Sunday, February 13, 2011

Kecemasan Baru Muncul di Semenanjung Korea

Medan Bisnis, 31 Mei 2010
Dalam perdagangan beberapa hari terakhir sebelumnya Bursa saham Korea Selatan ditutup turun, tertekan oleh ketidakpastian hubungan politik dengan korea utara. Tim investigasi mengatakan Korea Utara sengaja menenggelamkan kapal perang Korea. Bursa pun berguguruan ditambah sentimen negatif kekhawatiran yang terus berlanjut di kawasan Eropa.

Mata uang Dollar AS pun ikut naik tajam terhadap won Korea. Dan diyakini ketegangan korea yang berkelanjutan akan memberikan tekanan terhadap Kospi, ditengah kekhawatiran yang masih berlanjut pada perekonomian kawasan Eropa. Korea Selatan merupakan Negara yang banyak menghasilkan Chip serta memiliki industri besar di bidang otomotif harus menelan pil pahit karena saham di sektor tersebut berguguran.

Dampak yang paling menonjol dari ketegangan korea adalah rontoknya indeks bursa di kawasan asia, tanpa terkecuali Indonesia. Meski dalam kondisi tegang dan berpeluang menciptakan perang baru, namun perkembangan terhadap proses yang sedang terjadi sepertinya masih dapat meminimalisir kemungkinan rontoknya indeks bursa. Hingga perang yang dikhawatirkan itu benar-benar terjadi.

Korea Utara merupakan Negara yang unik sebagai negara sosialis, namun dikelilingi oleh negara dengan ekonomi liberal yang berpendapatan tinggi. Akan tetapi korut sendiri tidak terpengaruh dengan liberalisasi negara-negara tetangganya. Korea Utara memiliki ideologi yang mengatur dan menjadi kunci utama hubungan luar negeri korea utara. Korea Utara mengisolasi negerinya dari perdagangan luar negeri. Dan sulit buat Negara di kawasan Asia Timur yang mengharapkan adanya regionalisasi kawasan.

Meskipun mengisolasi negaranya dari perdagangan, namun bukan berarti korut tidak melakukan perdagangan sama sekali, hanya saja terbatas. Partai yang berkuasa di Korea Utara adalah Democratic People’s Republic of Korea (DPRK: Korea Utara) yang diciptakan oleh Kim Il Sung. Dengan ideologi juche sebagai panduan utamanya. Sehingga negeri ini tidak akan terpengaruh secara langsung terhadap berbagai macam krisis yang terjadi di luar negeri seperti AS dan Eropa saat ini.

Bahkan dalam kebijakan pertahanan Negara, Korut menggunakan cara-cara yang sangat di tentang oleh Negara luar karena dinilai sangat provokatif. Bentuk pertahanan tersebut tekah dibuktikan dengan ditenggelamkannya kapal milik Korea selatan yang membuat indeks KOSPI korsel terseret dalam teritori negatif.

Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Asia, kehadiran Korut seharusnya bisa mengharmonisasikan perdagangan di kawasan Asia, dan Indonesia juga berpeluang dapat melakukan kerjasama dengan Korea Utara. Pertanyaan yang muncul adalah apakah juche yang mengendalikan perilaku Korut mau membuka dirinya dalam kancah perdagangan yang lebih luas dengan Negara lain atau liberalis.

Beberapa ancaman yang timbul seperti, Ancaman yang timbul dikarenakan oleh kompetisi kekuatan besar beberapa Negara (balance of power contest) untuk menguasai aspek-aspek tertentu, akhirnya akan mengabaikan bentuk kerja sama. Ancaman yang lain adalah grass fire conflicts dimana ancaman keamanan berasal dari permasalahan lokal antar negara dalam kawasan. Ancaman tersebut sepertinya lebih dapat menggambarkan kemelut yang terjadi antara Korea Selatan dan Korea Utara saat ini.

Dengan sistem keuangan yang terintegrasi seperti saat ini. Korut yang saat ini telah menyebarkan ancaman perang dengan korea selatan tentunya akan memberikan dampak besar terhadap pasar keuangan dunia termasuk Indonesia. Dan apabila ketegangan itu terus berlanjut dengan intensitas yang meningkat maka pasar keuangan regional juga akan membentuk pola yang serupa.

No comments: