pemotongan gaji, dan PHK atau slogan lain yang bernada tetap optimis hanya akan menjadi pepesan kosong belaka. Pemerintah harus lebih rasional, memilih atau tidak memilih dana talangan, cepat atau lambat aksi serupa akan tetap berpotensi terjadi karena pada dasarnya sulit mengharapkan penyelesaian krisis terjadi semudah membalikan telapak tangan.

Tidak ada satupun Negara di Dunia ini yang kebal terhadap hantaman krisis. Sejumlah langkah seperti pengetatan anggaran, dana talangan yang lebih besar dan melakukan reformasi struktural atau melakukan kebijakan fiskal yang sejalan diantara Negara Uni Eropa bukanlah merupakan suatu jaminan penyelesaian krisis.

Krisis yang terjadi saat ini bagaikan penyakit serius yang telah menghinggapi seorang manusia, sehingga sudah tidak ada waktu untuk mencegahnya, yang ada adalah bagaimana mengobatinya. Langkah-langkah di atas seharusnya menjadi langkah yang diterapkan untuk mencegah Eropa sebelum di terpa krisis bukan seperti yang terjadi saat ini. Namun, langkah-langkah tersebut juga tidak akan terpikirkan kalau tidak mengalami krisis seperti yang terjadi saat ini. Setidaknya tidak ada kata terlambat dan tidak berbuat apa-apa.

No comments: