Wednesday, January 25, 2012

Gempa di Jepang dan Emiten di BEI

Medan Bisnis, 21 Maret 2011
Jepang merupakan Negara kreditor terbesar kedua dalam hal investasi (PMA) yang melakukan investasi di Indonesia. Jepang juga merupakan mitra dagang yang signifikan bagi Indonesia. Selain itu, banyak turis dari Jepang yang menjadikan Indonesia sebagai tempat tujuan wisata. Dan tentunya masih banyak lagi bantuan dari Jepang yang sering kita terima dan turut membagun pembangunan di Indonesia.

Namun, gempa yang diikuti Tsunami di Jepang yang secara fundamental merusak struktur ekonomi Jepang semestinya akan merubah pola investasi Negara tersebut terhadap Negara mitra Jepang seperti Indonesia. Namun, hal yang paling sangat melegakan adalah pernyataan dari menteri koorditaor ekonomi Hatta Rajasa. Dimana pemerintah Jepang menyatakan bahwa Jepang masih akan tetap berkomitmen melanjutkan investasinya di Indonesia.

Pengalaman Jepang yang selalu siap dalam menghadapi bencana akan mempercepat proses pemulihan di Jepang. Sehingga pemerintah Jepang berkeyakinan bahwa ekonomi di Jepang akan kembali pulih dalam kurun waktu yang tidak cukup lama. Proses pemulihan ekonomi Jepang nantinya tentunya menciptakan peluang terhadap komoditas ekspor Negara kita seperti Baja, Gas maupun Batubara.

Penggunaan energi nuklir oleh Jepang yang ternyata sangat berbahaya ditengah ketidak pastian bencana alam tentunya akan menjadi pertimbangan bagi Negara lain untuk tetap menggunakan batubara dan gas sebagai pembangkit energi yang aman. Hal-hal seperti inilah yang membuat beberapa harga saham emiten di BEI (bursa efek Indonesia) bergerak relatif stabil bahkan menguat ditengah koreksi tajam bursa di Asia.

Selain itu, Ada begitu banyak produk buatan Jepang yang beredar di Indonesia khususnya otomotif. Mulai dari roda dua hingga truck kapasitas besar yang di jual di Indonesia. Emiten yang mendaftarkan sahamnya dan bergerak dalam dunia otomotif adalah PT. Astra International Tbk (ASII). Bagaimana kinerja sahamnya setelah gempa di Jepang?. Ternyata bencana di Jepang sepertinya tidak akan berpengaruh bagi kinerja ASII nantinya.

Pasalnya semua komponen pembuatan kendaraan merek Jepang tersebut sudah dilakukan di Indonesia. Sehingga resiko dari bencana di Jepang tersebut tidak akan berpengaruh bagi ASII. Namun, masih adakah emiten yang sangat bergantung pada Jepang?. Jawabannya masih, yaitu PT. United Tractor Tbk (UNTR). UNTR merupakan perusahaan yang menjual alat berat merek Komatsu dan ternyata di produksi di lokasi bencana.

Tentunya akan berdampak terhadap kinerja saham UNTR. Namun, karena UNTR masih memiliki diversifikasi usaha di bidang pertambangan, sehingga kinerja saham UNTR masih bisa lebih baik dari PT. Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA). HEXA merupakan perusahaan yang menjual alat berat merek Hitachi.

Selain itu membaiknya industri pertambangan di Indonesia tetap menjadikan prospek UNTR cerah. Namun, penguatan nilai tukar Rupiah akhir-akhir ini turut menurunkan estimasi kinerja saham UNTR kedepan. Selain itu, kenaikan harga minyak juga akan menurunkan proyeksi laba UNTR. Meskipun demikian UNTR tetap prospektif meskipun nantinya banyak analis yang menurunkan ekspektasi target harganya kedepan.

Demikian halnya dengan PT. Krakatau Steel Tbk (KRAS). Saham KRAS akhir-akhir ini juga naik signifikan seiring dengan pemulihan infrastruktur di Jepang. Pelaku pasar optimis akan ada kenaikan permintaan baja ke PT. Krakatau Steel seiring dengan pemulihan di Jepang. Walaupun sejauh ini belum didapat kepastian mengenai hal tersebut. Namun itulah pasar, bergerak lebih dahulu dibandingkan dengan kondisi sebenarnya.

Itulah saham-saham emiten yang terkorelasi langsung terhadap bencana di Jepang. Pada akhirnya, pemerintah Jepang akan melaksanakan pembangunan secara agresif sehingga akan memicu kenaikan permintaan komoditas dunia. Dan tentunya ada peluang di Emiten lain yang mungkin diuntungkan dari proses pemulihan Jepang.

No comments: