Sunday, December 02, 2007

PENTINGNYA PERTUMBUHAN EKONOMI YANG SELARAS DENGAN ALAM

Medan Bisnis, 3 Desember 2007
Dunia kembali dirisaukan oleh isu pemanasan global yang ditandai dengan perubahan iklim bumi yang semakin panas, serta mengancam kelangsungan hidup semua mahkluk yang berada di Bumi. Kalau saja suhu bumi merangkak naik secara konsisten, maka sudah tidak ada gunanya lagi bagi kita untuk terus berkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan duniawi. Karena, pada dasarnya kita tengah menuju pada pemusnahan alam yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Selama ini, sebuah negara akan dinilai sukses apabila negara tersebut mampu menyediakan lapangan kerja, menurunkan kemiskinan serta meningkatkan taraf hidup manusia seperti di negara belahan Eropa dan Amerika Serikat. Namun, untuk menciptakan itu semua sebuah negara harus menciptakan iklim investasi yang baik, dan mampu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

Kalau laju pertumbuhan ekonomi sebuah negara sudah mampu memberikan gambaran hidup ideal seperti yang diharapkan, maka kemakmuran yang diharapkan akan terwujud disamping akan menjadi barometer terhadap negara lain untuk melakukan hal yang sama.
Indonesia juga menganut hal yang sama dalam proses pembangunan selama ini. Jadi, kita semua yang berdomisili di Indonesia juga turut bertanggung jawab terhadap perubahan iklim global yang semakin panas (global warming).

Menurut salah satu karya tulis dari Fakultas Geografi – UGM Yogyakarta menyatakan bahwa, Global warming merupakan fenomena terhadap peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi.

Salah satu penyebab terjadinya global warming yang paling mudah kita temui adalah asap knalpot dari kendaraan bermotor serta asap yang dihasilkan dari industri, dan masih banyak lagi yang lainnya. Semakin tinggi kemampuan daya beli (purchasing power) sebuah masyarakat, maka semakin besar potensi masyarakat tersebut dalam memberikan sumbangsih terhadap perubahan iklim global.

Oleh karena itu, negara-negara industri maju seperti Eropa, AS, Jepang, maupun Australia dituding banyak kalangan sebagai negara yang paling bertanggung jawab terhadap perubahan iklim (global warming) yang terjadi pada saat ini. Namun, masih ada negara baru seperti China dan India yang menjadi fokus dunia pada saat ini.

Kedua negara tersebut pada saat ini telah menjadi negara yang berkembang cukup pesat. China rata-rata merealisasikan pertumbuhan ekonomi diatas 10%, sementara India merealisasikan pertumbuhan rata-rata sebesar 9% setiap tahunnya. Pergerakan mata uang kedua negara tersebut juga terus merayap naik terhadap banyak mata uang dunia.

China, India dan Amerika merupakan negara yang menghasilkan polusi terbesar di dunia pada saat ini. Oleh sebab itu cukup beralasan kiranya ketiga negara tersebut menentang kebijakan pengurangan wajib gas rumah kaca yang diinginkan banyak negara Eropa dan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Karena pengurangan wajib gas rumah kaca akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi di negara masing-masing akan melambat. Sementara, percepatan pembangunan serta pengurangan kemiskinan menjadi sangat penting bagi semua negara di belahan dunia ini.
Sejauh ini, belum ada kesepakatan maupun solusi yang dapat mengurangi efek gas rumah kaca. Setiap negara masih mengedepankan pentingnya pertumbuhan bagi kelangsungan masyarakatnya. Pemanasan global bukanlah sebab namun merupakan akibat pemakaian model pembangunan ekonomi yang dianut banyak negera selama ini.

Sehingga sangat penting dibutuhkan sebuah model pembangunan yang berperspektif lingkungan, atau kita justru punah dengan keteledoran kita sendiri dalam menilai sebuah kesejahteraan tanpa memperdulikan lingkungan yang kian tidak bersahabat. Untuk itu, janganlah terlalu risau dengan kenaikan harga minyak belakangan ini, karena kenaikan tersebut juga membawa berkah pelajaran akan pentingnya menggunakan sumber daya alam secara lebih efisien.

No comments: