Thursday, February 17, 2011

Inflasi, BI Rate, Mesir Dan Kepercayaan Pasar

Medan Bisnis, 7 Februari 2011
Kenaikan harga pangan di akhir bulan desember dan selama bulan januari sudah ditebus dengan terkoreksinya IHSG dari 3700-an ke 3300-an. Laju inflasi yang sangat liar diyakini membuat kepercayaan investor pudar. Sehingga banyak investor melakukan aksi profit taking. Namun pertanyaannya benarkah investor keluar karena inflasi? Ada beberapa kemungkinan yang bisa saja menjadi jawaban untuk pertanyaan tersebut.

IHSG turun bukan karena inflasi, melainkan karena IHSG sudah naik signifikan sehingga secara alamiah sudah saatnya terkoreksi. Jawaban tersebut sangat masuk akal, karena tidak selamanya IHSG terus menerus akan mengalami penguatan. Sebagai pelaku pasar yang rasional tentunya kita wajib percaya bahwa IHSG selalu melakukan 2 hal yang berlawanan yaitu kalau tidak naik ya turun.

Alasan lainnya adalah koreksi IHSG merupakan bentuk antisipasi oleh aksi korporasi 2 perusahaan BUMN seperti Private Placement dan Right Issue Bank Mandiri serta IPO Garuda Indonesia. Investor melakukan aksi profit taking agar dapat mengikuti 2 aksi korporasi perusahaan tersebut. Terlebih private placement Bank Mandiri, yang dikabarkan diikuti oleh banyak peminat terutama dari institusi.

Inflasi hanyalah merupakan alasan yang tepat agar dilakukannya aksi jual saham secara besar-besaran beberapa waktu lalu. Ditambah lagi ada krisis mesir yang dampaknya ke pasar keuangan kita seharusnya tidak dirasakan secara langsung. Namun, lagi-lagi sentiment tersebut benar-benar mampu dan efektif merubah pergerakan pasar dan menjadi semacam sesuatu yang bisa di percaya di pasar modal.

Jawaban-jawaban pasti dari pertanyaan di awal tulisan ini hanya anda lah yang lebih tahu. Disaat harga bahan pangan naik, inflasi tak terkendali, mesir diguncang prahara, dan anda melakukan aksi jual, beli atau diam saja itu merupakan suatu sikap diri dari apa yang anda yakini.

Hal yang pasti, Inflasi selalu berkaitan erat dengan suku bunga atau yang lebih familiar adalah BI Rate. Di saat Inflasi naik atau turun maka BI rate akan bergerak menyesuaikan. Bila kita melihat IHSG bergerak menguat beberapa hari terakhir, sepertinya investor mengabaikan dua fakta yang ada yaitu kerusuhan mesir dan kenaikan BI Rate. Jumat kemarin BI Rate dinaikkan sebesar 25 basis poin menjadi 6.75%. Keputusan BI tersebut sepertinya disambut baik oleh pelaku pasar.

Buktinya di sesi 1 IHSG sempat terkoreksi tipis, namun sesaat setelah BI Rate diumumkan IHSG terus berbalik arah dan akhirnya ditutup menguat. Padahal kalau kita ngerti teorinya, kenaikan suku bunga biasanya akan berdampak negatif terhadap bursa saham. Nah ada apa ya? Yang menjadi alasannya adalah kepastian tentang laju inflasi. Setidaknya BI sadar betul dengan ancaman yang muncul seiring dengan bergejolaknya mesir yang berdampak pada naiknya harga minyak dunia serta masih adanya ancaman kenaikan harga pangan.

Nah minggu ini merupakan minggu yang bisa membawa kebahagian bagi pelaku pasar modal. Datang jauh dari bursa paman sam dimana data ketenaga kerjaan berhasil mencatatkan kenaikan, atau tingkat penganggurannya turun. Dow Jones ditutup menguat minggu lalu. Sementara itu, bursa asia akan kembali buka setelah perayaan Chinese New Year.

Happy cuan, buat masyarakat suku tionghoa ini merupakan sebuah berkah pastinya di tahun baru imlek. Tapi kesempatan ini juga bisa kita raih bila kita mampu memanfaatkannya dengan baik. Beli di saat semua indikator baik muncul dan jual di saat indikator tersebut sudah waktunya memudar. Atau anda hanya melakukan beli dan simpan lalu dijual di waktu tertentu seperti yang dilakukan oleh warran Buffet. Semua kembali kepada keyakinan anda terhadap pasar modal.

No comments: