Wednesday, February 16, 2011

Eropa, Masih Jauh Dari Pemulihan?

Medan Bisnis, 12 Juli 2010
Dalam beberapa hari terakhir mata uang Eropa terpantau menguat terhadap hampir semua mata uang dunia. Pelaku pasar berpendapat bahwa proses recovery global mulai menunjukan pemulihan yang berarti sehingga membuat kepercayaan investor kembali pulih terhadap Euro.

Ekonomi negara perancis mengalami perbaikan seperti yang dilansir oleh Institut Statistik dan Ekonomi Nasional Perancis (Institut National de la Statistique et des Études Économiques: INSEE) yang melaporkan adanya peningkatan kinerja pada sektor industri Perancis. Lembaga tersebut melaporkan bahwa indikator French Industrial Production m/m mengalami kenaikan menjadi 1.7%. dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya naik menjadi 0.3% dari nilai pada periode lalu yaitu -0.5%.

Sementara itu, dari Inggris, National Statistics melaporkan aktivitas ekonomi di Inggris belum menunjukan aktivitas ekonomi yang lebih baik dimana tingkat harga umum barang-barang input produksi perekonomian Inggris masih bernilai negatif. Walaupun sedikit lebih baik dari periode seblumnya namun hasil tersebut masih menunjukkan adanya kelesuan pada aktivitas produksi.

Selain itu defisit neraca perdagangan negara tersebut juga dilaporkan meningkat. Rilis dat terkini menunjukkan bahwa indikator Trade Balance turun menjadi -8.1 miliar Poundsterling dimana sebelumnya diperkirakan akan membaik menjadi -7.1 miliar Poundsterling dari nilai pada periode sebelumnya yaitu -7.3 miliar Poundsterling .

Kondisi ekonomi eropa tersebut diyakini mampu memberikan angin segar ke pasar keuangan meskipun dalam tempo yang tidak lama. Selin itu, datang dukungan dari menguatnya indeks konsumsi masyarakat AS yang mengalami kenaikan. Hal tersebut telah mendorong indeks bursa dow jones dan bursa global naik signifikan. Dow Jones bahkan kembali menanjak di atas level 10.000.

Sejauh ini negara di kawasan Eropa masih mengandalkan kebijakan penghematan anggaran yang dinilai belum akan mampu menuntaskan permasalahan pokok dari krisis keuangan saat ini. Penghematan anggaran berarti akan mengurangi kemampuan negara tersebut dalam memerangi pengangguran. Hal yang paling krusial yang harus segera di benahi.

Terlebih, baru-baru ini International Monetery Fund (IMF) mengeluarkan pernyataan bahwa Uni Eropa menghadapi resiko yang besar terkait krisis keuangan publik. Pernyataan tersebut telah memicu spekulasi bahwa kebijakan penghematan anggaran akan tentunya akan mengurangi permintaan terhadap komoditi. Dan lagi-lagi China sepertinya juga mengalami hal yang sama dengan menurunkan permintaan akan komoditi khususnya batu bara.

Kebijakan-kebijakan yang diambil tersebut belum menggambarkan adanya pemulihan yang signifikan. Wacana-wacana yang berkembang seputar ekonomi masih berputar-putar dan belum memberikan jawaban pasti akan pemulihan yang sebenarnya. Silih berganti wacana tersebut memberikan warna dan sekaligus menjadi berita yang bisa saja ditafsirkan dalam banyak sudut pandang, dan terkadang memunculkan spekulasi.

Para pelaku pasar juga terlarut dalam dinamika tersebut. Dan berdampak pada pola pergerakan mata uang dan saham yang memiliki volatilitas yang searah dengan perubahan wacana. Perlu pemahaman serta kesabaran dalam menganalisa aktifitas ekonomi tersebut dalam jangka panjang, sehingga tidak terjebak pada volatilitas yang menghasilkan kerugian finansial.

No comments: