Tuesday, January 31, 2012

Belum Ada Sentimen Positif Di Lantai Bursa

Medan Bisnis, 6 Juni 2011
Amerika masih diselimuti berita buruk setelah dirilisnya data ekonomi AS yang dilaporkan sangat mengecewakan. Meskipun data Non Farm Payroll naik sebanyak 54,000 di bulan Mei. Hanya saja kenaikan tersebut tergolong sangat kecil. Bahkan kenaikan tersebut merupakan kenaikan yang paling kecil sejak September 2010. Data tenaga kerja pemerintah yang mengecewakan ini mengindiksikan tanda-tanda melambatnya perekonomian.

Ekonomi Amerika juga terpukul oleh melambatnya sektor manufaktur. Kondisi ekonomi Negara-negara besar akhir-akhir ini sangat mengecewakan. Lihat saja pelemahan ekonomi China dan krisis hutang Eropa, maka kondisi tersebut akan menambah buruk bagi kinerja indeks bursa saham.

Hanya saja eropa mendapat sentiment baik akhir-akhir ini. Diantaranya kemungkinan Yunani akan mendapatkan Bailout yang kedua guna mengakhiri krisis yang berkepanjangan. Meski demikian Uni Eropa, ECB, dan IMF tetap akan melakukan pemeriksaan terhadap implementasi bailout €110 milyar tahun lalu. Seiring dengan rencana Perdana Menteri George Papandreou yang akan bertemu dengan Jean-Claude Juncker, ketua kelompok menteri keuangan zona-euro, untuk menyampaikan rencana anggaran jangka menengah.

Sentimen positif tersebut telah membuat Euro menguat terhadap US Dollar. Setelah Yunani dikabarkan bahwa inspeksi Uni Eropa dan IMF terhadap Yunani berakhir positif. Sehingga pasar optimis adanya kemungkinan bailout kedua untuk Yunani, meski belum ada komentar terkait bailout tersebut oleh kementerian keuangan yunai. Meski demikian secara keseluruhan ancaman akan buruknya ekonomi eropa terhadap bursa saham masih harus diwaspadai.

Terkait dengan kondisi ekonomi Amerika yang masih terpuruk. Berkembang spekulasi bahwa kemungkinan AS akan terus melanjutkan program quantitatif easing (pelonggaran kuantitatif), menyusul memburuknya perekonomian AS akhir-akhir ini. Banyak pengamat yang melihat kemungkinan adanya Quantitative Easing jilid III.

Yang menjadi pertimbangan tingginya laju inflasi dan angka pengangguran. Dua hal tersebut yang akan menjadi focus perhatian para pengambil kebijakan di Bank Sentral AS (The FED). Dalam artikel sebelumnya saat kuantitatif easing jilid yang sebelumnya di umumkan, penulis menyebutkan bahwa kemungkinan bursa amerika akan menguat. Walaupun saat ini terbukti bahwa program pemerintah AS untuk menghindari kenaikan suku bunga dengan membeli obligasi senilai $600 Milyar tidak berhasil.

Sehingga pasar saat ini skeptis bila kemungkinan quantitative easing akan berhasil kedepannya. Sehingga kemungkinan skenario saat ini yang akan diambil oleh the Fed adalah membiarkan pelonggaran kuantitatif usai sesuai rencana. Sambil melihat kemungkinan indikator ekonomi AS. Dan bila ternyata data ekonomi AS tidak menunjukan adanya pemulihan maka ada kemungkinan AS akan melanjutkan program tersebut.

Melihat perkembangan ekonomi Negara-negara besar yang tidak bersahabat ini. Besar kemungkinan Indeks bursa masih akan berfluktuasi secara liar dengan kecenderungan turun. Walaupun banyak uang yang masuk ke negara-negara berkembang yang diperkirakan senilai $1 Trilyun termasuk ke Indonesia.

Namun, dana tersebut hanya merupakan uang panas yang akan menambah pasar keuangan di Negara emerging market seolah-olah menarik. Meski demikian uang panas tersebut hanya akan menambah beban dan membuat pasar keuangan kita semakin rapuh.

No comments: