Wednesday, January 10, 2007

Faktor Negatif Eksternal Masih Membayangi IHSG

Medan Bisnis, 08 Januari 2007
Setelah sempat didera oleh kebijakan Bank Sentral Thailand yang sebelumnya mengunci 30% dana yang masuk ke pasar finansialnya, Rupiah dan IHSG selanjutnya akan sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal lain terkait isu nuklir Iran yang notabene akan mempengaruhi pergerakan harga minyak dunia.

Sejauh ini, baik Rupiah dan IHSG masih bergerak dengan kecenderungan menguat di awal tahun. Ekspektasi membaiknya laju pertumbuhan ekonomi di tahun 2007 serta stabilnya laju tekanan inflasi yang diiringi dengan tren penurunan suku bunga, menjadi fondasi awal yang kokoh bagi pasar finansial Indonesia kedepan.

Terlepas dari fundamental dalam negeri, ancaman dari luar masih akan membayangi pasar finansial Indonesia. Serangkaian teror bom di Thailand membuat indeks bursa di Thailand dan IHSG terpuruk, walaupun sejumlah indeks bursa Asia lainnya seperti Nikkei dan Hangseng justru menguat.

Sejauh ini, kondisi keamanan di Thailand menunjukan suatu keadaan yang kondusif. Namun, belum ada yang tahu pasti apakah kekerasan di negeri “Gajah Putih” tersebut tidak akan terulang lagi. Terlebih, perpindahan kekuasaan baru-baru ini di Thailand merupakan buah hasil dari aksi kudeta yang berpotensi memunculkan separatis anti pemerintahan Thailand saat ini.

Sangat mungkin gejolak yang terjadi di Thailand masih akan terulang. Hal tersebut berpeluang menciptakan iklim perdagangan yang buruk bagi pasar finansial di kawasan ASEAN. Kejadian di Thailand sejatinya dapat menjadi pelajaran bagi negara lain, untuk tetap mewaspadai aliran dana jangka pendek yang hingga saat ini juga masih mengalir ke Indonesia.

Beralih ke faktor lainnya yang juga sangat berpengaruh, yakni harga minyak dunia. Saat ini, kita bisa tersenyum dengan pergerakan harga minyak yang masih stabil dalam beberapa bulan terakhir. Namun, kita juga harus siap mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga minyak dunia di tahun 2007 ini.

Hingga saat ini, harga minyak dunia menunjukan tren melemah di kisaran level $55/barel. Pasalnya, sebuah data dari Amerika yang sekaligus merupakan negara dengan konsumsi minyak paling besar didunia, memiliki cadangan minyak yang meningkat dalam seminggu terakhir.

Tercatat pada hari kamis (04/01) cadangan minyak Amerika meningkat 2 juta barel dibandingkan hari yang sama minggu sebelumnya. Bahkan saat ini, stok bahan bakar bensin di Amerika lebih tinggi 1.5 juta barel dari Proyeksi Analis sebelumnya.

Melemahnya harga minyak tidak terlepas dari perubahan musim di Amerika. Namun, penurunan tersebut diperkirakan bersifat musiman. Spekulasi lain menyebutkan bahwa sejumlah manager hedge fund kembali mengurangi porsi kepemilikan minyak dalam investasinya, seiring dengan harga minyak dunia yang tak kunjung mengalami kenaikan.

Masalah yang paling nyata adalah langkah negara anggota OPEC yang akan mengurangi produksi minyaknya sebesar 500 ribu barel/hari terhitung mulai 1 Februari mendatang. Tekanan lain muncul dari Iran yang menolak resolusi dewan keamanan PBB terkait dengan program nuklir negara tersebut.

Iran merupakan negara penghasil minyak terbesar kedua di dunia. Sehingga, harga minyak dunia juga sangat ditentukan oleh perkembangan politik di Iran. Apabila Iran masih berada dibawah tekanan PBB, maka bisa diprediksikan Iran dapat membuat kebijakan dengan melakukan kontrol minyak (produksi/distribusi) yang lebih ketat terhadap negara yang dianggap sebagai musuh oleh Iran.

Terkait dengan hal tersebut, tentunya potensi kenaikan harga minyak dunia akan lebih besar lagi. Bahkan, banyak analis yang memperkirakan harga minyak masih berpotensi menembus angka $70/barel dalam tahun ini.

Kenaikan harga minyak tersebut nantinya akan memberikan tekanan terhadap pergerakan Indeks maupun Rupiah. Sejauh ini, pasar masih optimis bahwa IHSG masih akan bergeliat seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat.

Apabila mengandalkan faktor ekonomis dalam negeri, maka Rupiah dan IHSG sudah saatnya untuk kembali bangkit. Walaupun besarnya Inflasi tahun 2006 masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi, yang menunjukan bahwa daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih. Namun demikian, bayang-bayang hitam dari luar negeri masih kerap meruntuhkan pasar dalam negeri walaupun terkadang hanya sesaat.

No comments: