Wednesday, January 25, 2012

Mubarak Turun, Bursa Bisa Naik?

Medan Bisnis, 14 Februari 2011

Pemberitaan media masa menyebutkan bahwa burfsa di Amerika yang diperdagangkan di sesi I mendadak berbalik dan ditutup menguat. Bursa Amerika seolah-olah gembira menyambut gembira kabar pengunduran diri Presiden Mesir. Indeks Dow Jones ditutup naik 43,97 poin atau 0,4% menjadi 12.273,26. Level tersebut merupakan level tertinggi sejak juni 2008 Silam.

Pelaku pasar bersorak gembira setelah presiden Mesir menyerah seiring denngan ratusan ribu rakyatnya yang meminta dirinya untuk turun. Hosni Mubarak akhirnya menutup tiga dekade pemerintahan otokratisnya. Pengumuman pengunduran diri husni Mubarak disampaikan oleh Wakil Presiden Omar Suleiman yang disiarkan oleh stasiun TV lokal.

Tapi mengapa ya kalau Husni Mubarak mundur bursa kok bahagia?. Setidak-tidaknya ketidak pastian geopolitik di timur tengah mulai berkurang. Pelaku pasar sangat tidak menyukai ketidak pastian, apalagi ditengah proses pemulihan ekonomi dunia. Aksi spekulasi kian marak khususnya pada harga minyak dunia seiring dengan menburuknya kondisi di Mesir. Buktinya harga minyak terus melambung tinggi.

Indonesia diperkirakan juga terkena imbas dari kerusuhan di Mesir tersebut. Rencana pemerintah yang akan menghemat anggaran dengan melakukan pembatasan subsidi BBM, sepertinya akan semakin cepat direalisasikan jika kondisi mesir tak kunjung membaik. Namun, mudah2an pembatasan subsidi BBM bisa ditunda atau dibatalkan sama sekali. Toh mesir sudah mulai pulih dan Inflasi jadi bisa lebih dikendalikan.

Itu adalah skenario yang agak muluk kayaknya. Belajar dari pengalaman Indonesia tahun 1997-1998. Proses transisi kekuasaan yang dipaksakan berdampak buruk dan bahkan sangat panjang. Krisis di tahun 1998 masih bisa kita rasakan bahkan hingga saat ini. Bila mesir mengikuti jejak Indonesia maka sebenarnya pengunduran diri Husni Mubarak hanya akan berdampak positif ke pasar sesaat. Selebihnya sangat bergantung pada kondisi pemulihan di Mesir itu sendiri.

Tidak hanya itu, krisis di Mesir juga menyebabkan beberapa Negara tetangganya untuk melakukan revolusi serupa. Seperti Aljazair, yang sejauh ini dikabarkan oleh media bahwa aksi untuk menggulingkan pemerintah yang berkuasa kian menguat. Ini tetap menjadi ancaman bukan buat Negara yang sedang dirudung masalah saja. Secara ekonomi kondisi tersebut bisa berdampak negatif bagi Negara lainnya termasuk Indonesia.

Ketidakpastiaan masih akan terus menghantui bursa kita. Ditengah minimnya sentiment seperti saat ini, bukan tidak mungkin kita merujuk pada rekomendasi teknikal dimana IHSG layak beli di kisaran level 3000 s.d. 3300. Bahkan harga saham BUMN seperti Garuda Indonesia (GIAA) dipaksa ditutup turun karena kondisi pasar yang tidak berkenan.

Di pasar komoditi, kabar yang turut menggembirakan dari kemunduran husni Mubarak adalah melorotnya harga minyak dunia. Dalam perdagangan jumat kemarin harga minyak turun 1.3% lebih. Kabar bagus buat APBN kita tentunya, namun tidak ada yang bisa menjamin minyak akan terus turun. Kejutan-kejutan besar sepertinya masih akan terus membayangi pasar finansial dunia.

Sayangnya Indonesia saat ini telah menjadi Negara yang juga mengimpor minyak dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Kita masih sangat rentan terhadap gangguan eksternal sehingga pasar kita sangat rapuh terhadap guncangan. Pasar keuangan kita yang liberal dibutuhkan kemandirian ekonomi agar tahan terhadap gunacangan.

No comments: