Wednesday, February 16, 2011

Badai Itu Datang Kembali

Medan Bisnis, 5 Juli 2010
Badan Metereologi Dan Geofisika (BMG) menyatakan bahwa telah terjadi musim hujan yang seharusnya tidak terjadi di saat musim kemarau itu tiba. Perubahan iklim yang terjadi tersebut telah membuat prediksi para ahli meleset. Namun, anomali yang serupa ternyata juga sempat menghampiri bursa kita dalam perdaganganga beberapa hari sebelumnya.

Bursa kita sempat menguat meskipun terjadi pelemahan pada hampir semua bursa di Asia dan Dunia. Anomali tersebut seolah-olah menggambarkan fundamental ekonomi kita yang sangat kuat sehingga mampu menahan volatilitas bursa global yang liar serta memiliki kecenderungan harga yang terus menurun. Kebijakan dari lembaga pemeringkat yang akan memotong sejumlah peringkat hutang Negara eropa seolah menjadai badai yang siap meluluh-lantakkan bursa.

Lihat saja Spanyol, negara matador tersebut akan dipangkas peringkat hutangnya oleh Fitch Ratings sehingga menekan pasar keuangan di Eropa. Demikian halnya berita buruk dari China. Negara tersebut diyakini melambat pertumbuhannya. Sehingga mata uang Yuan China kembali beranjak melemah terhadap US Dolar.

Dan masih ada lagi kabar buruk lainnya. Pelemahan di bursa Wall Street masih berlanjut seiring masih datangnya kabar-kabar ekonomi yang negatif, salah satunya dari angka pengangguran AS yang belum juga membaik. Departemen Tenaga Kerja AS menyatakan bahwa pengangguran meningkat menjadi 472.000 (pada minggu 26 juni) atau meningkat 13.000 dari minggu sebelumnya yang tercatat diangka 459.000.

Belum lagi selesai data ketenaga kerjaan, datang lagi berita buruk lainnya, yaitu angka penjualan rumah AS yang turun selama Mei. National Association Realtors mengungkapkan, indeks penjualan rumahnya turun 30% menjadi 77,6 berdasarkan kontrak yang dibuat di bulan Mei. Indeks ini sebelumnya telah naik selama 3 bulan berturut-turut bahkan sempat menembus titik tertingginya di 110,9 pada periode sebelumya.

Diantara semua kabar buruk tersebut, ada kabar baik yang tersisa, yakni data manufaktur AS. Dimana tumbuh untuk 11 bulan berturut-turut, meskipun dalam angka yang masih lebih jelek dari ekspektasi sebelumnya. Harga Saham di AS pada jumat kemarin mengalami tekanan meskipun mulai mereda di saat menjelang penutupan.

Pada perdagangan Kamis (1/7/2010), indeks Dow Jones melemah 41,49 poin (0,42%) ke level 9.732,53. Indeks Standard & Poor's 500 juga melemah 3,33 poin (0,32%) ke level 1.027,38 dan Nasdaq melemah 7,88 poin (0,37%) ke level 2.101,36. Perhatian pasar sepertinya mulai beralih dari masalah krisis di Eropa ke data-data perekonomian AS yang mengkhawatirkan seiring lambatnya pemulihan ekonomi.

Awal pekan ini, IHSG sepertinya akan bernasib serupa. Melemahnya indeks bursa dunia di yakini akan berdampak pada pelemahan harga saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG akan kembali mengalami tekanan hebat, karena IHSG sudah menguat cukup tinggi, sehingga IHSG lebih rentan terhadap guncangan yang terjadi di bursa global.

Penguatan nilai tukar Rupiah akan sedikit memberikan angin segar bagi pergerakan indeks. Namun Rupiah diyakini tidak akan menguat lebih tinggi lagi. Musim pembagian deviden sepertinya tidak akan mampu mencuri perhatian dari rontoknya indeks bursa dunia. Namun, pelemahan tersebut akan memacu indeks turun kedalam posisi yang secara teknikal sudah murah. Sehingga akan memicu rebound sesaat secara teknikal.

No comments: