Wednesday, February 16, 2011

Menerawang Tahun 2011

Medan Bisnis, 13 Desember 2010
Pasar saham di Indonesia selama tahun 2010 ini menorehkan kinerja yang luar biasa bagus jika dibandingkan dengan Negara lainnya. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah memburuknya kinerja ekonomi di banyak Negara Asia, Eropa dan Amerika, menjadikan Indonesia menjadi Negara yang diminati banyak investor untuk berinvestasi di negeri ini. Walaupun sebagian dana yang masuk masih berbentuk dana jangka pendek (hot money).

Walaupun secara keseluruhan ekonomi kita tetap bagus, namun bukan berarti pasar keuangan kita benar-benar aman di tahun 2011. Seiring dengan perkiraan membaiknya perekonomian kita di tahun 2011, namun tingkat resiko berinvestasi di pasar keuangan kita masih tinggi karena memburuknya kinerja ekonomi di Eropa memicu arus dana asing masuk ke Indonesia dan menimbulkan resiko buruk yakni kemuingkinan pembalikan modal.

Investor (dana asing) akan tetap mencari investasi alternatif dengan yield tinggi. Dan karena itulah mengapa negara-negara di Asia tenggara, tidak terkena imbas krisis utang Eropa. Justru posisinya diuntungkan oleh memburuknya ekonomi di kawasan eropa. Nah, di Indonesia, tingkat inflasi yang sepertinya masih terkendali menjadi salah satu pemicunya. Kinerja inflasi tersebut turut membuat suku bunga acuan (BI Rate) tetap dipertahankan.

Hal ini mempengaruhi pasar obligasi Indonesia. Kurva yield obligasi pemerintah menunjukkan pola naik (uptrend) pada September 2010. Seiring dengan langkah asing yang meningkatkan portofolionya ke obligasi jangka pendek. Walaupun besaran BI Rate yang stabil didukung oleh penguatan nilai tukar Rupiah sehingga inflasi relatif terjaga. Namun, tidak selamanya US Dolar akan terus tertekan terhadap mata uang lainnya sehingga momentum pelemahan US Dolar suatu saat pasti akan berakhir. Sehingga menambah kemungkinan besaran resiko yang bisa saja terjadi di masa yang akan datang.

Beberapa kemungkinan resiko yang terjadi yaitu membaiknya ekspektasi ekonomi AS. Jika AS berhasil keluar dari keterpurukan maka akan ada kemungkinan suku bunga AS (The FED Fund Rate) akan dinaikkan sehingga akan mengurangi minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Pemulihan ekonomi AS berpeluang mendongkrak kenaikan harga komoditas dan bisa memperlemah mata uang Rupiah

Yang pada saat waktunya nanti akan menambah laju tekanan inflasi. Dan jika itu terjadi di tahun depan maka ekspektasi BI rate akan naik sangat relevan. Meskipun kenaikan komoditas nantinya akan mengangkat harga saham-saham di bursa. Kenaikan suku bunga akan terus menambah minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Jadi Hot Money tetap berpeluang terus mengucur ke negeri ini, walaupun kita dililit oleh kenaikan harga barang.

Tanggung jawab pemerintah semakin besar. Namun bila momentum seperti saat ini mampu di manfaatkan pemerintah dengan cara merubah arus dana jangka pendek menjadi investasi langsung (Foreign Direct Invesment) akan lebih bermanfaat untuk kita semua tentunya. Sangat sulit dilakukan namun bukan suatu hal yang mustahil.
Tahun depan Indonesia berpeluang mendapatkan rating investment grade dari lembaga rating internasional. Ini tentunya berita bagus, dengan rating tersebut pemerintah bisa mendapatkan dana murah dan tentunya dapat menarik minat investor untuk berinvestasi di Indonesia.

Tahun 2011 merupakan tahun akselerasi buat laju pertumbuhan ekonomi kita. Kondisinya akan terus berjalan baik dan sangat mulus jika tidak diikuti dengan adanya guncangan eksternal. Tapi itu tidak mungkin sepertinya. Yang pasti kita tetap bisa optimis di tahun 2011, dengan tetap mendahulukan konsumsi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan Asing.

No comments: