Wednesday, February 16, 2011

BPR Permasalahan dan Perkembangannya

Medan Bisnis, 20 September 2010
Peran perbankan dalam perekonomian adalah sangat vital khususnya dalam lalu lintas perputaran uang. Diantara begitu banyak perbankan, kehadiran BPR yang menyediakan produk keuangan yang serupa dengan Bank konvensional lain ternyata memiliki penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan perbankan lain khususnya untuk Usaha Mikro dan Kecil. Seiring dengan persaingan dunia perbankan yang kian ketat, BPR sepertinya tidak akan luntur serta masih menjadi salah satu perbankan yang diminati masyarakat.

Ada banyak hal yang memoengaruhi kinerja BPR baik yang dipengaruhi oleh sisi internal dan eksternal. Karakteristik BPR yang memiliki kemudahan dalam penyaluran kredit serta memberikan keuntungan simpanan dibandingkan dengan bank konvensional lain menjadi daya tarik tersendiri sehingga BPR masih diminati. Segmentasi pasar BPR yang memasarkan produknya kepada masyarakat kecil serta UMK diperkirakan menjadi alasan utama kenapa BPR bisa bertahan hingga saat ini.

BPR adalah salah satu bentuk lembaga keuangan mikro di Indonesia yang telah memiliki akar dalam sosial ekonomi masyarakat pedesaan Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan tersedianya lembaga perkreditan ditengah masyarakat Indonesia seperti Lembaga Perkreditan Rakyat di Jawa pada tahun 1900 (Colter, 1984).

Dan untuk di daerah Sumatera Utara, lembaga kemasyarakatan yang berfungsi membantu masyarakat dalam bidang permodalan usaha kecil merupakan cikal bakal BPR. Selanjutnya peran para perantau sumatera utara yang berada diluar daerah yang bersepakat untuk memupuk modal dan mendirikan BPR dengan tujuan dapat membantu UMK yang ada di Sumatera Utara, merupakan komponen penting yang turut mengembangkan BPR di SUMUT dalam perkembangannya.

Walaupun jumlah penyaluran kredit BPR ke masyarakat menunjukan tren peningkatan. Namun, peningkatan itu masih relatif kecil dari jumlah kredit yang disalurkan oleh Perbankan kepada UKM. Peran BPR sebagai lembaga intermediasi yang mudah dijangkau oleh usaha rakyat sampai ke perdesaan diharapkan mampu menumbuh kembangkan dan meningkatkan daya saing UMK.

Bank Indonesia di tahun 2006 silam menyarankan untuk meningkatkan peran BPR dalam pemberian pelayanan kepada UMK adalah dengan memperkuat kelembagaan BPR dengan membenahi berbagai faktor diantaranya struktur pendanaan, SDM, selera konsumen, infrastruktur pendukung, dan operasional BPR yang efisien. Karena persaingan yang kian ketat dimana BPR saat ini harus bersaing dengan unit pembiayaan lainnya seperti dengan bank umum, koperasi dan pegadaian.

Sejauh ini, BPR di Sumatera Utara, telah berperan dalam menjalankan fungsi intermediasi dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah dana, yang dapat dihinipun dan disalurkan lebih jauh peran ini juga dapat terlihat dari meningkatnya jumlah nasabah yang dilayani BPR serta adanya peningkatan prestasi UMK yang menjadi nasabah BPR. Namun demikian ada kendala yang harus di hadapi BPR.

Kendala tersebut seperti Relatif tingginya tingkat bunga yang di tawarkan oleh BPR, tingginya cost of fund, biaya provisi dan biaya operasional yang juga tinggi, belum tersosialisasinya keberadaan. BPR ditengah masyarakat, Keengganan pengusaha itu sendiri berhubungan dengan BPR. Yang seharusnya dapat menjadi nasabah potensial BPR. Hingga tingginya tingkat persaingan BPR dalam pembiayaan UMK baik bersaing dengan sesama, BPR maupun dengan lembaga keuangan dan non keuangan lainnya.

Prospek BPR untuk pembiayaan UMK dimasa datang masih sangat besar. Hal ini sejalan dengan prediksi yang menunjukkan terus berkembangnya UMK dimasa datang. Hal ini seiring dengan peran UMK sebagai tulang punggung perekonomian yang bisa diandalkan, sehingga pemerintah pusat dan daerah. memiliki kepentingan untuk terus mendorong pertumbuhan UMK untuk dapat memberikan kontribusi maksimum terhadap perekonomian.

No comments: