Wednesday, February 16, 2011

Memilih Investasi di Tahun 2011

Medan Bisnis, 20 Desember 2010
Sebentar lagi tahun 2010 berakhir, dan kita akan memasuki tahun 2011. Di tahun-tahun 2008hingga 2010 kita masih menyaksikan banyak Negara eropa yang membutuhkan dana talangan (bailout) untuk keluar dari krisis yang menggurita hingga saat ini. Krisis yang diawali di Amerika Serikat terus menular dan berpindah-pindah dari satu Negara ke Negara lainnya. Namun, Negara-negara dikawasan Asia justru mampu bangkit termasuk Indonesia.

Seiring dengan membaiknya kinerja IHSG, tentunya semakin banyak produk reksadana khususnya reksadana saham yang memberikan imbal hasil tinggi. Klaim dari manager investasi pun bermunculan, tentunya banyak yang mengklaim bahwa kinerja reksadana mereka yang paling bagus diantara reksadana lainnya (sekuritas atau manager invetasi lain). Namun, tentunya jarang yang ada mengklaim bahwa reksadananya memiliki kinerja terburuk di saat IHSG terkoreksi tajam seperti yang terjadi di tahun 2008 kemarin.

Dengan kondisi pasar yang bullish (2009 hingga sekarang), Tentunya kinerja di hampir semua reksadana mengalami peningkatan yang bisa dikatakan signifikan. Terlebih bila kinerja reksadana saham tersebut secara presentase mampu mencetak kinerja di atas rata-rata kenaikan IHSG. Namun benarkah IHSG akan terus berakselerasi di tahun-tahun mendatang. Tentunya kita harus berkaca pada realitas serta prediksi ekonomi secara makro.

Selangkah menuju posisi investment grade, setidaknya itu yang bisa menggambarkan rating Indonesia dimasa yang akan datang. Kenaikan rating oleh moodys tersebut setidaknya akan membawa angin segar dalam transaksi di tahun 2011 mendatang. Baik pasar saham maupun produk reksadana masih menjanjikan return atau pendapatan yang lebih tinggi dari produk deposito bank.

Pasar saham juga masih akan dimeriahkan dengan rencana IPO sejumlah perusahaan baik BUMN dan swasta. PT Garuda Indonesia dikabarkan akan melakukan penawaran perdana sahamnya di semester 1 tahun 2011. Dimana biasanya turut melibatkan juga perusahaan sekuritas BUMN sebagai penjamin emisinya.

Saham-saham di sektor semen masih tetap menjanjikan. Meskipun di akhir tahun 2010 ini kinerja saham disektor semen kurang memuaskan, namun itu dipengaruhi oleh cuaca serta permintaan yang kurang dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Namun, dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat tentunya akan banyak permintaan semen di tahun-tahun mendatang.

Oleh karena itu saatnya kita mengkoleksi saham-saham di sektor tersebut. Beberapa saham yang direkomendasikan yaitu INTP (Indocement Tunggal Perkasa), SMGR (Semen Gresik) dan SMCB (Semen Cibinong). Selain itu, saham-saham berbasiskan CPO (crude palm oil) juga layak dilirik seperti AALI (Astra Agro Lestari) ataupun juga BWPT (BW Plantation).
Ekespektasi kenaikan harga sawit dimasa yang akan datang serta ekspektasi membaiknya kinerja emiten tersebut menjadi katalisnya. Untuk perbankan sebaiknya pilih Bank Mandiri. Karena Bank Mandiri masih memiliki kemampuan mencetak laba yang diperkirakan lebih tinggi di tahun seelumnya. Target harga saham Bank Mandiri berada dikisaran Rp. 7.500.

Tentunya sebagai investor kita harus mengetahui benar siapa kita dan tipe seperti apakah investor seperti kita ini. Jika kita sanggup memikul resiko yang besar maka belilah saham yang berpeluang memberikan return yang tinggi, meskipun ada resiko yang tidak kecil didalamnya. Nah jika kita adalah orang yang tidak berani mengambil resiko yang besar. Mungkin reksadana dapat menjadi pilihannya.

Return dari reksadana sangat bergantung pada kinerja portofolio di dalamnya. Untuk itu pilihlah reksadana yang bisa memberikan return yang di harapkan. Return yang dimaksud harus lebih tinggi dari investasi di perbankan dan yang pasti harus lebih tinggi dari ekspektasi laju inflasi. Karena bila investasi yang kita lakukan returnya lebih rendah dari laju inflasi, maka sebenarnya uang kita tidak bertambah namun justru bisa dikatakan mengecil.

No comments: