Wednesday, February 16, 2011

Setahun SBY dan Pasar Saham

Medan Bisnis, 25 Oktober 2010
Dalam setahun terkahir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan kinerja yang luar biasa. IHSG terus melanjutkan tren penguatan dan mencatat rekor tertinggi baru dalam sejarahnya. IHSG terus menguat walaupun indeks bursa rnegara lain di Amerika dan Eropa masih terseok-seok. Anomali di IHSG sepertinya masih akan tetap bertahan, entah sampai kapan.

Pelaku pasar sepertinya akan terlena akan kemungkinan pembalikan modal atau reversal yang berpeluang membuat IHSG terkoreksi. Analis pun mulai meragukan analisanya sendiri dengan membuat gambaran baru pergerakan IHSG yang sepertinya masih akan ke atas lagi. IHSG sepertinya masih memiliki prospek yang cerah di tahun yang akan datang. Seiring dengan peringkat Indonesia sebagai Negara layak investasi. Penilaian tersebut berasal dari pemeringkat internasional yang diakui.

Kejayaan IHSG sebenarnya dimulai pada tahun lalu setelah dilanda krisis di tahun 2008. IHSG cenderung naik secara konstan hingga saat ini. Dan yang paling mengherankan adalah anomali di saat bulan ramadhan kemarin. Disaat semua analis mengkhawatirkan tingginya Inflasi, IHSG kian terus perkasa hingga ke level 3600 saat ini. Bahkan perdagangan di bulan ramadhan kemarin selalu ramai dengan frekwensi dan volume transaksi yang tinggi.

Kenaikan IHSG tidak terbantahkan. Hal yang paling membingungkan adalah apa yang menyebabkan IHSG begitu cepat melesat. Yang mengkhawatirkan adalah apakah IHSG benar-benar ditopang oleh fundamental yang kuat sehingga terus melaju kencang atau jangan-jangan karena factor spekulasi semata.

Tidak dipungkiri, dana asing yang terus menerus mengalir ke bursa Indonesia melengkapi dana investor domestik yang lebih dulu lincah bermain. Masuknya dana asing sukses memberikan rasa percaya diri bagi investor domestik untuk terus melakukan aksi beli saham. Dan itulah mengapa IHSG terus mencatatkan rekor terbaru.

Peran asing yang dananya banyak masuk ke Indonesia mengundang kekhawatiran tersendiri bagi para pengamat ekonomi dan keuangan. Sinyal akan pembalikan modal sudah saatnya didengungkan mulai saat ini, sehingga para pelaku pasar modal dan pemerintah khususnya dapat bersikap arif dalam menyikapinya. Dan bila perlu pemerintah mengambil tindakan pencegahan terhadap derasnya uang asing yang masuk ke Indonesia.

Bank Indonesia yang telah lebih dulu membentengi pasar uang dengan membatasi masa waktu pembelian surat berharga minimal satu tahun, dinilai tak cukup untuk membentengi perekonomian nasional dari ancaman capital outflow. Kenaikan pesat IHSG sebenarnya juga menyediakan ruang secara lebih luas kepada aksi ambil untung atau profit taking.


Di satu tahun pemerintahan SBY jilid 2 ini, semoga saja SBY waspada akan kemungkinan buruk yang bias saja terjadi di lantai bursa. Sebagai pelaku di pasar modal tentunya kita tidak ingin IHSG terkoreksi secara tiba-tiba dengan penurunan yang tidak wajar dan sangat merugikan kita secara financial. Jika SBY yakin dengan kerja tim ekonominya, maka seharusnya beliau juga meyakini bahwa pasar saham sebenarnya sudah bergerak melewati batas kinerja tim ekonominya dan memang saatnya dimungkinkan koreksi.

No comments: