Wednesday, February 01, 2012

Langkah Sulit Menuju Stimulus

Medan Bisnis, 12 September 2011
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menyusun sejumlah langkah untuk mengurangi angka pengangguran di negaranya melalui rencana pengucuran dana stimulus senilai 300 juta dollar AS. Namun rencana pemeberian stimulus tersebut tidak semudah seperti yang diharapkan banyak pelaku pasar.

Sebelumnya terkait dengan rencana Presiden Obama tersebut pasar merespon positif. Namun akhir-akhir ini kongres AS yang lebih banyak dihuni oleh anggota dewan dari partai oposisi menjadi penghalang bagi AS terkait dengan stimulus yang akan dijalankan. Kongres AS justru memberikan gagasan lain yang akhirnya menjadi sentimen negatif bagi pasar.

Program Obama mencakup insentif pajak untuk bisnis, infrastruktur, tunjangan bagi pekerja yang di-PHK, dan kelanjutan payroll-tax untuk pekerja kelas menengah. Stimulus itu rencananya akan dijalankan pada tahun 2012 mendatang yang difokuskan pada pemotongan pajak dan anggaran belanja negara tahun 2012, dengan tujuan agar terciptanya lapangan kerja dan dapat mendorong pemulihan ekonomi AS.

Para pekerja AS tentunya sangat senang dengan adanya pemotongan pajak. Obama benar-benar menyadari bahwa daya beli masyarakat AS harus ditingkatkan. Selain itu, beban defisit anggaran Negara juga diperkirakan akan bertambah bila Obama rencana Obama disetujui. Namun, tidak ada yang mampu menjamin bahwa stimulus tersebut mampu mengeluarkan AS dari krisis.

Obama akhir-akhir ini sangat terfokus pada program jangka pendek. Spekulasi bisa saja muncul diantaranya adalah semakin dekatnya pemilihan presiden AS tahun 2012 mendatang. Sehingga Obama harus membuat strategi jitu guna keluar dari krisis dengan mengeluarkan kebijakan yang dinilai efektif dalam jangka pendek. Selain itu obama harus juga dituntut untuk bisa mengembalikan tingkat kepercayaan masyarakat AS yang akhir-akhir ini turun pamornya.

Mengapa Obama begitu terfokus pada daya beli masyarakat. Karena perekonomian AS selama ini dibangun dari konsumsi domestik. Dan pemotongan pajak tentunya akan mendongkrak daya beli masyarakat AS dan nantinya akan berdampak pada meningkatnya tingkat konsumsi. Selain itu, daya beli masyarakat AS juga menurun seiring dengan tingginya angka pengangguran.

Isu pengangguran akan menjadi bola panas yang siap untuk menjatuhkan kredibilitas Obama. Kongres yang tidak menyetujui langkah Obama akan memperburuk langkah Obama dalam memuluskan rencananya tersebut. Besar kemungkinan program stimulus 300 juta dolar AS mampu memicu daya beli masyarakat. Namun, pihak oposisi tentunya mengetahui bahwa efektifitas dari rencana Obama tersebut tidak akan berlangsung dalam jangka panjang.

Sehingga secara politis langkah Obama dalam menggelontorkan stimulus di tahun 2012 mendatang merupakan langkah cepat guna mendongkrak reputasi Obama yang terpuruk akhir-akhir ini. Sehingga sebisa mungkin partai Republik akan bersebrangan dengan langkah obama tersebut. Bukan mustahil bila rencana Obama sebenarnya sangat mujarab mendongkrak konsumsi masyarakat AS dalam jangka pendek.

Untuk bisa memenangi pemilihan Presiden pada November 2012 mendatang, Obama harus mampu menurunkan angka pengangguran yang sekarang di kisaran 9.1 persen. Sebelumnya, pemerintah Obama juga berharap ekonomi AS tahun depan bisa tumbuh 2,6 persen sampai 3,3 persen dan 4,0 persen pada 2014. Semoga bukan hanya sekedar harapan.

No comments: