Thursday, February 17, 2011

Harga Cabai Kian Pedas, IHSG pun Kandas

Medan Bisnis, 10 Februari 2011
Tahun baru baru saja berlalu, namun minggu pertama awal januari kemarin menjadi minggu pahit bagi Indeks bursa kita. Setelah mengalami kenaikan sejak akhir desember hingga hari pertama bulan januari, IHSG kembali terpuruk signifikan dalam 2 hari transaksi di akhir pekan. Ada begitu banyak faktor negatif sehingga membuat IHSG terpuruk, salah satu diantaranya adalah tekanan inflasi yang mengkhawatirkan.

Salah satu yang menjadi terror menakutkan bagi laju inflasi di tahun ini salah satunya adalah mahalnya harga cabai yang bertengger di atas Rp.100.000/kg. Meskipun bukan termasuk makanan pokok, namun cabai rupanya telah menyita perhatian publik hingga presiden. Kenaikan cabai jelas akan menjadi katalis bagi kenaikan laju inflasi dari bahan pangan. Apalagi beras sudah melambung terlebih dahulu, sehingga menambah kehawatiran di pasar modal.

Rasa pedas dari cabai nantinya akan membuat Bank Indonesia sulit untuk terus mempertahankan suku bunga acuan yang saat ini sedang dipertahankan di level 6.5%. Cepat atau lambat BI rate tidak mungkin tidak naik, Bapenas bahkan berani memprediksi inflasi akan bergerak dikisaran 7.5% hingga 8%. Jadi berapa besar BI rate yang sesuai untuk berdampingan dengan laju inflasi. Sepertinya tidak mungkin di level saat ini.

Dalam artikel sebelumnya memang inflasi yang menjadi kekhawatiran di tahun 2011. Dan ternyata datangnya juga sangat cepat di minggu pertama tahun baru ini. Inflasi yang tinggi nantinya akan meningkatkan bunga kredit dan berdampak pada menurunya kinerja emiten yang nantinya akan memberikan dampak negative bagi kinerja saham-saham di lantai bursa (harga sahamnya turun).

Seiring dengan itu, Bank Indonesia berpendapat bahwa kenaikan ekspektasi inflasi akan dapat diminimalisir apabila dilakukan peningkatan efektivitas produksi, distribusi, dan ketersediaan bahan pokok di tingkat nasional dan daerah. Kita tetap optimis semoga aja langkah BI itu bisa terlaksana. Namun, kondisi inflasi saat ini sudah mengkhawatirkan sehingga membutuhkan penanganan lebih cepat.

Dan yang lebih buruk adalah harga pangan dunia juga mengikuti tren kenaikan yang sama. Cuaca ekstrem serta gagal panen sedang menhantui hampir semua Negara. Inflasi benar-benar bergerak liar di tahun 2011 ini. Terlebih lagi harga minyak dunia juga terus mengalami tren kenaikan, sudah mendekatai $100/barel.

Kalau inflasi tidak bisa dikendalikan maka asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2011 dengan sendirinya nanti akan direvisi. Kondisi ekonomi global yang tidak menentu turut mempengaruhi ekonomi domestik yang juga tidak menentu. Meski demikian, kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam pengelolaan capital inflows dan stabilitas nilai tukar rupiah memberikan harapan akan ekspektasi positif perekonomian Indonesia.

Harga pangan khususnya cabai benar-benar sangat fenomenal. Harga saham berguguran karenanya, walaupun sebenarnya cabai bukan makanan pokok. Apalagi saham yang jelas-jelas bukan kebutuhan primer. Inflasi yang tinggi akan membuat orang lebih realistis dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, ketimbang membeli saham yang biasanya dilakukan oleh orang kelebihan dana (excess fund). Tetapi penulis berkeyakinan itu tidak akan terjadi.

No comments: