Wednesday, February 01, 2012

Tidak Ada Badai Yang Tak Usai

Medan Bisnis, 8 Agustus 2011
Indeks harga Saham Gabungan mengakhiri perdagangan minggu kemarin dengan ditutup turun hampir 5%. Terkoreksinya IHSG tidak terlepas dari terpuruknya kinerja indeks bursa Amerika yang turut menyeret sejumlah bursa dunia. Data ketenaga kerjaan AS yang sedianya dirilis pada jumat malam waktu Indonesia atau jumat pagi waktu Amerika di tenggarai menjadi pemicu terkoreksinya Indeks harga saham dunia.

Padahal sebelumnya AS telah menyetujui penambahan limit utang sebesar $2,1 Triliun. Akan tetapi, pelaku pasar telah memperhitungkan bahwa kenaikan plafon utang hanya akan berdampak sementara saja guna menghindari AS dari default. Namun, fundamental ekonomi AS dalam jangka menengah masih akan berada dalam titik nadir dimana indikator ekonomi AS masih akan menjadi fokus pasar kedepan, yang hingga hari ini banyak pelaku pasar yang pesimis.

Pesimisme terhadap perkembangan ekonomi AS juga sedang menjangkiti lembaga pemerintah internasional sekelas S&P maupun Moody’s. Dan kedepan tidak menutup kemungkinan AS akan kehilangan rating kredit AAA yang saat masih dimilikinya. Karena, beberapa lembaga pemeringkat utang dunia berencana untuk menurunkan rating kredit AS menjadi AA.

Dan pelaku pasar telah mengantisipasi semua kemungkinan jelek yang akan terjadi. Antisipasi pasar tersebut dapat dilihat dengan aksi jual secara masif terhadap indeks bursa saham AS. Akan tetapi, dampak negatifnya dapat dirasakan hingga ke pasar keuangan global termasuk Indonesia. Bahkan investor Asing melakukan posisi jual bersih lebih dari Rp. 1.2 triliun rupiah pada perdangangan akhir minggu kemarin.

Banyak pelaku pasar yang masih optimis bahwa terkoreksinya IHSG merupakan dampak psikologi pasar yang diyakini tidak akan berlangsung lama. Selain itu, IHSG telah naik cukup signifikan dalam tempo perdagangan sebulan sebelumnya. Sehingga masih sangat wajar bila IHSG terkoreksi, dan penurunan IHSG yang mencapai hampir 5% pada perdagangan akhir minggu kemarin merupakan koreksi yang diakibatkan kepanikan investor terhadap kinerja indeks bursa global yang turun signifikan.

Bila melihat kinerja nilai tukar Rupiah akhir-akhir ini, belum muncul tanda-tanda adanya pembalikan modal (reversal). Bahkan telah terjadi likuiditas yang masuk secara besar-besaran ke Indonesia sehingga Bank Indonesia perlu menyikapi penguatan nilai tukar tersebut dengan melakukan serangkaian kebijakan pengamanan, atau biasa dikenal dengan istilah intervensi.

Alasan tidak perluanya ada kekhawatiran yang lain datang dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bergerak naik. PDB Indonesia naik 6.4% dari tahun sebelumnya sehingga seharusnya dapat dijadikan sebagai indikator bahwa ekonomi kita masih berjalan pada jalur yang benar (on the right track).

Nilai tambah lainnya bagi kita adalah rating utang Indonesia yang satu level di bawah investment grade. Dan dalam waktu dekat nanti level utang tersebut akan dinaikan oleh lembaga pemeringkat internasional. Dan bukan suatu hal yang berlebihan bila pasar nantinya akan memberikan apresiasi dan membentuk semacam euphoria di pasar keuangan kita.

Yang perlu diperhatikan pemerintah Indonesia kedepan adalah dengan tetap menjaga indikator ekonomi makro kita tetap bagus. Inflasi harus bisa dikendalikan meskipun terdapat seasonal inflation seiring dengan bulan ramadhan, idul fitri dan natal yang akan berlangsung menjelang akhir tahun ini.

Sebelumnya ada beberapa rencana pemerintah yang dapat membuyarkan ekspektasi pencapaian inflasi 5% plus minus 1, yaitu rencana kenaikan atau pembatasan subsidi BBM dalam negeri. Akan tetapi bila melihat kinerja harga minyak mentah dunia yang akhir-akhir ini melemah seiring dengan memburuknya ekspektasi pertumbuhan ekonomi di Amerika dan Eropa, maka tentunya kita yakin pemerintah akan dengan mudah mencapai target tersebut.

Dan kemungkinan akan adanya capital inflow yang diperkirakan terus mengalir ke negeri ini nantinya akan menggairahkan pasar keuangan kita. Intinya kita akan tetap optimis, meskipun perlu diwaspadai bahwa derasnya capital yang masuk ke negeri ini tidak ubahnya bagai dua sisi mata pisau.

No comments: