Sunday, February 13, 2011

Fokus Pasar Yang beralih Ke Piala Dunia

Medan Bisnis, 14 Juni 2010
Pagelaran akbar empat tahun sekali Piala Dunia telah dimulai dengan menyuguhkan pertandingan perdana antara Mexico dan Afrika Selatan yang berakhir dengan 1-1. Perhelatan yang diikuti 32 negara tersebut diyakini akan menjadi magnet tersendiri yang mampu menggeser sentiment investor di pasar keuangan. Meskipun sepak bola tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pasar keuangan, namun habit dari orang yang gila bola mampu membuat kita dapat melupakan dunia keuangan walaupun dalam tempo sesaat.

Fokus khalayak ramai akan terpaku kepada kinerja tim sepak bola di lapangan. Dan yang pasti kita tidak akan menemukan Negara besar ekonomi seperti AS dan China serta merta merajai dunia persepakbolaan,apalagi memenangkan tropi piala dunia – kecuali AS yang masuk dalam kompetisi, sehingga memiliki peluang untuk menjadi juara.

Dunia sepak bola tentunya berbeda dengan dunia keuangan. Sehingga kita tidak dapat mengukur kemampuan sebuah Negara besar (PDB yang tinggi) turut menjadi besar pula dalam dunia sepak bola. Kecuali dalam olimpiade, Negara besar seperti AS dan China kerap identik dengan merebut gelar juara di olimpiade. Karena Brazil yang sudah merebut gelar juara 5 kali dalam piala dunia, bukan merupakan Negara dengan PDB tertinggi, karena PDB Brazil berada diurutan 9 Dunia.

Brazil memang fantastis di dunia sepak bola. Tapi ekonomi brazil tidak sehebat Negara lain yang juga di jagokan di piala dunia. Lihat saja Italia, Negara yang juga difavoritkan juara pada piala dunia kali ini, masih lebih unggul dari Brazil kalau dilihat dari PDB nya. Kalau PDB dibandingkan dengan sepak bola. Maka AS dan China lah yang lebih “memalukan”. Terlebih China dengan PDB yang besar serta berpeluang menggeser AS sebagai Negara adidaya ekonomi dunia. China tidak tampil sama sekali di piala dunia.

Oleh karena itu, sulit untuk menemukan tolak ukur maupun formula yang tepat untuk mengukur sejauh mana hubungan atau korelasi antara ekonomi dengan sepak bola. Namun, banyak yang berpendapat bahwa pagelaran piala dunia selalu membuat pasar saham sepi transaksi, dan IHSG lebih cenderung turun pada saat piala dunia. Hebat.

Berdasarkan pengalaman pada Piala Dunia 2006 (9 Juni-9 Juli), indeks cenderung menurun sejak pertengahan Mei 2006. Tren ini diprediksi berlanjut sampai pelaksanaan turnamen Piala Dunia 2010. Kalau berkiblat pada data sebelumnya, maka kita akan melihat IHSG bergerak sideways dengan kecenderungan melemah. Nah, apa jadinya kalau piala dunia di selenggarakan di Negara dengan ekonomi besar seperti AS, Eropa dan Asia (China).

Di Indonesia saja pelaku pasar modalnya mulai kehilangan fokus. Bagaimana kalau sempat pelaku pasar modal di Negara besar tersebut kehilangan fokus. Tentunya indeks bursa global akan mengalami hal yang serupa yakni semua bursa dunia berpeluang terkoreksi. Sehingga kesimpulan yang akan mengemuka adalah Piala Dunia pemicu turunnya indeks bursa global.

Yang menarik bagi penulis adalah Korea Utara. Negara yang tertutup ekonominya itu, juga menutup diri dalam ajang sepak bola dunia. Dalam rilis di sebuah berita elektronik, Korea Utara melarang pemainnya untuk berinteraksi dengan wartawan. Korea Utara kian membuat orang berpikir bahwa Korea Utara sangat misterius.

Berbicara mengenai Ekonomi, Korea Utara sempat membuat indeks bursa global rontok pada saat Korea Utara dituding sebagai penyebab tenggelamnya kapal Korea Selatan. Dan berpotensi memicu perang di semenanjung korea. Coba kita bayangkan, apa jadinya bila Korea Utara bertemu Korea Selatan di ajang piala dunia. Mungkin perang tersebut sekaligus menjadi perang idiologi antara kedua Negara tersebut. Semoga saja piala dunia berjalan lancar dan tidak menimbulkan dampak negative terhadap pasar keuangan dunia.

No comments: