Tuesday, January 31, 2012

Rating Utang Yunani Turun, Indeks Global Ikut Turun

Medan Bisnis, 30 Mei 2011
Lembaga pemerintkat utang internasional Fitch Rating menurunkan peringkat hutang Yunani. Penurunan tingkat utang tersebut akan diperkirakan masih akan terus berlanjut bila Uni Eropa dan IMF (International Monetery Fund) tidak membantu yunani menyelesaikan krisis hutang di negara itu.

Setahun yang lalu Uni Eropa dan IMF telah melakukan bailout ke Yunani. Namun hingga hari ini perjuangan Yunani keluar dari krisis belum terselesaikan juga. Yunani justru menghadapi pendapatan masyarakatnya yang lemah serta resesi yang cukup dalam. Spekulasi bermunculan seperti kemungkinan Yunani yang akan merestrukturisasi untuk keluar dari kondisi fiscal yang kacau.

Yunani menghadapi skala tantangan yang signifikan dalam melakukan reformasi fiskal dan struktural radikal yang diperlukan untuk menjamin solvabilitas Yunani serta guna menyokong proses pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Rating utang yunani diturunkan menjadi B+ dengan outlook negative. Dan peringkat kemungkinan besar akan diturunkan lagi bila tidak didukung oleh pendanaan penuh dan kredibel dari program Uni Eropa / IMF. Ancaman selanjutnya yaitu peringkat berpeluang turun ke level 'CCC' yang menunjukkan bahwa default hutang Yunani sangat mungkin terjadi.

Dalam artikel sebelumnya penulis pernah mengkhawatirkan bahwa proses pemulihan ekonomi di Eropa masih akan terlihat dalam 2 tahun kedepan. Sementara itu, dampak dari turunnya kredit utang diyunani melanda sejumlah indeks bursa di Asia. Indeks Nikkei anjlok ke level terendah dalam lima minggu terakhir, di tengah mencuatnya keresahan soal krisis utang Eropa menyusul serangkaian berita negatif.

Bursa juga terpuruk setelah Italia juga diturunkan rating utangnya. Selain itu, tertundanya bantuan finansial untuk Yunani dari Norwegia, memicu pelepasan aset berisiko termasuk saham. Penurunan Indeks juga dipicu oleh aksi jual saham yang dilakukan hedge fund. Indeks di Asia masih berpeluang turun, menyusul mencuatnya kembali kekhawatiran krisis utang di Eropa. Ditambah lagi kecemasan pasar terhadap penurunan sektor manufaktur global.

Sementara itu, Indeks Hang Seng mengalami kejatuhan terbesar dalam dua bulan terakhir sebelumnya, karena kecemasan mengenai krisis utang Eropa. Indeks juga jatuh karena data manufaktur China yang mengindikasikan ekonomi terbesar kedua dunia itu melambat.

Tak bisa dipungkiri lagi, permasalahan krisis utang Eropa yang tidak kunjung mereda masih menjadi ancaman bagi bursa global. Kondisi membuat penurunan indeks itu ke level terendah dalam 10 bulan terakhir meningkatkan kecemasan soal perlambatan ekonomi China. Sehingga diperkirakan Indeks bursa global akan bergerak dengan volatilitas yang cukup tinggi.

Sementara itu IHSG masih ditopang dengan fundamental ekonomi Indonesia yang cukup solid. Meski demikian IHSG tetap berpeluang turun jika kondisi bursa global juga mengalami penurunan yang serupa. pergerakan indeks masih akan dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas dan data makroekonomi AS.
Sementara itu mengenai perdagangan pekan depan, pergerakan IHSG akan diwarnai oleh dirilisnya pengumuman angka inflasi pada bulan Mei oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Data inflasi bisa menjadi pemicu membaiknya kinerja IHSG jika inflasi relatif sesuai denngan ekspektasi pasar.

Untuk meminimalisir kemungkinan turunnya indeks bursa global. Ada baiknya investor memilih saham-saham sektor batubara yang secara fundamental diperkirakan masih akan memberikan kinerja yang cukup baik. Selain itu ada juga saham sektor konsumer yang masih memiliki prospek cerah kedepan nantinya.

No comments: