Sunday, February 13, 2011

Yunani Mengguncang Dunia

Medan Bisnis, 17 Mei 2010
Bantuan senilai 750 milar euro yang diprakarsai Uni Eropa berhasil mengangkat mata uang euro dan menenangkan pasar keuangan dunia sebelumnya, wujud solidaritas persatuan masyarakat uni eropa. Bantuan tersebut sebelumnya sempat menjadi euforia di bursa global, bahkan Wall Street mencatat penguatan terbesarnya dalam setahun terakhir. Rincian dana bantuan tersebut sekitar 440 miliar euro datang dari pemerintah zona euro sendiri, 250 miliar euro disediakan oleh IMF, sisanya 60 miliar euro datang dari anggaran Uni Eropa.

Keputusan itu diambil setelah melalui perdebatan dan kebimbangan di antara para pemimpin Eropa selama berminggu – minggu. Perdebatan telah menghantam mata uang euro dan menjatuhkan pasar dunia karena kecemasan krisis bisa menyebar. Permasalahan krisis yunani tersebut diperkirakan akan menyebar dan menghantam negara lain seperti spanyol dan portugal.

Yang menjadi kekhawatiran adalah paket tersebut tidak memecahkan masalah utama Eropa. Negara eropa lain menuding negara yang terbelit masalah dikatakan sembrono dan berdampak pada pelemahan Euro dan semua mitranya juga harus menanggung bebannya. Hutang yang dikucurkan untuk mengatasi masalah Eropa diperkirakan hanya akan memperburuk, karena harus menanggung beban hutang yang lebih besar.

Permasalahan Yunani jelas membuat proses pemulihan ekonomi global terganggu. Fokus penyelesaian krisis yang di mulai AS sebelumnya harus mengalami hambatan berat dan diperburuk oleh masalah di Eropa. Gali lubang untuk menutup lubang yang lama dinilai tidak akan efektip dan hanya akan menambah masalah yang lebih besar. Banyak ekonom memandang meminjamkan uang ke pemerintah yang sudah berutang banyak tidak akan menyelesaikan masalah.

Masalah yang mendasar yang dihadapi Yunani adalah PDB yang rendah, pengangguran yang tinggi dan produktivitas yang rendah. Bahkan untuk mendapatkan pinjaman luar biasa yang tersebut ada beberapa syarat yang harus dipenuhi Yunani, yakni pengetatan anggaran. Yunani harus memperketat anggaran agar bisa mengurangi defisitnya dari 13% PDB menjadi 3% sampai 2014. Jelas sekali hal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan Yunani adalah dengan menggenjot laju pertumbuhan. Karena itu bisa menjadi jawaban untuk menyelesaikan masalah. Akan tetapi bukan perkara yang mudah.

Negara uni eropa lainnya harus sigap dan mengambil langkah yang tepat guna mengatasi penyebaran krisis. UE harus mampu mengembalikan kepercayaan pasar terhadap kemungkinan penyebaran krisis negara eropa lain. Mata uang Euro harus segera diselamatkan agar tidak menganggu perekonomian Eropa. Sejauh ini Bank sentral Eropa (ECB) membeli obligasi pemerintah dan swasta melalui pasar sekunder dalam rangka mengatasi krisis yang mengancam stabilitas euro.

Dalam pernyataannya, ECB mengatakan pihaknya ingin mengatasi gejolak di segmen pasar tertentu yang membahayakan mekanisme dan pelaksanaan kebijakan moneter. Oleh karena itu, ECB akan mengintervensi pasar yang sedang disfungsi tersebut. Namun, skala intervensi tersebut masih harus diputuskan dewan. Karena pada dasarnya ECB tidak boleh membeli obligasi langsung dari pemerintah.

Kondisi di Yunani tersebut tentunya tidak berpengaruh signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Yang tidak memiliki ketergantungan yang kuat terhadap pasar eropa. Namun, volatilitas yang terjadi di pasar keuangan global akan membuat pasar kita turut terganggu. Indikator yang bias terlihat adalah terjadinya fluktuasi nilai tukar Rupiah dan IHSG.

Pelemahan Euro selalu akan diikuti oleh penguatan nilai tukar US$ terhadap rupiah dan akan terus menekan nilai tukar Rupiah. Dan secara psikologis pelaku pasar di pasar modal juga akan keluar dari pasar modal apabila kekhawatiran yang mengguncang masih terus berlanjut. Meskipun kita memiliki fundamental yang lebih baik.

No comments: