Tuesday, January 31, 2012

Nilai Tukar, Komoditas, Suku Bunga Dan Bursa Saham

Medan Bisnis, 13 Juni 2011
Mata Uang US Dolar diperdagangkan menguat akhir pekan kemarin. US Dolar menguat terhadap hampir semua mata uang utama dunia seperti Euro, Aussie, dan Poundsterling. US Dolar kembali diburu seiring dengan memburuknya kondisi perekonomian di beberapa Negara besar termasuk Amerika Serikat itu sendiri. Hanya karena pelaku pasar masih menganggap US Dolar sebagai safe¬-heaven currency sehingga disaat kondisi ekonomi di banyak Negara memburuk, US Dolar menjadi mata uang yang paling aman untuk dipegang.

US Dollar seakan-akan menjadi primadona di saat pasar mengkhawatirkan penyelesain masalah hutang Yunani, walaupun Bank sentral Eropa telah mengeluarkan pernyataan yang optimis akan pemulihan ekonomi di zona eropa itu sendiri. Memburuknya kinerja mata uang Euro juga dipicu oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi zona eropa serta merupakan bentuk antisipasi kemungkinan dinaikannya suku bunga di zona eropa bulan depan.

Poundsterling yang melemah diakibatkan oleh kontraksi perekonomian di Inggris. Data sektor manufaktur dan Industri yang merealisasikan data lebih buruk dari ekspektasi sebelumnya. Data tersebut menutup peluang bagi kemungkinan dinaikkannya suku bunga di Inggris. Sementara itu, Mata uang Australia atau aussie diperdagangkan turun seiring dengan terkoreksinya harga komoditas emas dunia seiring dengan penguatan mata uang US$.

Walau demikian, pelemahan pada harga komoditas emas diperkirakan tidak akan berlangsung lama. Emas menjadi alternatif investasi ditengah memburuknya krisis hutang di zona-euro serta melambatnya ekspektasi laju pertumbuhan ekonomi dunia. Seperti halnya dengan emas, harga komoditas minyak juga mengelami penurunan setelah China melaporkan data perdagangan yang mengecewakan. Hal tersebut diterjemahkan sebagai sinyal memburuknya laju pertumbuhan ekonomi dunia. Mengingat China sebagai penggerak perekonomian dunia setelah terpuruknya ekonomi AS dan Eropa.

Harga minyak kedepan lebih ditentukan oleh permintaan minyak dari AS. Karena AS merupakan Negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia, sehingga permintaan minyaknya mampu menjadi acuan pasar dalam memprediksi harga minyak itu sendiri. Terpisah dari Negara-negara besar yang tengah berupaya untuk menggenjot pertumbuhannya, ekonomi di Negara-negara berkembang justru tengah berperang melawan laju inflasi.

India dan China merupakan Negara yang sangat agresif menaikan suku bunga guna memerangi inflasi belakangan ini. Sementara itu, korea selatan juga menaikan suku bunganya. Tren kenaikan suku bunga ternyata tidak hanya dilakukan oleh sejumlah Negara berkembang. Bank sentral eropa (ECB) melalui gubernurnya juga mengingatkan pentingnya kebijakan uang ketat. Dimana suku bunga ECB diperkirakan akan dinaikkan awal bulan depan. Tren kenaikan suku bunga juga terjadi di Negara Rusia dan Brazil.

Terlihat Negara mana yang paling berperan setelah perekonomian AS dan Eropa terkontraksi sejak tahun 2008 silam. Negara berkembang mengambil alih pertumbuhan ekonomi dunia meskipun dapat dikatakan masih sangat rentan. Namun, akhir-akhir ini indeks bursa di sejumlah Negara di Asia terkoreksi seiring dengan memburuknya data ekonomi di beberapa Negara besar.

Indeks bursa saham yang turun dipengaruhi oleh sejumlah indikator fundamental yang jelek akhir-akhir ini. Tekanan jual terus saja terjadi walaupun ekonomi kita sebenarnya memiliki fundamental yang lebih baik. Seperti pada artikel sebelumnya dimana belum ada terlihat sentiment positif dalam waktu dekat ini.

Bila fundamental tidak lagi bersahabat dengan pelaku pasar. Maka volatilitas di bursa saham akan cenderung liar dengan pola pergerakan harga yang membentuk tren turun. Walau demikian, faktor psikologi pasar akan mengambil peranan penting dalam perubahan harga saham. Seperti menentukan dimana harga saham telah menemui titik terendah atau tertingginya. Ini biasa disebut dengan analisa teknikal. Analisa tersebut memang efektif untuk bertransaksi dalam jangka pendek, namun tren jangka panjang tetap ditentukan oleh faktor fundamentalnya.

Belum Ada Sentimen Positif Di Lantai Bursa

Medan Bisnis, 6 Juni 2011
Amerika masih diselimuti berita buruk setelah dirilisnya data ekonomi AS yang dilaporkan sangat mengecewakan. Meskipun data Non Farm Payroll naik sebanyak 54,000 di bulan Mei. Hanya saja kenaikan tersebut tergolong sangat kecil. Bahkan kenaikan tersebut merupakan kenaikan yang paling kecil sejak September 2010. Data tenaga kerja pemerintah yang mengecewakan ini mengindiksikan tanda-tanda melambatnya perekonomian.

Ekonomi Amerika juga terpukul oleh melambatnya sektor manufaktur. Kondisi ekonomi Negara-negara besar akhir-akhir ini sangat mengecewakan. Lihat saja pelemahan ekonomi China dan krisis hutang Eropa, maka kondisi tersebut akan menambah buruk bagi kinerja indeks bursa saham.

Hanya saja eropa mendapat sentiment baik akhir-akhir ini. Diantaranya kemungkinan Yunani akan mendapatkan Bailout yang kedua guna mengakhiri krisis yang berkepanjangan. Meski demikian Uni Eropa, ECB, dan IMF tetap akan melakukan pemeriksaan terhadap implementasi bailout €110 milyar tahun lalu. Seiring dengan rencana Perdana Menteri George Papandreou yang akan bertemu dengan Jean-Claude Juncker, ketua kelompok menteri keuangan zona-euro, untuk menyampaikan rencana anggaran jangka menengah.

Sentimen positif tersebut telah membuat Euro menguat terhadap US Dollar. Setelah Yunani dikabarkan bahwa inspeksi Uni Eropa dan IMF terhadap Yunani berakhir positif. Sehingga pasar optimis adanya kemungkinan bailout kedua untuk Yunani, meski belum ada komentar terkait bailout tersebut oleh kementerian keuangan yunai. Meski demikian secara keseluruhan ancaman akan buruknya ekonomi eropa terhadap bursa saham masih harus diwaspadai.

Terkait dengan kondisi ekonomi Amerika yang masih terpuruk. Berkembang spekulasi bahwa kemungkinan AS akan terus melanjutkan program quantitatif easing (pelonggaran kuantitatif), menyusul memburuknya perekonomian AS akhir-akhir ini. Banyak pengamat yang melihat kemungkinan adanya Quantitative Easing jilid III.

Yang menjadi pertimbangan tingginya laju inflasi dan angka pengangguran. Dua hal tersebut yang akan menjadi focus perhatian para pengambil kebijakan di Bank Sentral AS (The FED). Dalam artikel sebelumnya saat kuantitatif easing jilid yang sebelumnya di umumkan, penulis menyebutkan bahwa kemungkinan bursa amerika akan menguat. Walaupun saat ini terbukti bahwa program pemerintah AS untuk menghindari kenaikan suku bunga dengan membeli obligasi senilai $600 Milyar tidak berhasil.

Sehingga pasar saat ini skeptis bila kemungkinan quantitative easing akan berhasil kedepannya. Sehingga kemungkinan skenario saat ini yang akan diambil oleh the Fed adalah membiarkan pelonggaran kuantitatif usai sesuai rencana. Sambil melihat kemungkinan indikator ekonomi AS. Dan bila ternyata data ekonomi AS tidak menunjukan adanya pemulihan maka ada kemungkinan AS akan melanjutkan program tersebut.

Melihat perkembangan ekonomi Negara-negara besar yang tidak bersahabat ini. Besar kemungkinan Indeks bursa masih akan berfluktuasi secara liar dengan kecenderungan turun. Walaupun banyak uang yang masuk ke negara-negara berkembang yang diperkirakan senilai $1 Trilyun termasuk ke Indonesia.

Namun, dana tersebut hanya merupakan uang panas yang akan menambah pasar keuangan di Negara emerging market seolah-olah menarik. Meski demikian uang panas tersebut hanya akan menambah beban dan membuat pasar keuangan kita semakin rapuh.

Rating Utang Yunani Turun, Indeks Global Ikut Turun

Medan Bisnis, 30 Mei 2011
Lembaga pemerintkat utang internasional Fitch Rating menurunkan peringkat hutang Yunani. Penurunan tingkat utang tersebut akan diperkirakan masih akan terus berlanjut bila Uni Eropa dan IMF (International Monetery Fund) tidak membantu yunani menyelesaikan krisis hutang di negara itu.

Setahun yang lalu Uni Eropa dan IMF telah melakukan bailout ke Yunani. Namun hingga hari ini perjuangan Yunani keluar dari krisis belum terselesaikan juga. Yunani justru menghadapi pendapatan masyarakatnya yang lemah serta resesi yang cukup dalam. Spekulasi bermunculan seperti kemungkinan Yunani yang akan merestrukturisasi untuk keluar dari kondisi fiscal yang kacau.

Yunani menghadapi skala tantangan yang signifikan dalam melakukan reformasi fiskal dan struktural radikal yang diperlukan untuk menjamin solvabilitas Yunani serta guna menyokong proses pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Rating utang yunani diturunkan menjadi B+ dengan outlook negative. Dan peringkat kemungkinan besar akan diturunkan lagi bila tidak didukung oleh pendanaan penuh dan kredibel dari program Uni Eropa / IMF. Ancaman selanjutnya yaitu peringkat berpeluang turun ke level 'CCC' yang menunjukkan bahwa default hutang Yunani sangat mungkin terjadi.

Dalam artikel sebelumnya penulis pernah mengkhawatirkan bahwa proses pemulihan ekonomi di Eropa masih akan terlihat dalam 2 tahun kedepan. Sementara itu, dampak dari turunnya kredit utang diyunani melanda sejumlah indeks bursa di Asia. Indeks Nikkei anjlok ke level terendah dalam lima minggu terakhir, di tengah mencuatnya keresahan soal krisis utang Eropa menyusul serangkaian berita negatif.

Bursa juga terpuruk setelah Italia juga diturunkan rating utangnya. Selain itu, tertundanya bantuan finansial untuk Yunani dari Norwegia, memicu pelepasan aset berisiko termasuk saham. Penurunan Indeks juga dipicu oleh aksi jual saham yang dilakukan hedge fund. Indeks di Asia masih berpeluang turun, menyusul mencuatnya kembali kekhawatiran krisis utang di Eropa. Ditambah lagi kecemasan pasar terhadap penurunan sektor manufaktur global.

Sementara itu, Indeks Hang Seng mengalami kejatuhan terbesar dalam dua bulan terakhir sebelumnya, karena kecemasan mengenai krisis utang Eropa. Indeks juga jatuh karena data manufaktur China yang mengindikasikan ekonomi terbesar kedua dunia itu melambat.

Tak bisa dipungkiri lagi, permasalahan krisis utang Eropa yang tidak kunjung mereda masih menjadi ancaman bagi bursa global. Kondisi membuat penurunan indeks itu ke level terendah dalam 10 bulan terakhir meningkatkan kecemasan soal perlambatan ekonomi China. Sehingga diperkirakan Indeks bursa global akan bergerak dengan volatilitas yang cukup tinggi.

Sementara itu IHSG masih ditopang dengan fundamental ekonomi Indonesia yang cukup solid. Meski demikian IHSG tetap berpeluang turun jika kondisi bursa global juga mengalami penurunan yang serupa. pergerakan indeks masih akan dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas dan data makroekonomi AS.
Sementara itu mengenai perdagangan pekan depan, pergerakan IHSG akan diwarnai oleh dirilisnya pengumuman angka inflasi pada bulan Mei oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Data inflasi bisa menjadi pemicu membaiknya kinerja IHSG jika inflasi relatif sesuai denngan ekspektasi pasar.

Untuk meminimalisir kemungkinan turunnya indeks bursa global. Ada baiknya investor memilih saham-saham sektor batubara yang secara fundamental diperkirakan masih akan memberikan kinerja yang cukup baik. Selain itu ada juga saham sektor konsumer yang masih memiliki prospek cerah kedepan nantinya.

Moratorium Hutan Dan Harga Saham

Medan Bisnis,23 Mei 2011
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya menandatangani Instruksi Presiden No 10/2011 tentang penundaan perizinan baru bagi Hutan Alam Primer dan Gambut serta Penyempurnaan Tata Kelola Hutan dan Gambut. Dan pada hari yang sama Presiden juga menandatangani Perpres Nomor 28/2011 tentang penggunaan Kawasan Lindung Hutan Bawah.

Tujuan dari diterbitkannya Inpres tersebut adalah menyeimbangkan dan menyelaraskan pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan, serta berupaya menurunkan emisi gas rumah kaca melalui penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.
Namun, Perusahaan-perusahaan sawit besar yang terhimpun dalam Gabungan Pengusaha

Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprotes Instruksi Presiden (Inpres) No 10 Tahun 2011. Dan Gapki mendesak presiden agar melakukan penundaan terhadap keputusan. Terlepas dari itu semua, kebhijakan Presiden RI tersebut memiliki dampak positif terhadap harga saham di bursa, khususnya saham-saham sektor perkebunan.

Tren permintaan akan CPO (Crude Palm oil) yang terus bertambah diyakini akan membuat harga CPO itu sendiri mengalami kenaikan, Terlebih bila diringi dengan ekspektasi produksi yang cenderung turun. Namun Emiten yang masih akan melakukan ekspansi namun memiliki keterbatasan seperti lahan yang belum ditanami kelapa sawit dan belum memiliki izin untuk penggunaan lahan akan membebani Industrinya sendiri, dan berpeluang menekan harga saham emiten tersebut.

Namun, bagi emiten yang memiliki lahan luas dan telah memiliki izin, moratorium tersebut diperkirakan tidak akan berdampak terhadap kinerja emiten. Oleh karena itu, harga saham yang menghasilkan CPO berpeluang untuk naik dalam bulan ini. Tren permintaan dari China dan India yang terus naik akan berpengaruh pada peningkatan harga saham emiten sawit.

Selain itu, Sentimen dari Inpres No 28/2011 itu akan memberikan dampak psikologis bagi para pelaku pasar. Tentunya pelaku pasar akan tergerak untuk mengoleksi saham-saham berbasis CPO karena tren permintaan tidak diiringi dengan ekspektasi produksi yang meningkat dalam jangka panjang, sehingga harganya berpeluang naik.

Padahal sebelumnya banyak analis yang memperediksi bahwa harga CPO berpeluang turun menjelang semester II ini, seiring dengan meningkatnya produksi serta tingginya produksi minyak kedelai di Amerika Selatan, dan turunnya impor minyak kedelai dari India. Akan tetapi harga CPO yang diasumsikan sebesar US$ 925/ton (CIF Rotterdam) untuk tahun ini diperkirakan akan masih akan berubah dengan kecenderungan naik.

Namun perlu juga diwaspadai bila ada emiten yang memiliki kebun sawit yang masa produksinya segara berakhir atau tua. Terlebih jika masa panennya hanya tinggal 3-5 tahun lagi, tentunya ini akan menjadi masalah khusus bagi emiten secara fundamental. Dan semakin lama harga lahan sawit tentunya akan semakin mahal yang nantinya juga akan menambah biaya bagi perusahaan sawit dalam melakukan ekspansinya.

Di kuartal 1 tahun 2011 ini memang perusahaan sawit banyak yang diuntungkan dari kenaikan harga CPO. Dimana harga CPO naik 54% dalam kurun waktu setahun atau rata-rata di harga $1.238/ton. Akan tetapi untuk mengantisipasi dampak negative dari moratorium, maka investor disarankan untuk memperhatikan saham emiten PT. BW Plantation Tbk.

Untuk tahun 2011 ini, produksi minyak sawit dunia diperkirakan masih akan meningkat tajam sebesar 3,0 juta ton hingga 48,6 juta ton (dibandingkan pertumbuhan di tahun 2010 sebesar 0,5 juta ton). Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang membaik di sebagian besar wilayah negara penghasil CPO.

PT.BWPT (BW Plantation) merupakan perkebunan yang memiliki kinerja solid, oleh karena margin keuntungannya lebih tinggi dari industri dan sebagai produsen CPO. Selain itu PT BW Plantaion juga memiliki biaya produksi yang sangat rendah.

BBM Dibatasi Atau Harganya Naik, Inflasi Pasti Naik

Medan Bisnis, 16 Mei 2011
Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate), walaupun dalam dua bulan sebelumnya telah terjadi deflasi. Kekhawatiran akan tingginya inflasi di masa yang akan datang menjadi pertimbangan BI dalam menentukan arah kebijakan suku bunganya. Salah satunya terkait dengan keputusan pemerintah terhadap harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Inflasi memang masih menjadi fokus perhatian bukan hanya di Indonesia, tetapi dua Negara besar China dan Amerika juga mengalamai hal yang serupa, meskipun kedua Negara tersebut memiliki kepetingan yang berbeda terhadap pengendalian inflasi.

Di Indonesia, masalah subsidi BBM menjadi polemik yang belum terselesaikan oleh para pembuat kebijakan di negeri ini. Berita yang berkembang dimana dua kementerian bersebrangan dimana yang satu ingin subsidi dicabut dan yang lain sebaliknya. Semakin berlarut masalah tersebut tak terselesaikan maka semakin besar peluang inflasi bergerak liar.

Dua kementerian yang dimaksud adalah antara Menteri perekonomian Hatta Rajasa yang tidak ingin mencabut subsidi dan Menteri Keuangan Agus Martowardojo yang ingin mencabut subsidi. BBM benar-benar menjadi bahan yang sering diperbincangkan tatkala harga melonjak signifikan pasca kerusuhan di Libya.

Belum ada skema kebijakan yang pas untuk mengatasi masalah BBM itu sendiri. Selain dikarenakan Indonesia tidak dapat terhindar dari fluktuasi harga minyak. Hal yang paling mungkin dilakukan adalah dengan mempersiapkan cadangan devisa agar mampu mengintervensi nilai tukar Rupiah guna mengimbangi fluktuasi harga minyak yang saat ini memiliki tren naik.

Memang akan sangat berbeda bila kita mampu mengekspor minyak dan tidak tergantung dengan minyak dari Negara lain. Tapi itu cerita dulu, saat ini pemerintah harus lebih transparan kepada masyarakat di saat minyak terus menjulang tinggi dan menggerogoti APBN kita. Rasionalisasi diperlukan guna menyelamatkan APBN yang berpeluang jebol.

Menghindari laju tekanan inflasi merupakan tindakan yang sulit dilakukan nantinya. Sehebat apapun Negara kita merumuskan formula kebijakan, inflasi akan tetap datang karena memang BBM merupakan sumber energi yang dibutuhkan semua lapisan masyarakat. Cepat atau lambat Inflasi akan menjadi masalah pokok dan berpotensi menggerus daya beli masyarakat.

Tidak ada pilihan lain untuk menghindarinya, masalah inflasi yang paling mendasar saat ini adalah Inflasi dipicu oleh kenaikan harga dunia karena krisis di timur tengah, serta diiringi dengan laju pertumbuhan ekonomi China yang sangat fantastis, serta Amerika Serikat yang memberlakukan kebijakan bunga rendah agar mendorong masyarakatnya untuk lebih meningkatkan belanja / spending.

Depertemen Tenaga Kerja AS mengatakan Indeks Harga Konsumen (Index Consumers Price/ICP) bulan April 0,4% dari 0,5% pada bulan Maret. Sementara itu di China, tingkat inflasi lebih dari 5%. Tingginya tingkat inflasi tersebut merupakan dampak dari laju pertumbuhan ekonomi China yang secara tersu menerus akan bermpak pada permintaan akan minyak dunia dan berujung pada melonjaknya harga minyak dunia.

APBN kita mendapat tekanan baik dari dalam maupun dari luar. Ditambah lagi para penguasa dinegeri ini tentunya tidak menginginkan BBM itu dinaikan ataupun bahkan dihilangkan. Karena secara politis dapat merugikan pemegang kekuasaan. Bila semua cara ditempuh, yang pasti harga BBM harus rasional menghadapi perubahan harga minyak dunia itu nantinya.

Dengan cara apa? Menaikan harga atau membatasi BBM itu sendiri. Keduanya memiliki nilai positif dan negatifnya. Bila tidak dinaikan atau dibatasi maka kita akan berbalik bertanya seberapa jauh lifting minyak kita dinaikan dan di level berapa Rupiah itu harus menguat. Pastinya Inflasi akan datang bagaikan bencana alam yang tidak akan bisa dihindari.

Osama, Eropa dan Bursa Saham

Medan Bisnis, 9 Mei 2011
Kematian pimpinan Al-Qaeda sempat disambut positif oleh para pelaku pasar. Sesaat berita menabarkan bahwa Osama tewas dalam baku tembak di Pakistan, indeks bursa berjangka AS dan nilai tukar US Dolar menguat signifikan. Namun, kenaikan tersebut merupakan euphoria sesaat karena setelah semua berita mengabarkan hal yang sama, Bursa Global kembali bergerak turun seiring dengan kondisi fundamental sebenarnya.

Banyak pemimpin dunia khususnya Amerika Serikat yang mengklaim bahwa kematian Osama akan mengurangi aksi-aksi terorisme global, dan akan menambah kondusif keamanan masyarakat dunia. Dan tentunya para pelaku pasar berharap kematian Osama akan memberikan dampak positif bagi kinerja pasar keuangan. Namun, lagi-lagi kenaikan di lantai bursa hanya berlangsung sesaat. Bahkan, DJIA (Dow Jones Industrial Average) justru ditutup turun tipis dalam sesi perdaganngan pasca tewasnya Osama Bin Laden.

Sebelumnya, Aksi terorisme yang kerap terjadi di Indonesia memang mampu merubah persepsi pasar untuk tidak masuk kedalam instrument keuangan yang ada di Negara yang terkena dampak aksi terorisme tersebut. Serangkaian ledakan Bom di Indonesia seperti yang terjadi di bali dan sejumlah kawasan di Jakarta selalu menggiring IHSG dan nilai tukar Rupiah terkoreksi. Dampak negatifnya akan meluas lagi ke sektor pariwisata dimana terjadi penurunan tingkat kunjungan wisatawan.

Akan tetapi, lama kelamaan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak terpengaruh oleh aksi terorisme. Seperti yang terjadi ledakan bom di hotel Ritz Carlton beberapa waktu yang lalu. Ledakan tersebut hanya membuat IHSG terkoreksi sesaat. Hal serupa sepertinya terjadi saat ini, dimana kematian Osama Bin Laden hanya memberikan euphoria sesaat di lantai bursa.

Isu-isu seperti ini memang kerap mampu menggiring persepsi pasar untuk membuat keputusan yang bisa membuat investor itu sendiri merugi. Kenapa? aksi jual masif biasanya akan dimanfaatkan kembali investor untuk terus mengkoleksi saham emiten yang secara fundamental seharusnya tidak terpengaruh oleh aksi kejahatan yang disebabkan oleh teror. Sehingga pelaku pasar yang terlambat dalam menyikapinya berpeluang untuk mengalami kerugian.

Investor yang pintar selalu memiliki pertimbangan yang logis dan selalu bersandar pada fundamental ekonomi makro dan mikro. Kecuali saham emiten yang berkorelasi langsung terhadap aksi terorisme seperti emiten yang bergerak di sektor pariwisata.
Sebaiknya kita tidak menyikapi kematian Osama Bin Laden akan memberikan angin segar bagi perdagangan baik di lantai bursa maupun pasar uang. Pasar akan lebih melihat indikator ekonomi makro seperti penyelamatan beberapa Negara eropa yang sedang dilanda krisis seperti yang terjadi saat ini.

Baru-baru ini IMF dan Uni Eropa memberikan pinjaman kepada Portugal sebesar 78 Milyar Euro selama tiga tahun. Keputusan IMF dan Uni Eropa tersebut jelas membuktikan bahwa Eropa sedang dilanda kesulitan keuangan. Portugal merupakan Negara ketiga yang menerima bailout setelah sebelumnya Irlandia dan Yunani sudah di bailout terlebih dahulu.

Sudah berkahir? Belum. IMF menyatakan akan terus memantau perkembangan ekonomi Portugal dan tidak menutup kemungkinan akan diadakan bailout jilid 2 di tahun 2013 mendatang. Besaran bunga yang harus dibayar Portugal terkait dengan diterimanya sejumlah dana penyelematan ekonomi Portugal akan diputuskan dalam rapat pertengahan mei ini.

Bila mengutip pernyataan dari IMF bahwa ada kemungkinan bailout jilid 2 di tahun 2013 mendatang. Maka, jelas kalau krisis di Eropa belum bisa diselesaikan dalam kurun waku 2 tahun kedepan nanti. Dan di Amerika Serikat Sendiri belum ada tanda-tanda pemulihan yang signifikan bagi negaranya, sehingga kedepan kita masih akan dibayangi oleh krisis finansial global.

Menyikapi permasalahan yang ada, pasar keuangan di tahun 2011 ini sepertinya akan mengalami fluktuasi yang cukup tajam. Dan kita sebenarnya berada di posisi yang bisa dikatakan aman karena fundamental ekonomi kita masih cukup solid. Tetap bersandar pada fundamental yang ada. Bila ada isu diluar fundamental maka manfaatkanlah untuk mengoptimalkan nilai investasi anda.

Peluang IHSG ke 4000

Medan Bisnis, 6 Mei 2011
Kontrarian, acap kali tanpa melihat sisi fundamental seorang berkeyakinan bahwa perubahan harga saham hanya dipengaruhi oleh analisa teknikal. Bagi mereka yang mempercayai bahwa harga bergerak naik atau turun hanya dipengaruhi oleh faktor teknikal biasa disebut dengan istilah kontrarian. Prinsip dasar kontrarian adalah harga bergerak dalam suatu trend, sejarah yang telah terjadi akan berulang di masa yang akan datang (history repeats itself) serta price discount everything.

Dalam prinsip yang pertama dimana harga bergerak dalam suatu trend, yang dimaksud adalah pergerakan harga selalu bergerak kalau tidak naik, turun atau mendatar (sidelines). Prinsip dasar yang kedua adalah history repeats itself, teknikal analisis mempercayai bahwa bila harga suatu saham pernah turun di level tertentu dan setelah itu naik, maka pola penurunan serupa masih akan terjadi di masa yang akan datang.

Tak ubahnya seperti perawakan manusia yang memiliki rasa sedih, senang ataupun berada pada posisi yang biasa aja. Sehebat apapun kita serta sebanyak apapun kekayaan yang kita miliki atau sejelek-jeleknya kondisi kita, tentunya semua bentuk perasaan itu pernah kita alami. Aneh bila kita terus merasa senang tanpa pernah mengalami rasa sedih sekalipun. Karena besar kemungkinan kita sedang tidak waras atau bisa dikatakan gila.

Prinsip dasar yang ketiga adalah price discount everything. Teknikal analisis mempercayai bahwa semua berita bagus ataupun jelek terhadap emiten tidak akan berpengaruh terhadap harga saham emiten tersebut bila secara teknikal pola pergerakan harga sudah mulai terbentuk. IHSG seudah beberapa kali menembus level 3800, namun IHSG selalu saja mengalami tekanan jual sehingga di level 3800 IHSG berkonsolidasi.

Secara teknikal IHSG pernah menyentuh level tertingginya di akhir tahun 2010 silam. Berarti secara teknikal posisi IHSG telah membentuk pola double top atau rekor tertinggi pernah dicapai sebelumnya, sehingga secara psikologis mempengaruhi pasar untuk melakukan aksi jual (profit taking) dan memaksa IHSG berbalik turun. Inilah biasa yang dikenal dengan istilah price discount everything.

Padahal bila melihat indikator kinerja indeks bursa global, IHSG seharusnya mampu untuk melanjutkan tren kenaikannya. Namun, secara fundamental IHSG diyakini akan terus membentuk tren naik seiring dengan membaiknya rating utang jangka panjang Indonesia, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia maupun musim pembagian deviden menjelang semester II 2011. Sehingga level teknikal yang mengarahkan pelaku pasar bahwa IHSG sudah kemahalan(berada di garis resisten) dalam waktu dekat garis tersebut akan menjadi level support yang baru.

Sementara itu, data perkembangan ekonomi dari luar juga tidak kalah menarik. Data pengangguran di AS yang cenderung turun, proses pemulihan ekonomi dan reaktor nuklir Jepang, serta kebijakan untuk melakukan penyelematan terhadap sejumlah Negara eropa yang dilanda krisis seharusnya mampu menjadi pemicu membaiknya ekspektasi pertumbuhan ekonomi global. Terlihat dalam perdagangan beberapa minggu terakhir, bursa global masuk dalam tren naik.

Bukan hanya itu saja, kemungkinan akan terjadinya deflasi selama bulan april ini turut menyumbang bagi kenaikan harga saham emiten sektoral khususnya sektor perbankan. Ditambah lagi dengan musim pembagian deviden. Oleh karena itu, pelaku pasar tidak perlu kuatir mengenai kemana gambaran IHSG kedepan nantinya. Bila skenario profit taking berakhir, maka skenario selanjutnya adalah IHSG melaju ke level 4000.

Tentunya level 4000 merupakan estimasi jangka panjang yang menggunakan baik analisa teknikal dan fundamental. Selain itu, nilai tukar rupiah juga terus menguat dalam beberapa hari terkahir ini. Penguatan tersebut tentunya akan memberikan angin segar bagi IHSG. Biasanya penguatan Rupiah selalu diiringi dengan penguatan IHSG.

Penguatan nilai tukar rupiah jelas mengindikasikan besarnya minat asing untuk masuk ke pasar keuangan kita. Selain itu, penguatan nilai tukar Rupiah tentunya berkorelasi positif terhadap kinerja emiten yang banyak menggunakan produk impor. Oleh karena itu kenapa harus profit taking sekarang, sebaiknya saham tidak dilepass dan dipegang hingga bulan juni mendatang.

Peluang IHSG ke 4000

Medan Bisnis, 6 Mei 2011
Kontrarian, acap kali tanpa melihat sisi fundamental seorang berkeyakinan bahwa perubahan harga saham hanya dipengaruhi oleh analisa teknikal. Bagi mereka yang mempercayai bahwa harga bergerak naik atau turun hanya dipengaruhi oleh faktor teknikal biasa disebut dengan istilah kontrarian. Prinsip dasar kontrarian adalah harga bergerak dalam suatu trend, sejarah yang telah terjadi akan berulang di masa yang akan datang (history repeats itself) serta price discount everything.

Dalam prinsip yang pertama dimana harga bergerak dalam suatu trend, yang dimaksud adalah pergerakan harga selalu bergerak kalau tidak naik, turun atau mendatar (sidelines). Prinsip dasar yang kedua adalah history repeats itself, teknikal analisis mempercayai bahwa bila harga suatu saham pernah turun di level tertentu dan setelah itu naik, maka pola penurunan serupa masih akan terjadi di masa yang akan datang.

Tak ubahnya seperti perawakan manusia yang memiliki rasa sedih, senang ataupun berada pada posisi yang biasa aja. Sehebat apapun kita serta sebanyak apapun kekayaan yang kita miliki atau sejelek-jeleknya kondisi kita, tentunya semua bentuk perasaan itu pernah kita alami. Aneh bila kita terus merasa senang tanpa pernah mengalami rasa sedih sekalipun. Karena besar kemungkinan kita sedang tidak waras atau bisa dikatakan gila.

Prinsip dasar yang ketiga adalah price discount everything. Teknikal analisis mempercayai bahwa semua berita bagus ataupun jelek terhadap emiten tidak akan berpengaruh terhadap harga saham emiten tersebut bila secara teknikal pola pergerakan harga sudah mulai terbentuk. IHSG seudah beberapa kali menembus level 3800, namun IHSG selalu saja mengalami tekanan jual sehingga di level 3800 IHSG berkonsolidasi.

Secara teknikal IHSG pernah menyentuh level tertingginya di akhir tahun 2010 silam. Berarti secara teknikal posisi IHSG telah membentuk pola double top atau rekor tertinggi pernah dicapai sebelumnya, sehingga secara psikologis mempengaruhi pasar untuk melakukan aksi jual (profit taking) dan memaksa IHSG berbalik turun. Inilah biasa yang dikenal dengan istilah price discount everything.

Padahal bila melihat indikator kinerja indeks bursa global, IHSG seharusnya mampu untuk melanjutkan tren kenaikannya. Namun, secara fundamental IHSG diyakini akan terus membentuk tren naik seiring dengan membaiknya rating utang jangka panjang Indonesia, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia maupun musim pembagian deviden menjelang semester II 2011. Sehingga level teknikal yang mengarahkan pelaku pasar bahwa IHSG sudah kemahalan(berada di garis resisten) dalam waktu dekat garis tersebut akan menjadi level support yang baru.

Sementara itu, data perkembangan ekonomi dari luar juga tidak kalah menarik. Data pengangguran di AS yang cenderung turun, proses pemulihan ekonomi dan reaktor nuklir Jepang, serta kebijakan untuk melakukan penyelematan terhadap sejumlah Negara eropa yang dilanda krisis seharusnya mampu menjadi pemicu membaiknya ekspektasi pertumbuhan ekonomi global. Terlihat dalam perdagangan beberapa minggu terakhir, bursa global masuk dalam tren naik.

Bukan hanya itu saja, kemungkinan akan terjadinya deflasi selama bulan april ini turut menyumbang bagi kenaikan harga saham emiten sektoral khususnya sektor perbankan. Ditambah lagi dengan musim pembagian deviden. Oleh karena itu, pelaku pasar tidak perlu kuatir mengenai kemana gambaran IHSG kedepan nantinya. Bila skenario profit taking berakhir, maka skenario selanjutnya adalah IHSG melaju ke level 4000.

Tentunya level 4000 merupakan estimasi jangka panjang yang menggunakan baik analisa teknikal dan fundamental. Selain itu, nilai tukar rupiah juga terus menguat dalam beberapa hari terkahir ini. Penguatan tersebut tentunya akan memberikan angin segar bagi IHSG. Biasanya penguatan Rupiah selalu diiringi dengan penguatan IHSG.

Penguatan nilai tukar rupiah jelas mengindikasikan besarnya minat asing untuk masuk ke pasar keuangan kita. Selain itu, penguatan nilai tukar Rupiah tentunya berkorelasi positif terhadap kinerja emiten yang banyak menggunakan produk impor. Oleh karena itu kenapa harus profit taking sekarang, sebaiknya saham tidak dilepass dan dipegang hingga bulan juni mendatang.

Rating Utang Naik, Pengawasan Pengelolaan Utang Dinaikan

Medan Bisnis, 25 April 2011
Kabar gembira kembali menyelimuti negeri ini. Setelah beberapa lembaga pemeringkat utang dunia seperti Moody’s dan S&P (Standar and Poor’s) menaikan utang jangka panjang Negara kita satu level di bawah investment grade atau dengan outlook positif. Kenaikan tersebut mencerminkan fundamental ekonomi kita yang dinilai semakin kuat.

Terbukti di saat ekonomi global mengalami resesi di tahun 2008 silam, Indonesia masih membukukan kenaikan laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Kenaikan PDB sekaligus membuktikan bahwa Indonesia mampu bertahan dari gejolak krisis bahkan jika dibandingkan dengan Negara lainnya di kawasan ASEAN.

Kenaikan rating utang ini merupakan yang tertinggi dalam kurun waktu 12 tahun terakhir. Dengan kenaikan hutang ini tentunya biaya untuk mencari sumber pembiayaan tentunya semakin murah. Berarti ekspektasi kedepan ekonomi kita berpeluang tumbuh seiring dengan meningkatnya kepercayaan investor terhadap Indonesia.

Pengelolaan APBN, pengendalian laju inflasi, serta mampu mengelola aliran dana yang masuk merupakan kunci utama agar rating kita bisa dinaikan terus hingga masuk dalam kategori layak investasi atau investment grade. Pemerintah dan Bank Indonesia harus mampu membangun kerjasama yang baik sehingga perekonomian kita tetap tumbuh secara konsisten.

Tak ubahnya seperti rating hutang yang diberikan kepada Emiten/Perusahaan di negeri ini oleh pemeringkat efek Indonesia (PEFINDO). Salah satunya, PEFINDO berperan penting dalam menentukan sebuah perusahaan yang akan menerbitkan obligasi (surat utang), seperti dengan memberikan kriteria atau peringkat yang tidak jauh berbeda dengan lembaga pemeringkat sekelas Fitch rating, Moody’s atau S&P.

Dimana untuk menerbitkan hutang jangka panjang yang masuk ke dalam layak investasi, PEFINDO memberikan minimal peringkat BBB dan yang tertinggi AAA. Bila sebuah perusahaan masuk dalam kriteria tersebut maka si emiten tersebut memiliki kesempatan untuk menerbitkan obligasi dengan biaya atau bunga yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan emiten yang masuk dalam kriteria tidak layak investasi atau non investment grade.

Dengan kata lain, bila ada perusahaan A memiliki peringkat AAA, sementara ada perusahaan B yang memiliki peringkat CCC (lebih rendah dari peringkat BBB). Maka perusahaan A memiliki peluang yang lebih besar untuk menerbitkan obligasi dengan bunga yang lebih rendah dari perusahaan B. Atau semakin tinggi peringkat yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin rendah bunga yang di tawarkan dan sebaliknya.

Nah demikian halnya dengan Indonesia, semakin tinggi ratingnya maka utang yang akan diterbitkan tentunya memiliki biaya/bunga yang lebih rendah. Hal ini akan memberikan peluang bagi pemerintah agar dapat mengelola utangnya lebih baik lagi. Beban APBN kita dalam membayar utang tentunya akan lebih ringan.

Namun, pemerintah harus tetap waspada dengan bentuk peningkatan rating. Capital inflow akan terus mengalir deras ke negeri ini, dampaknya sulit dibayangkan jika uang tersebut justru berbalik (reversal). Dengan meningkatnya rating utang Indonesia seperti saat ini pemerintah jangan terperangkap untuk terus berutang meskipun banyak Negara kreditor yang menawarkannya.

Hutang merupakan alat yang efektip untuk mengintervensi kedaulatan sebuah Negara. Dengan hutang, Negara debitur akan lebih terbuka dan mudah dipengaruhi dalam pengelolaan sumber dayanya. Negara-negara kreditor yang biasanya melalui Bank Dunia (World Bank) atau IMF (International Monetery Fund) mampu mengintervensi kita dengan perumusan kebijakan melalui hutang sesuai dengan kepentingan mereka. Belajar di saat rezim Suharto meminjam dari IMF.

Untuk itu, ketergantungan utang dari luar negeri sudah seharusnya tidak dimasukan dalam skala prioritas untuk membangun ekonomi bangsa ini. Kemandirian menjadi kunci utama, pemerintah sebaiknya mencari jalan dengan meminjam dari masyarakatnya sendiri. Penerbitan ORI atau SUKUK harus lebih diprioritaskan.

Belajarlah Hingga Ke Indonesia


Medan Bisnis, 18 April 2011
China masih akan memberlakukan kebijakan tight money policy (uang ketat) dalam beberapa waktu kedepan. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB/GDP) china yang signifikan pada kuartal I tahun 2011 ini menjadi salah satu pemicunya. Pertumbuhan ekonomi China mencatatkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 9.7% lebih tinggi dari estimasi kebanyakan analis sebelumnya.

Sementara itu inflasi selama bulan maret juga mengalami kenaikan 5.4%. Untuk menekan laju kenaikan inflasi tersebut pemerintah China akan menaikan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan di China selain menaikan suku bunga. Bank sentral china atau People’s Bank of China telah menaikan suku bunga sebanyak 4 kali dan menaikan GWM sebanyak 6 kali sejak kuartal ke tiga tahun lalu.

Kenaikan inflasi di china memicu pengetatan kebijakan moneter di Negara asia lainnya dan berpeluang memicu kenaikan harga minyak dunia. Sementara itu, pertumbuhan kredit di China juga tumbuh melebihi ekspektasi. Pertumbuhan kredit tersebut jelas berkontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi China itu sendiri.

Akan tetapi pertumbuhan ekonomi tidak selalu berkembang secara teratur dan mengalami masa pasang dan surut. Dalam suatu periode pertumbuhan ekonomi bisa mengalami kenaikan yang sangat cepat sehingga memicu kenaikan harga-harga. Dalam dalam periode tertentu bergerak turun sehingga bisa menimbulkan masalah serius pada tenaga kerja/pengangguran.

Ekonomi China yang terus tumbuh seperti yang terjadi saat ini dikhawatirkan akan menemui titik atau berada dititik paling bawah di masa resesi (trough).
Namun belajar dari Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum tahun 1997/1998 yang mengalami lonjakan kenaikan rata-rata 7% dinilai sebuah prestasi pada masa pemerintahan Suharto dulu. Sebuah prestasi tentunya Iya, namun masih menyisahkan masalah disisi lain yaitu permasalahan politik yang otoriter.

China saat ini juga mengalami hal yang serupa, pertumbuhan ekonominya yang pesat belum dibarengi dengan kondisi politik yang demokratis. Kemakmuran terkadang memang mampu menutup semua permasalahan seperti pemerintahan yang otoriter maupun korup. Masyarakat yang makmur selalu terbuai dengan semua fasilitas hidup yang ada dan menutup mata akan kesalahan yang dibuat penguasanya selama penguasa tersebut masih memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Namun, bila melihat pada pertumbuhan ekonomi itu sendiri yang mengalami masa naik dan turun. Seharusnya keyakinan tersebut tetap dipertahankan karena semua Negara juga pernah mengalaminya. Meskipun dengan siklus pertumbuhan yang tentunya berbeda di setiap Negara. Akan tetapi, masyarakat pada umumnya akan melihat kenyataan yang ada dan menjustifikasi siapa yang berhak diberikan penghargaan ataupun disalahkan dari kondisi yang ada.

Bila pertumbuhan ekonomi sudah berada di titik puncak dan berpeluang menuju ke masa resesi maka ada peluang penurunan kesejahteraan yang berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran. Dampak sosialnya yang penting untuk dicermati. Aksi demonstrasi secara besar-besaran dan diiringi dengan kerusuhan adalah kemungkinan terbesar yang sulit dielakan.

Mosi tidak percaya kepada pemerintah dan menganggap pemerintah gagal dalam memakmurkan masyarakatnya akan berujung pada proses penggulingan kekuasaan. Seperti yang terjadi di beberapa Negara di timur tengah, meskipun ada juga Negara yang dinilai hanya terkena dampak dari aksi serupa yang sebelumnya menimpa Negara tetangganya.

Perkembangan ekonomi china yang pesat serta mampu mengangkat banyak orang dari kemiskinan patut ditiru Indonesia. Namun, pemerintah china juga harus belajar ke Indonesia bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia itu terbentuk dan tentunya sebagai modal yang kuat dalam menopang pertumbuhan ekonomi kedepan.

Semakin kita bergerak menuju ke suatu titik puncak pertumbuhan ekonomi maka semakin besar potensi kita untuk masuk ke jurang resesi. Dan tentunya semakin besar kemungkinan dampak sosial yang ditimbulkan dari penurunan aktifitas ekonomi tersebut. Dan sistem politik turut memberikan kontribusi yang besar bagi pemulihan atau justru memperparah keadaan.

Monday, January 30, 2012

Urgensi Penguatan Rupiah Untuk Imbangi Kenaikan Harga Minyak


Medan Binis, 11 April 2011

Harga minyak dunia telah bertengger di atas $110/barel. Sementara asumsi harga minyak dunia dalam APBN masih sebesar $80/barel. Menteri keuangan menilai kita harus mengevaluasi sejauh mana tren kenaikan harga minyak. Menkeu menjelaskan bahwa harga minyak tidak bisa langsung dinaikan karena ada momentum kenaikan harga minyak seperti saat ini. Menkeu akan melihat kenaikan harga minyak dalam periode waktu tertentu dan bukan berlandaskan momentum kenaikan sementara.

Sementara itu beberapa Negara di asia tenggara telah menaikan harga BBM di negaranya seiring dengan kenaikan harga minyak mentah dunia. Sementara itu Indonesia berpeluang untuk merubah asumsi harga minyak dalam APBN P 2011 mendatang. Pemerintah menjelaskan bahwa defisit akan timbul saat harga minyak menyentuh $90/barel dan pastinya defisit semakin terus membesar tatkala harga minyak dunia naik di atas $90/barel.

Kondisi geopolitik di timur tengah jelas memberikan ketidakpastian akan kenaikan harga minyak dunia. Namun belum bisa diperkirakan sampai kapan kerusuhan di timur tengah akan mereda. Sehingga ketidakpastian itu akan mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam menentukan opsi yang diambil untuk mengurangi defisit akibat subsidi harga BBM.

Opsi yang akan diambil pemerintah adalah menaikkan harga BBM. Besaran kenaikan belum dipastikan. Ide pembatasan BBM sebelumnya merupakan kebijakan yang kurang tepat meskipun bertujuan agar subsidi benar-benar tepat sasaran. Akan tetapi, kebijakan pembatasan BBM tidak menjamin ketepatan subsidi karena dinilai akan menuai masalah.
Selain dikarenakan permasalahan kenaikan harga minyak dunia yang mempengaruhi harga BBM di dalam negeri. Permasalahan yang lain adalah pertumbuhan konsumsi BBM itu sendiri. Laju pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia yang cenderung naik nantinya juga akan menambah beban defisit yang lebih besar lagi.

Ada beberapa kebijakan yang bisa diambil pemerintah untuk mengatasi defisit. Yang pertama adalah dengan tetap mempertahankan agar lifting produksi minyak tidak berkurang. Dan tentunya lifting minyak terus dinaikkan. Kebijakan yang lainnya adalah dengan membiarkan rupiah menguat terhadap mata uang US$, bila perlu dilakukan intervensi agar nilai tukar Rupiah menguat sehingga defisit tidak lebih dari 3%. Selain itu, pemerintah juga tengah menggalakkan agar lebih menggunakan BBM non subsidi dalam bentuk himbauan-himbauan. Belum diketahui secara pasti dampak lanjutan dari himbauan tersebut, tapi memang tidak ada salahnya dicoba.

Terkait dengan nilai tukar Rupiah yang menguat akhir-akhir ini. Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp.8700/$. Penguatan rupiah tentunya akan membuat kebutuhan akan US$ bisa diminimalisir seiring kenaikan harga Minyak dunia itu sendiri. Penguatan Rupiah inilah yang membuat pemerintah masih optimis bahwa harga BBM belum perlu dinaikkan dalam waktu dekat ini.

Selain itu, kita juga harus melihat pola konsumsi minyak di Amerika Serikat. AS merupakan Negara dengan konsumsi minyak terbesar sehingga menjadi penting karenanya bila kita melihat berapa besar cadangan minyak di AS yang digunakan untuk konsumsi masyarakatnya. Karena data cadangan minyak yang cukup berpotensi membuat harga minyak tersebut turun.

Dari semuanya itu, penguatan nilai tukar Rupiah menjadi andalan di saat harga minyak naik. Rupiah harus bergerak berlawanan terhadap harga minyak dunia agar defisit lebih dapat dikendalikan. Meskipun penguatan rupiah itu akan membebani ekspor kita, namun urgensi penguatan Rupiah ditengah kenaikan harga minyak yang ekstreem harus di prioritaskan.

Bila pemerintah melakukan intervensi terhadap nilai tukar rupiah, maka tentunya pemerintah akan mengambil opsi penggunaan biaya yang lebih kecil, misal apakah dengan mengintervensi Rupiah atau langsung membeli minyak di pasar.

Wednesday, January 25, 2012

Inflasi vs Deflasi


Medan Bisnis, 4 April 2011

Deflasi merupakan suatu kondisi yang menggambarkan penurunan tingkat harga-harga yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Indonesia merupakan Negara yang baru saja mengalami deflasi di bulan maret setelah di bulan januari mengalami tingkat inflasi yang tinggi seiring dengan kenaikan harga bahan pangan seperti cabe dan beras.

Namun harga kebutuhan pangan tersebut justru turun di bulan Maret sehingga memicu deflasi. Jika inflasi menjadi suatu hal yang menakutkan karena berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dan berpotensi menimbulkan defisit neraca perdagangan. Maka deflasi juga memiliki dampak buruk bagi perekonomian seperti Jepang yang dilanda kredit macet raksasa di sektor perbankan. Namun, china memiliki cerita lain, ekonominya tumbuh setelah mengalami deflasi.

Penduduknya yang besar serta tenaga kerjanya yang murah menjadi pemicu meningkatnya ekspor China ke Negara lain serta membuat Negara tersebut menjadi kekuatan ekonomi baru dunia. Meskipun pada saat ini China juga mengalami inflasi layaknya Negara berkembang lainnya seperti Indonesia. Deflasi yang terjadi di China secara teori menggambarkan perekonomian di China sebelumnya berada pada sebuah fenomena dimana PDB potensial jauh di atas realisasi PDB sebenarnya.

Ketidakstabilan kegiatan ekonomi yang menimbulkan deflasi ditandai saat ekonomi masuk dalam jurang resesi atau masa kontraksi. Kondisi tersebut berada di saat ekonomi telah berada pada suatu titik yang mengakhiri suatu ekspansi (titik puncak pertumbuhan ekonomi). Nah di saat ekonomi sudah berada di titik nadir maka ekonomi akan kembali bergerak naik dan masuk dalam proses pemulihan atau recovery. Indonesia merupakan salah satu contohnya dimana saat ini ekonomi Indonesia memasuki masa pemulihan setelah sempat terpuruk di tahun 1997 – 1998.

Tapi kenapa ya? Di saat ekonomi kita sedang menunjukan proses laju pertumbuhan ekonomi namun kenapa timbul deflasi, malah bukan inflasi. Tidak perlu di khawatirkan, deflasi yang terjadi di bulan maret merupakan titik balik dari tingginya inflasi yang ekstreem di bulan-bulan sebelumnya. Alam menjadi kambing hitam tingginya inflasi di bulan januari. Di saat itu banyak petani yang mengalami gangguan manakala iklim telah mengganggu pasokan padi, cabe dan bahan pangan lainnya.

Sehingga di bulan-bulan selanjutnya, Inflasi masih akan menjadi masalah yang akan diperangi pemeritah baik melalui kebijakan moneter dan fiskal. Pemerintah tidak akan menurunkan suku bunga karena deflasi di bulan maret kemarin atau justru mengeluarkan banyak anggaran guna melawan deflasi. Karena deflasi di bulan maret hanya akan lewat begitu saja.

Selain itu, Deflasi yang terjadi bukan dikarenakan daya beli masyarakat kita yang turun sehingga memicu harga barang cenderung turun. Namun dikarenakan suplai yang banyak sehingga membuat persediaan bergerak naik melebihi permintaan dan memicu harganya kembali turun. Dan bukan dikarenakan permintaan akan barang tersebut yang turun akibat daya beli masyarakat yang berkurang.

Selain itu, ada rencana pemerintah yang berubah dari membatasi penggunaan BBM menjadi menaikan harga BBM. Hal tersebut nantinya akan memicu inflasi di masyarakat kita dan sangat kecil kemungkinannya akan berdampak pada permasalahan deflasi. Baik inflasi dan deflasi mempunyai dampak buruk bagi perekonomian. Untuk itu, bukan berarti kita harus bersuka ria manakala inflasi justru datang. Karena juga turut mengganggu ke stabilan ekonomi dalam sebuah tingkat kesimbangan (equilibrium).

Nah kesimpulan hingga akhir tahun 2011 nanti, IHSG masih berpeluang naik, Nilai tukar Rupiah masih memiliki ruang penguatan meskipun ada intervensi bank sentral untuk membuatnya stabil di dalam level tertentu. Melalui kebijakan moneter pemerintah tetap akan menjual surat-sutar berharga serta memberlakukan kebijakan uang ketat. Sementara itu dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah masih akan terus berhemat.

Gempa di Jepang dan Emiten di BEI

Medan Bisnis, 21 Maret 2011
Jepang merupakan Negara kreditor terbesar kedua dalam hal investasi (PMA) yang melakukan investasi di Indonesia. Jepang juga merupakan mitra dagang yang signifikan bagi Indonesia. Selain itu, banyak turis dari Jepang yang menjadikan Indonesia sebagai tempat tujuan wisata. Dan tentunya masih banyak lagi bantuan dari Jepang yang sering kita terima dan turut membagun pembangunan di Indonesia.

Namun, gempa yang diikuti Tsunami di Jepang yang secara fundamental merusak struktur ekonomi Jepang semestinya akan merubah pola investasi Negara tersebut terhadap Negara mitra Jepang seperti Indonesia. Namun, hal yang paling sangat melegakan adalah pernyataan dari menteri koorditaor ekonomi Hatta Rajasa. Dimana pemerintah Jepang menyatakan bahwa Jepang masih akan tetap berkomitmen melanjutkan investasinya di Indonesia.

Pengalaman Jepang yang selalu siap dalam menghadapi bencana akan mempercepat proses pemulihan di Jepang. Sehingga pemerintah Jepang berkeyakinan bahwa ekonomi di Jepang akan kembali pulih dalam kurun waktu yang tidak cukup lama. Proses pemulihan ekonomi Jepang nantinya tentunya menciptakan peluang terhadap komoditas ekspor Negara kita seperti Baja, Gas maupun Batubara.

Penggunaan energi nuklir oleh Jepang yang ternyata sangat berbahaya ditengah ketidak pastian bencana alam tentunya akan menjadi pertimbangan bagi Negara lain untuk tetap menggunakan batubara dan gas sebagai pembangkit energi yang aman. Hal-hal seperti inilah yang membuat beberapa harga saham emiten di BEI (bursa efek Indonesia) bergerak relatif stabil bahkan menguat ditengah koreksi tajam bursa di Asia.

Selain itu, Ada begitu banyak produk buatan Jepang yang beredar di Indonesia khususnya otomotif. Mulai dari roda dua hingga truck kapasitas besar yang di jual di Indonesia. Emiten yang mendaftarkan sahamnya dan bergerak dalam dunia otomotif adalah PT. Astra International Tbk (ASII). Bagaimana kinerja sahamnya setelah gempa di Jepang?. Ternyata bencana di Jepang sepertinya tidak akan berpengaruh bagi kinerja ASII nantinya.

Pasalnya semua komponen pembuatan kendaraan merek Jepang tersebut sudah dilakukan di Indonesia. Sehingga resiko dari bencana di Jepang tersebut tidak akan berpengaruh bagi ASII. Namun, masih adakah emiten yang sangat bergantung pada Jepang?. Jawabannya masih, yaitu PT. United Tractor Tbk (UNTR). UNTR merupakan perusahaan yang menjual alat berat merek Komatsu dan ternyata di produksi di lokasi bencana.

Tentunya akan berdampak terhadap kinerja saham UNTR. Namun, karena UNTR masih memiliki diversifikasi usaha di bidang pertambangan, sehingga kinerja saham UNTR masih bisa lebih baik dari PT. Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA). HEXA merupakan perusahaan yang menjual alat berat merek Hitachi.

Selain itu membaiknya industri pertambangan di Indonesia tetap menjadikan prospek UNTR cerah. Namun, penguatan nilai tukar Rupiah akhir-akhir ini turut menurunkan estimasi kinerja saham UNTR kedepan. Selain itu, kenaikan harga minyak juga akan menurunkan proyeksi laba UNTR. Meskipun demikian UNTR tetap prospektif meskipun nantinya banyak analis yang menurunkan ekspektasi target harganya kedepan.

Demikian halnya dengan PT. Krakatau Steel Tbk (KRAS). Saham KRAS akhir-akhir ini juga naik signifikan seiring dengan pemulihan infrastruktur di Jepang. Pelaku pasar optimis akan ada kenaikan permintaan baja ke PT. Krakatau Steel seiring dengan pemulihan di Jepang. Walaupun sejauh ini belum didapat kepastian mengenai hal tersebut. Namun itulah pasar, bergerak lebih dahulu dibandingkan dengan kondisi sebenarnya.

Itulah saham-saham emiten yang terkorelasi langsung terhadap bencana di Jepang. Pada akhirnya, pemerintah Jepang akan melaksanakan pembangunan secara agresif sehingga akan memicu kenaikan permintaan komoditas dunia. Dan tentunya ada peluang di Emiten lain yang mungkin diuntungkan dari proses pemulihan Jepang.

Bursa Diguncang Gempa di Jepang

Medan Bisnis, 14 Maret 2011

Jepang diguncang gempa hebat 8.9 skala richter dan diikuti dengan tsunami dahsyat, yang hingga saat ini diberitakan ribuan orang menjadi korbannya. Indeks bursa pada perdagangan akhir minggu kemarin juga ditutup turun. Memang seperti akhir pekan biasanya, banyak analis yang memperkirakan bursa akan mengalami koreksi, namun bencana di jepang memperburuk kinerja indeks bursa regional asia.

Lingkungan hidup merupakan tempat bagi kita untuk berinteraksi antara satu dengan lainnya. Namun, bagaimana jadinya jika ternyata lingkungan hidup itu sendiri sudah tidak bersahabat lagi dengan kita. Sama seperti dengan investasi yang memiliki multiplier effect. Demikian juga dengan alam, alam memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap semua segi kehidupan manusia termasuk ekonomi.

Di dalam dunia investasi, kerugian yang akan muncul biasanya selalu bisa diprediksikan. Namun, belum ada yang mampu memprediksi kapan bencana alam itu akan terjadi. Selain itu, dampak negatif dari bencana alam juga tidak bisa dihindari. Bencana alam tidak memiliki opsi pilihan bagi manusia untuk memilih tidak terkena dampak dari bencana tersebut baik langsung maupun tidak langsung.

Inflasi selalu naik berbanding lurus ketika bencana itu datang. Disaat inflasi naik, maka investasi akan turun, uang beredar semakin banyak. Output tingkat pendapatan nasional adalah bersifat terbatas sehingga ada variabel yang harus dikurangi disaat ada variabel lainnya naik. Suku bunga merupakan instrument yang ampuh dalam menyeimbangkan. Sehingga, suku bunga akan dinaikan. Setelah naik, suku bunga kredit naik dan akhirnya mempersempit peluang usaha yang berujung pada naiknya angka pengangguran.

Sebuah dampak multiplier dari bencana alam terhadap kerusakan tatanan ekonomi. Kekhawatiran kedepan adalah proses pemulihan ekonomi jepang paska gempa dan tsunami yang membutuhkan biaya yang tinggi sehingga membutuhkan dana tambahan dalam belanja Negara dan mengancam perekonomian jepang itu sendiri. Melemahnya indeks bursa Nikkei langsung atau tidak langsung akan berpengarh pada kinerja bursa regional termasuk Bursa efek Indonesia.

Selain itu, peran Negara jepang terhadap perekonomian di Asia cukup besar. Selama ini jepang telah menjadi Negara yang banyak menanamkan investasinya di Asia termasuk di Indonesia. Muncul kekhawatiran baru , jepang akan mengalihkan sebagian kekayaannya dari Negara yang dijadikan tempat investasi untuk membiayai proses pemulihan di jepang.

Selain itu, bencana di jepang menimbulkan dampak psikologis bagi para investor untuk melakukan akumulasi saham di harga yang rendah. Oleh karena itu, bisa diperkirakan bahwa bencana di jepang akan memberikan dampak negatif sementara bagi perdagangan saham di lantai bursa. Bursa di Asia dan Indonesia khususnya di yakini akan kembali pulih dalam tempo waktu yang tidak akan lama.

Bursa akan tetap mengalami tekanan jual secara teknikal. Namun bila mengacu kepada analisa fundamental maka IHSG tetap berpeluang naik. Seiring dengan laporan laba emiten di semester I tahun ini. Investor diyakini akan tetap kembali ke pasar dan mengakumulasi saham-saham yang menjanjikan return yang tinggi.

Namun tetap berhati-hati, bencana-bencana di pasar finansial belum berakhir. Setelah mesir, Libya, dan bencana alam di jepang. Masih ada Arab Saudi dan sejumlah Negara di timur tengah yang secara politik saat ini mulai berkecamuk dan berpeluang menimbulkan bencana baru bagi pasar finansial dunia.

Minyak, Minyak dan Minyak

Medan Bisnis, 7 Maret 2011

Untuk kesekian kalinya rencana pemerintah membatasi subsidi BBM kembali ditunda. Sebelumnya pemerintah sempat berencana untuk membatasi BBM bulan januari kemarin, setelah itu diundur hingga bulan April. Dan sejauh ini pemerintah kembali menunda pembatasan BBM hingga pertengahan tahun ini. Pemerintah sepertinya ragu-ragu untuk menerapkan kebijakan tersebut.

Ada begitu banyak alasan yang muncul. Kenaikan harga minyak dunia yang terus melambung tinggi menjadi salah satu alasan mengapa Pemerintah harus segera mengurangi beban subsidi BBM yang terus membengkak. Namun, kondisi geopolitik di timur tengah yang tak kunjung membaik diyakini sebagai alasan kenapa pemerintah terlihat ragu-ragu untuk segera melakukan pembatasan BBM.

Opsi mengurangi beban subsidi memang bisa dilakukan dengan cara membatasi pemakaian BBM bersubsidi masyarakat, menaikkan harga minyak, atau yang paling tidak mungkin dilakukan adalah dengan cara tidak mengintervensi harga minyak. Maksudnya adalah dengan membiarkan harga minyak bergerak sesuai dengan mekanisme pasar. Pemerintah hanya bertindak sebagai regulator? Tidak mungkin untuk saat ini.

Dampak positif dari pembatasan BBM dari sisi pemerintah adalah beban subsidi APBN yang bisa di minimalisir. Namun sisi negatifnya tidak kalah banyak. Industri otomotif diperkirakan akan terpukul bila pembatsan BBM di lakukan. Padahal industri ini sempat menikmati pertumbuhan bisnisnya sebesar 40% selama tahun 2010.

Kemungkinan yang lain adalah para pengguna kendaraan yang terkena pembatasan subsidi BBM akan beralih ke Pertamax. Ada peluang kebocoran saat penyalurannya. Selisih harga BBM subsidi dan non subsidi akan banyak digunakan pihak-pihak tertentu untuk meraup keuntungan. Dunia usaha akan mengalami pukulan keras bila rencana pemerintah itu benar-benar terwujud.

Belum lagi inflasi yang bisa kembali menekan ekonomi kita. Minyak benar-benar telah menjadi barang yang sangat menakutan bagi ekonomi kita tatkala harganya terus naik. Namun, Indonesia harus menerima konsekuensi dari ketidak mampuan memproduksi minyak secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan nasional. Karena harga minyak internasional ditentukan dengan mekanisme pasar. Sementara opsi pemerintah kita adalah melakukan intervensi agar harga minyak tidak mengganggu anggaran serta tetap terjangkau masyarakat.

Bila kebutuhan minyak dipenuhi dengan melalui mekanisme pasar seperti saat ini, maka opsi tersebut tidak akan pernah bisa memuaskan baik bagi pemerintah dan masyarakat. Yang pas adalah membiarkan harga minyak domestik juga mengikuti mekanisme pasar. Lagi-lagi bukan opsi yang bagus buat masyarakat kita terlebih masyarakat dengan pendapatan rendah.

Harga minyak dunia yang terus merangkak naik akhir-akhir ini sebenarnya bisa diimbangi dengan pelemahan nilai tukar US$ terhadap Rupiah. Berarti kita membutuhkan aliran modal masuk ke negeri ini. Namun, ada komplikasi pengelolaan kebijakan makro yang ditimbulkan oleh derasnya arus masuk modal jangka pendek. Permasalahan ini juga dihadapi oleh sebagian besar emerging market (Negara berkembang).

Menunda dan mensosialisasikan kebijakan tersebut menjadi penting disaat sekarang. Pemerintah harus benar-benar mampu membangun komunikasi 2 arah dengan masyarakatnya. Pertimbangkan juga kondisi geopolitik diluar, jangan sampai menular ke sini dikarenakan pembatasan subsidi BBM. Karena kenaikan harga minyak benar-benar menjadi penyakit serius bagi perekonomian, dan bisa menyebar ke masalah social layaknya penyakit mematikan yang mudah menular.

Libya, Harga Minyak dan Pembatasan BBM

Medan Bisnis, 28 Februari 2011

Harga minyak mentah akhir-akhir ini melonjak lebih dari delapan persen seiring dengan meningkatnya kekerasan di Libya. Lonjakan harga terjadi setelah pemimpin Libya Muammar Kadhafi pada hari Selasa minggu lalu memerintahkan pasukannya untuk menumpas pemberontakan yang telah mengguncang pemerintahannya 41 tahun. Libya merupakan Negara pengekspor minyak terbesarke empat di afrika. Setelah Nigeria, Aljazair dan Angola.

Libya memproduksi 1,8 juta barel per hari dan sekaligus menjadi negara penghasil minyak terbesar ke-9 di dunia. Selain itu, Libya juga memiliki cadangan minyak sebesar 47 miliar barrel dan cadangan gas sebesar 54 triliun kubik. Terlihat jelas bagaimana kaitannya harga minyak dengan kerusuhan di Libya. Dengan meningkatnya ketegangan disana tentunya akan mempengaruhi persedian harga minyak yang memicu meroketnya harga minyak dunia.

Wajar kiranya kita menyimpulkan bahwa krisis Libya ini memiliki dampak secara global. Dan yang paling terpukul adalah pasokan minyak kepada negara Barat. Harga minyak di pasaran dunia saat ini meroket mencapai lebih dari USD100/barel. Minyak yang diproduksi Libya merupakan jenis terbaik dan dibutuhkan bagi industri di Benua eropa. Kerusahan yang telah menelan korban jiwa sangat banyak tersebut memaksa sejumlah perusahaan minyak menghentikan produksinya.

Banyak Negara yang terus melakukan evakuasi warganya yang tinggal di Libya termasuk Indonesia. Kerusuhan di Libya setidaknya telah memutuskan harapan pemulihan ekonomi dunia setelah krisis sektor perumahan yang melanda AS dan Eropa. Pemulihan ekonomi sepertinya akan kembali tersangkut dan kita harus menunggu waktu yang lebih lama lagi.

Libya dan sejumlah Negara di timur tengah masih akan menghadapi krisis politik seiring dengan pergantian rezim yang belum tuntas. Ketidakpastian tersebut sepertinya akan berlanjut dalam kurun waktu yang cukup lama jika kita berkaca pada kejadian di Indonesia tahun 1997-1998 silam. Dan selama itu pula harga minyak akan terus dipertaruhkan dan bisa saja menggiring ke harga yang lebih mahal lagi.

Walau demikian, krisis tersebut berdampak positif terhadap penguatan nilai tukar Rupiah. Capital inflow masih terus mengalir ke negeri ini. Sebuah fenomena yang lazim karena Negara kita masih menjadi pasar potensial yang memberikan imbal hasil bila dilihat dari suku bunganya. Ada berkah yang kita terima dari krisis di Libya meskipun pada dasarnya hanya berbentuk Hot Money yang bisa kapan saja keluar dari negeri ini.

Yang pasti tidak hanya Indonesia saja, banyak Negara lain yang dijadikan tempat alternative dalam “mengembang biakan” uang. Indonesia hanyalah satu dari beberapa Negara. Namun sebagai Negara yang juga mengimpor minyak untuk memnuhi kebutuhan dalam negeri. Konsekuensinya adalah kebutuhan akan minyak tersebut harus di bayar lebih mahal pada saat ini. Kedepan kekhawatiran akan resiko cepat atau lambat pasti datang.

Beban APBN untuk mensubsidi kebutuhan minyak tentunya akan terus membengkak. Kalau asumsi harga minyak mentah terus di bawah harga pasar saat ini, maka yang terjadi adalah rasionalisasi harga BBM. Kita sudah mengetahui bahwa pemerintah berencana melakukan pembatasan subsidi BBM guna mengurangi beban yang semakin besar. Melihat kondisi saat ini rencana pemerintah tersebut hanya tinggal menunggu waktu. Yang sepertinya tidak akan lama lagi di realisasikan.

Resiko Inflasi tentunya akan kian memaksa Bank Indonesia kembali menaikan suku bunganya. Pasar keuangan biasanya akan merespon lebih cepat jika harga minyak naik lagi. Rasionalisasi di pasar keuangan akan mengarahkan IHSG ke tren turun sementara nilai tukar Rupiah digiring menguat (jika capital inflow masuk kedalam instrumen keuangan berbasis surat hutang).

Untuk sementara pasar keuangan kita terlihat aman, namun dipenuhi sesak dengan modal jangka pendek. Nah, sektor riil yang akan merespon negatif. Terlebih bila harga pangan tak kunjung turun. Ada pilihan tentunya dalam membuat kebijakan, tentunya berdasarkan skala prioritas. Terlihat jelas ketidakpastian di dunia luar berdampak pada sektor riil negeri ini. Jangan sampai salah melangkah sehingga krisis di luar justru menyebar ke negeri ini yang jelas tatanan demokrasinya jauh lebih baik dari mereka yang dilanda krisis saat ini.

Demokrasi Sebagai Ideologi Ekonomi

Medan Bisnis, 21 februari 2011

Menurut Paul Samuelson, Economics is a science of choice, Ekonomi merupakan ilmu pengetahuan dalam membuat pilihan. Pilihan tersebut bisa di urutkan berdasarkan skala prioritas. Dimana setiap pembuat kebijakan menentukan prioritas tersebut tentunya berdasarkan ilmu pengetahun, pengalaman ataupun hal-hal lain yang mempengaruhi si pembuat kebijakan. Baik seorang presiden, menteri, pengusaha atau siapa saja yang memikul tanggung jawab dalam menentukan sebuah kebijakan.

Husni Mubarak, mantan presiden Mesir yang baru seminggu lalu mengundurkan diri tentunya mempunyai skala prioritas sehingga dia harus mundur dari jabatannya. Aksi demonstrasi yang telah merenggut banyak nyawa dan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama dinilai berhasil menjatuhkan Husni Mubarak. Dan tentunya keputusan Husni Mubarak mundur karena lebih memprioritaskan keinginan masyarakatnya yang menuntut mundur.

Bahkan, Pelaku pasar bersorak gembira setelah presiden Mesir menyerah seiring denngan ratusan ribu rakyatnya yang meminta dirinya untuk turun. Hosni Mubarak akhirnya menutup tiga dekade pemerintahan otokratisnya. Pengumuman pengunduran diri husni Mubarak disampaikan oleh Wakil Presiden Omar Suleiman yang disiarkan oleh stasiun TV lokal.

Belajar dari pengalaman Indonesia, aksi demonstrasi besar-besaran di tahun 1997-1998 ternyata telah merubah semua tatanan kehidupan masyarakat di saat itu. Salah satunya adalah tatanan ekonomi masyarakat kita yang memang sedang terpuruk. Demokrasi menjadi idiologi yang harus benar-benar ditegakkan dengan mengedepankan semua aspirasi masyarakatnya.

Namun, dari semua proses perjalanan mulai tahun 1997 hingga saat ini. Yang terlihat adalah kedewasaan masyarakat kita dalam berdemokrasi memang terus membaik, namun adakah perbaikan dari sisi ekonomi?. Atau sebenarnya kita sedang dalam proses menuju ke tatanan ekonomi yang lebih baik sehingga kurang tepat kiranya kita bicara mengenai keberhasilan dalam pembangunan ekonomi kita pada saat ini.

Kalau dari sisi pemerintah selama ini, pembangunan ekonomi selalu diiringi dengan peningkatan PDB (produk domestik bruto) dan tercermin dalam laju pertumbuhan ekonomi. Namun, masyarakat kita menilai perbaikan ekonomi dimulai dari membaiknya daya beli dalam masyarakat kita. Sehingga ada yang belum match antara asumsi pertumbuhan ekonomi dengan fakta yang dialami masyarakat kita.

Bila dilihat jauh kebelakang, masyarakat kita belum puas juga terhadap kinerja semua pemimpin yang pernah memimpin Indonesia, Dari jaman Sukarno hingga era SBY saat ini. Apa yang membuat masyarakat kita begitu apatis terhadap pemerintahan kita? Mungkinkah masyarakat kita menilai bahwa pemerintah belum berhasil karena daya belinya belum membaik juga?. Bisa jadi ya.

Di era Suharto, dimasa Suharto dijadikan sebagai Bapak Pembangunan. Saat itu laju pertumbuhan ekonomi kita berada dikisaran angka 7 persen setiap tahunnya. Dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar itu tercipta lapangan kerja yang mumpuni bagi semua warganya. Mungkin terpikir namun tidak mau dipikirkan oleh masyarakat kita bahwa Suharto terus memimpin tanpa ada perubahan kepemimpinan di negeri ini, atau biasa dikenal dengan otoriter dimasa itu.

Masyarakat kita masuk dalam zona nyaman dimana kesejahteraan menjadi indikatornya saat itu. Dan apa yang terjadi di Mesir dan Negara arab lainnya merupakan bentuk dari ketidakpuasan masyarakatnya yang juga dipicu oleh menurunnya daya beli serta tidak terjangkaunya harga pangan dunia. Indonesia saat ini menjadi Negara dengan tingkat kenaikan harga pangan tertinggi di Dunia. Namun tidak terlihat adanya demonstrasi secara besar2an di masyarakat kita.

Ada korelasi yang kuat antara demokrasi dengan budaya masyarakat kita. Disaat harga pangan naik, masyarakat tidak langsung menyalahkan pemerintahnya. Namun, mungkin lebih memilih introspeksi, karena pemerintahan saat ini merupakan hasil dari pilihannya sendiri. Namun, kebijakan pemerintah seharusnya juga lebih memprioritaskan masyarakat dalam skala piilihannya sebelum membuat kebijakan strategis.

Mubarak Turun, Bursa Bisa Naik?

Medan Bisnis, 14 Februari 2011

Pemberitaan media masa menyebutkan bahwa burfsa di Amerika yang diperdagangkan di sesi I mendadak berbalik dan ditutup menguat. Bursa Amerika seolah-olah gembira menyambut gembira kabar pengunduran diri Presiden Mesir. Indeks Dow Jones ditutup naik 43,97 poin atau 0,4% menjadi 12.273,26. Level tersebut merupakan level tertinggi sejak juni 2008 Silam.

Pelaku pasar bersorak gembira setelah presiden Mesir menyerah seiring denngan ratusan ribu rakyatnya yang meminta dirinya untuk turun. Hosni Mubarak akhirnya menutup tiga dekade pemerintahan otokratisnya. Pengumuman pengunduran diri husni Mubarak disampaikan oleh Wakil Presiden Omar Suleiman yang disiarkan oleh stasiun TV lokal.

Tapi mengapa ya kalau Husni Mubarak mundur bursa kok bahagia?. Setidak-tidaknya ketidak pastian geopolitik di timur tengah mulai berkurang. Pelaku pasar sangat tidak menyukai ketidak pastian, apalagi ditengah proses pemulihan ekonomi dunia. Aksi spekulasi kian marak khususnya pada harga minyak dunia seiring dengan menburuknya kondisi di Mesir. Buktinya harga minyak terus melambung tinggi.

Indonesia diperkirakan juga terkena imbas dari kerusuhan di Mesir tersebut. Rencana pemerintah yang akan menghemat anggaran dengan melakukan pembatasan subsidi BBM, sepertinya akan semakin cepat direalisasikan jika kondisi mesir tak kunjung membaik. Namun, mudah2an pembatasan subsidi BBM bisa ditunda atau dibatalkan sama sekali. Toh mesir sudah mulai pulih dan Inflasi jadi bisa lebih dikendalikan.

Itu adalah skenario yang agak muluk kayaknya. Belajar dari pengalaman Indonesia tahun 1997-1998. Proses transisi kekuasaan yang dipaksakan berdampak buruk dan bahkan sangat panjang. Krisis di tahun 1998 masih bisa kita rasakan bahkan hingga saat ini. Bila mesir mengikuti jejak Indonesia maka sebenarnya pengunduran diri Husni Mubarak hanya akan berdampak positif ke pasar sesaat. Selebihnya sangat bergantung pada kondisi pemulihan di Mesir itu sendiri.

Tidak hanya itu, krisis di Mesir juga menyebabkan beberapa Negara tetangganya untuk melakukan revolusi serupa. Seperti Aljazair, yang sejauh ini dikabarkan oleh media bahwa aksi untuk menggulingkan pemerintah yang berkuasa kian menguat. Ini tetap menjadi ancaman bukan buat Negara yang sedang dirudung masalah saja. Secara ekonomi kondisi tersebut bisa berdampak negatif bagi Negara lainnya termasuk Indonesia.

Ketidakpastiaan masih akan terus menghantui bursa kita. Ditengah minimnya sentiment seperti saat ini, bukan tidak mungkin kita merujuk pada rekomendasi teknikal dimana IHSG layak beli di kisaran level 3000 s.d. 3300. Bahkan harga saham BUMN seperti Garuda Indonesia (GIAA) dipaksa ditutup turun karena kondisi pasar yang tidak berkenan.

Di pasar komoditi, kabar yang turut menggembirakan dari kemunduran husni Mubarak adalah melorotnya harga minyak dunia. Dalam perdagangan jumat kemarin harga minyak turun 1.3% lebih. Kabar bagus buat APBN kita tentunya, namun tidak ada yang bisa menjamin minyak akan terus turun. Kejutan-kejutan besar sepertinya masih akan terus membayangi pasar finansial dunia.

Sayangnya Indonesia saat ini telah menjadi Negara yang juga mengimpor minyak dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Kita masih sangat rentan terhadap gangguan eksternal sehingga pasar kita sangat rapuh terhadap guncangan. Pasar keuangan kita yang liberal dibutuhkan kemandirian ekonomi agar tahan terhadap gunacangan.