Sunday, February 13, 2011

Skenario Kenaikan Harga BBM

medan bisnis 26 April 2011
Harga minyak dunia kembali menguat diatas $85/barel. Kenaikan minyak beberapa minggu terakhir tersebut membuat khawatir pemerintah. Kenaikan harga minyak tersebut di picu oleh membaiknya ekspektasi pemulihan ekonomi di Negara eropa seperti Yunani dan Spanyol. Selain itu, pasar tenaga kerja amerika serikat yang terus menunjukan perbaikan turut memicu naiknya harga minyak.

Pergerakan harga minyak memang tak terlepas dari aksi spekulasi pelaku pasar. Kenaikan harga minyak selalu lebih cepat dari perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia. Masih merupakan analisis serta indikasi membaiknya perekonomian dunia, minyak langsung merangsek naik lebih dulu dari realisasi pertumbuhan sebenarnya. Kondisi tersebut langsung membuat semua Negara siaga akan segala kemungkinan kebijakan yang di ambil terkait melonjaknya harga minyak.

Pemerintah kita terus berupaya untuk mengatasi kenaikan harga minyak tersebut. Mulai dari menaikkan produksi minyak (lifting) perhari hingga kemungkinan opsi kenaikan harga BBM. Sejauh ini sejumlah perusahaan yang memproduksi minyak lokal belum mampu menambah kapasitas produksi karena menghadapi banyak kendala.

Asumsi harga minyak di dalam APBN juga dinilai tidak relevan lagi jika dibandingkan dengan pergerakan harga minyak terakhir. Kenaikan harga minyak yang lebih tinggi sepertinya sudah di depan mata dan tak dapat dihindarkan lagi. Kenaikan harga minyak yang signifikan nantinya akan menahan laju pertumbuhan ekonomi.

Indonesia yang memproyeksikan bahwa pertumbuhannya sebesar 5.7% dalam tahun-tahun mendatang dinilai sangat konservatif dalam melakukan proyeksinya. Laju pertumbuhan Indonesia diperkirakan akan melebihi angka 6% atau dikisaran 6.4%. lembaga yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia itu adalah IMF. Kenapa permerintah begitu konservatif?. Adakah kaitannya dengan kemungkinan kenaikan harga minyak di kemudian hari nanti.

Asumsi tersebut bisa saja benar. Dengan kenaikan harga minyak dunia serta kemungkinan dipilihnya opsi menaikan harga BBM untuk mengurangi beban defisit pemerintah maka pertumbuhan akan mengalami tekanan. Oleh karena itu pemerintah harus mencari cara lain agar kenaikan BBM tidak berdampak signifikan dan membebani defisit.

Salah satu caranya adalah pemerintah memberikan ruang penguatan nilai tukar Rupiah. Karena dengan nilai tukar yang meguat dapat mengurangi beban pemerintah apabila harga minyak mentah dunia terus bergerak naik. Namun, sejauh ini penguatan Rupiah masih relatif terbatas dan sulit untuk menembus level Rp. 9000/$.

Pemerintah diperkirakan tidak akan membiarkan Rupiah terus unjuk gigi terhadap US$. Kepentingan pemerintah untuk menahan laju inflasi serta mengurangi dampak buruk dari penguatan nilai tukar Rupiah seperti berkurangnya ekspor. Sehingga momen penguatan rupiah yang seharusnya terjadi lebih cepat pada saat ini tidak akan dimanfaatkan pemerintah sepenuhnya untuk menahan laju penguatan harga minyak nantinya.

Kenaikan harga minyak sudah pasti terjadi dalam mengantisipasi pemulihan kondisi ekonomi global. Pemerintah sepertinya akan terjebak pada pembuatan kebijakan yang tidak populis seiring dengan kenaikan harga minyak nantinya. Secara politis kenaikan harga BBM dapat berpotensi merusak citra penguasa yang saat ini banyak diwakilkan oleh partai demokrat. Dan dapat berdampak merusak tatanan sosial masyarakat kita.

No comments: