Tuesday, April 17, 2007

Akankah Rupiah Terkoreksi?

Medan Bisnis, 09 April 2007
Dalam sesi perdagaangan beberapa bulan terakhir, Rupiah masih relatif stabil dikisaran level 9050 hingga 9250. Membaiknya indikator ekonomi makro menjadi penopang membaiknya kinerja Rupiah. Namun sampai kapan keadaan tersebut akan bertahan?.

Beberapa data seperti inflasi serta meningkatnya volume ekspor sepertinya akan menjadi data-data yang kerap mewarnai pergerakan Rupiah. Sementara disisi lain, seperti memburuknya kinerja mata uang US Dolar juga akan memberikan dampak positif bagi pergerakan mata uang Rupiah.

Sejauh ini, sejumlah mata uang utama dunia menguat terhadap US Dolar. Namun, keadaan tersebut tidak berpengaruh pada pergerakan Rupiah yang masih stabil dikisaran level 9100. Akan tetapi, secara keseluruhan Rupiah masih menunjukan tren penguatan. Hanya saja penguatan Rupiah dinilai sangat lambat dibandingkan dengan penguatan sejumlah mata uang Asia lainnya.

Padahal banyak analis yang mengatakan bahwa Rupiah seharusnya sudah menguat di bawah level 9000, mengingat banyaknya momentum yang mendukung penguatan Rupiah.

Di tahun 2006 yang lalu, pemerintah khususnya Bank Indonesia pernah memprediksikan pergerakan Rupiah akan berada dalam range 9000 hingga 9500. Level tersebut dinilai level yang tidak akan merugikan eksportir maupun importir. Dan pada saat realisasinya, Rupiah bergerak diatas level 9000 dan dibawah level 9500.

Dan beberapa minggu yang lalu, pemerintah memperkirakan bahwa range pergerakan Rupiah nantinya akan berada di dalam kisaran harga 9000 hingga 9300. hal tersebut tentunya dapat menjadi gambaran bagaimana Rupiah nantinya akan berfluktuasi, kalau kita bersandarkan pada asumsi pemerintah tersebut.

Namun, perlu diwaspadai, bahwa saat ini masih terjadi tren penurunan BI rate. Belum ada yang tahu sampai diberapa nantinya bunga Rupiah akan turun. Apabila keadaan ini terus berlangsung hingga mendekati bunga bank sentral Amerika atau The FED, maka ada kemungkinan pembalikan modal ke luar negeri. Namun, hal tersebut tentunya tidak berkorelasi seratus persen (100%).

Satu hal yang mungkin bisa menjadi acuan, bahwa pemerintah masih akan tetap menjaga adanya interest rate diferential (perbedaan suku bunga) antara BI rate dengan The FED, dan tentunya membuat Rupiah lebih menarik dibandingkan dengan US Dolar dimata para investor.

Selain itu, seperti yang kita ketahui sekarang, cadangan devisa kembali mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah. Hal tersebut memberikan gambaran cukup jelas bahwa pemerintah mempunyai kekuatan untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.

Untuk saat ini, belum ada alasan yang kuat bahwa Rupiah akan melemah dan menembus batas atas (level 9300) seperti yang telah di asumsikan pemerintah saat ini. Membaiknya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga sempat mencatat rekor tertinggi dalam sejarah, akan membuat pasar finansial dalam negeri berada di jalur hijau.

No comments: