Wednesday, February 16, 2011

Tren Bullish Pasar Akan Tertahan

Medan Bisnis, 23 Agustus 2010
Pasar uang kembali terguncang dan membuat panik bursa saham. Banyak investor yang menjual sahamnya dan beralih ke aset yang lebih aman atau biasa disebut dengan safe heaven. Yang menjadi pemicu memburuknya kinerja pasar keuangan global adalah realisasi klaim pengangguran di AS yang meningkat melebihi ekspektai sebelumnya.

Klaim pengangguran di AS meningkat 12,000 dari angka 500,000 minggu lalu, tertinggi sejak pertengahan November lalu. Angka tersebut lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebelumnya yang sebesar 476,000. Data tersebut berdampak pada menguatnya nilai tukar US Dolar karena banyak investor yang melirik Obligasi dibandingkan dengan pasar saham.

Hal ini mengakibatkan nilai Dolar naik dan memaksa Euro terkoreksi mendekati harga terendah dalam lima minggu terkahir di $1.2660. Selain itu koreksi juga terjadi di pasar komoditi. Harga minyak dunia turun lebih dari 1 persen. Penurunan harga minyak tersebut menambah sederet berita buruk bagi pasar keuangan global seiring memburuknya jumlah pengangguran AS serta data sektor fabrikan yang juga terus memburuk.

Indikator bursa saham AS seperti Indeks Dow Jones ditutup minus 57.59 points, atau 0.56 percent, ke 10,213.62, sementara indek Standard & Poor's 500 jatuh 3.94 points, atau 0.37 percent, ke 1,071.69. Hanya indeks Nasdaq yang naik 0.81 points, atau 0.04 percent, ke 2,179.76. Memburuknya kinerja bursa AS tersebut akan memberikan dampak negatif bagi perdangangan saham di bursa global.

Dari kawasan Eropa, perekonomian negara tersebut juga masih mengkhawatirkan. Seiring pernyataan dari salah satu pejabat Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa, bahwa ECB semestinya memperpanjang kebijakan fiskal yang lebih longgar. Pernyataan tersebut langsung di respon negatif oleh pasar serta menambah kekhawatiran bahwa ekonomi di zona Euro belum sepenuhnya pulih.

Di Indonesia, Bursa Saham kita maupun nilai tukar rupiah masih bergerak menguat dan seolah mengabaikan buruknya data perekonomian dari luar. Anomali yang terjadi di lantai bursa dan Rupiah seharusnya membuat kita semakin waspada akan kemungkinan adanya pembalikan modal atau biasa disebut dengan reversal.

Meskipun di topang oleh fundamental yang cukup kuat, Ekonomi kita dalam jangka pendek masih dibayangi oleh memburuknya kinerja inflasi yang suatu saat akan memberikan dampak negatif bagi Indeks Bursa dan Rupiah. Sentimen negatif dari luar tidak akan berlalu begitu saja tanpa memberikan dampak serupa terhadap kinerja pasar keuangan kita.

Terlebih bila Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga seiring dengan meningkatnya laju tekanan inflasi. Yang akan berdampak pada melemahnya nilai tukar Rupiah. Selain itu, pelemahan Rupiah tidak akan berdampak positif bagi kinerja ekspor kita karena lesunya perekonomian global yang menurunkan permintaan barang, khususnya barang barang komoditas.

Untuk itu, jangan terlalu berkeyakinan bahwa baik indeks bursa dan Rupiah akan melanjutkan tren penguatan dalam waktu dekat ini. Setidaknya data inflasi serta memburuknya kinerja sektor keuangan global akan tetap berpengaruh dalam waktu dekat ini. Anomali yang terjadi tidak menggaransi bahwa Rupiah dan saham akan sangat kuat terhadap guncangan eksternal.

Tren bullish yang terjadi saat ini tidak akan bertahan lama dan sangat rapuh sekali. Meskipun dalam jangka panjang masih menjanjikan, namun belum ada yang berani menjanjikan kapan ekonomi global akan terbebas dari kontraksi, yang kapan saja dapat mengguncang perekonoimian dalam negeri.

No comments: