Wednesday, February 16, 2011

Si “Beruang” Bearish Membayangi Pasar Keuangan

Medan Bisnis, 29 November 2010
Semenanjung korea kembali memanas setelah Korea Utara melakukan serangan roket ke wilayah perbatasan yang sedang dalam sengketa kedua Negara. Beberapa orang di kabarkan tewas. Ketegangan di kawasan tersebut menjadi perhatian serius dan membuat bursa global ikut terguncang. Bursa AS dan bursa regional di kawasan asia terkoreksi akibat kekhawatiran di semenanjung korea tersebut.

Meski demikian pemerintah Korea Selatan berjanji untuk menyediakan cukup likuiditas won dan dolar ke sistem keuangan daerah guna menstabilkan guncangan pasar setelah serangan mematikan Korea Utara di sebuah pulau di dekat perbatasan. Langkah cepat dan sangat agresif dari pemerintah korea selatan tersebut dimungkinkan untuk mencegah munculnya perilaku pelaku pasar yang berlebihan. Walaupun guncangan yang berdampak ke sistem keuangan itu hanya bersifat sementara.

Tensi ketegangan yang cenderung meningkat akan semakin memperburuk kinerja pasar keuangan dunia. Untuk itu, Negara-negara besar dan berpengaruh secara politis di harapkan mampu untuk meminimalisir ketegangan. Mengingat dampak buruk dari perang bukan hanya pada kerusakan-kerusakan fisik semata. Ada begitu banyak dampak yang lebih besar yang bias saja terjadi.

Dan tentunya juga akan berdampak negatif terhadap ekonomi Negara yang terlibat perang, Negara sekawasan asia (regional) atau mungkin skala global.
Indonesia yang juga sebagai mitra dagang pemerintah korea selatan juga turut akan merasakan dampak dari guncangan ekonomi di Korea Selatan. Besarannya akan sangat bergantung pada kapasitas ekonomi yang telah terjalin antara kedua Negara.

Belum selesai masalah semenanjung korea. Masalah krisis keuangan yang kembali “menular” kesejumlah Negara eropa lainnya –setelah krisis yunani- memperburuk kondisi ekonomi global saat ini. Saham AS ditutup jatuh dalam sesi-liburan pendek akibat kekhawatiran terhadap ancaman perang oleh Korea Utara dan krisis utang zona euro yang diduga bisa menyebar ke Spanyol dan Portugal.

Kejatuhan saham-saham di bursa wall street juga diikuti oleh sejumlah bursa dikawasan Asia, termasuk Indonesia. Meskipun sebelumnya indeks bursa wall street sempat naik seiring dengan ekspektasi membaiknya bursa menjelang perayaan thanks giving dan Black Friday. Namun, setelah liburan tersebut bursa AS justru terkoreksi seolah-olah mengabaikan “keajaiban” yang biasa terjadi di liburan tersebut.

Kedepan, lantai bursa sepertinya akan mengalami koreksi dalam tempo yang tidak begitu lama. Serta tetap ada sedikit harapan menjelang perayaan keagamaan seperti Natal serta Tahun Baru. Walaupun belum bisa dipastikan bursa akan membaik menjelang perayaan tersebut. Data-data konsumer di AS tentunya akan terus mengalami perbaikan dari bulan-bulan sebelumnya, namun apakah sdata tersebut mampu melebihi realisasi dari tahun sebelumnya?. Itulah masalahnya.

Meski demikian, bila terjadi penurunan dari saham-saham di Bursa Efek Indonesia, itu merupakan hal yang wajar. Mengingat penguatan indeks BEI sebelumnya dinilai cukup signifikan sehingga membuka peluang terjadinya koreksi dalam jangka pendek. Namun, bila merujuk pada pernyataan wakil presiden Indonesia Budiono yang menyatakan bahwa ekonomi kita akan berakselerasi di tahun 2011 mendatang. Tentunya masih ada harapan, dan kita seharusnya bisa memanfaatkan peluang yang tersedia dari koreksi bursa yang terjadi dalam waktu dekat ini.

No comments: