Sunday, November 04, 2007

NFP membaik, FED Menunjukan Sikap

Medan Bisnis, 8 Oktober 2007
Pasar menyambut baik dirilisnya data NFP (Non Farm Payrolls) yang dirilis pemerintah AS hari Jumat kemarin dengan kembali memburu asset dalam US Dolar. Maklum data ketenagakerjaan tersebut direvisi lebih baik 10% (pertumbuhan 110.000 tenaga kerja baru) dari ekspektasi pasar sebelumnya sebesar 100.000 tenaga kerja baru. Sinyalemen pemotongan suku bunga oleh Bank Sentral AS pun berguguran.

Meski demikian tren pertumbuhan tenaga kerja di Amerika tidaklah menunjukan tren kenaikan. Selama tiga bulan terakhir rata-rata pertumbuhan tenaga kerja merealisasikan angka sebesar 96.000 jiwa, atau turun sebesar 25% dari rata-rata pertumbuhan tenaga kerja 3 bulan sebelumnya sebesar 126.000 jiwa.

US Dolar pun kembali menguat terhadap sejumlah rivalnya. Terutama terhadap mata uang Euro dan Yen Jepang. Data bloomberg menyebutkan bahwa US Dolar menguat sebesar 1.8% terhadap Yen Jepang diposisi 116.97, dan menguat sebesar 0.9% terhadap mata uang Euro di level 1.4136/US Dolar setelah sempat terpuruk di level 1.4283/US Dolar.

Selain itu, US Dolar juga menguat terhadap mata uang Poundsterling Inggris dalam sepekan ini. Keputusan Bank of Englad yang tetap mempertahankan besaran suku bunganya dikisaran level 5.75%. Keputusan BoE tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap mata uang GBP, dimana pasar diperkirakan sudah mengantisipasi sebelumnya. Memburuknya kinerja ekonomi di sektor perumahan masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar untuk terus mengkoleksi asset dalam mata uang GBP.

Namun, US Dolar kembali melemah terhadap mata uang Aussie (Australian Dolar). Namun, menguatanya AUD lebih dikarenakan sejumlah faktor teknikal, dan hanya sedikit terdorong oleh keputusan Bank Sentral Australia (RBA) yang masih tetap mempertahankan besaran suku bunganya dikisaran level 6.5%.

Meski demikian, penguatan US Dolar diperkirakan tidak akan bertahan lama, karena secara keseluruhan data perekonomian AS masih menunjukan tren negatif. Data Non Farm Payrolls AS menyisakan bahwa unemployment rate masih menunjukan tren kenaikan dan saat ini berada dikisaran level 4.7%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa "krisis" yang dikhawatirkan seperti sekarang ini hanyalah masalah waktu. Walalupun tetap tercipta pertumbuhan peluang kerja di Amerika, namun pertumbuhan tersebut belum dapat mengimbangi laju pertumbuhan para pencari kerja baru.

Harga Minyak Dunia
Sementara itu, harga minyak dunia kembali turun seiring dengan pengumuman pemeritah Amerika mengenai data ketenaga kerjaan yang direvisi membaik. Hal tersebut berdampak pada pudarnya ekspektasi bahwa The FED akan kembali memotong suku bunganya sekali lagi dalam tahun ini. Sebelumnya harga minyak dunia mengalami lonjakan hingga di atas $80/barel setelah Bank Sentral Amerika memotong besaran suku bunganya sebesar 50 basis poin.

Hal tersebut mendukung asumsi yang menyebutkan bahwa roda perekononomian Amerika akan kembali tumbuh dan berimbas pada meningkatnya konsumsi bahan bakar guna menggerakan perekonomian Amerika, sehingga mempengaruhi peningkatan permintaan terhadap minyak dunia. Selain itu, harga komoditas dunia diperdagangkan dalam mata uang US Dolar, sehingga pelemahan pada mata uang akan berdampak sebaliknya terhadap harga komoditas.

Walaupun sejauh ini harga minyak dunia masih mengalami tren kenaikan, namun laju penguatan harga minyak tersebut diperkirakan tidak akan mengalami laju kenaikan yang ekstreem seiring dengan keputusan OPEC (Organization of Petrolium Exporting Countries) yang akan menambah jumlah output sebanyak 500.000 barel perhari guna mengantisipasi meningkantnya laju permintaan minyak dunia. OPEC saat ini men-supply 40% terhadap kebutuhan minyak Global.

No comments: