Monday, November 20, 2006

Mengantisipasi Tren Penguatan Rupiah dengan Dual Currency Deposit

Medan Bisnis, 20 November 2006
Nilai tukar Rupiah diprediksi akan kembali menguat di tahun 2007. Perkiraan tersebut dikemukakan oleh sejumlah pengamat berdasarkan asumsi perkembangan ekonomi makro Indonesia yang terus membaik.

Selain itu, untuk saat ini tren pelemahan US Dollar di pasar global diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun. Melemahnya laju tekanan inflasi di AS membuat pelaku pasar berkeyakinan bahwa The FED akan menghentikan kebijakan uang ketatnya. Sementara itu, perekonomian AS diperkirakan akan terfokus pada masalah inflasi daripada laju pertumbuhan ekonomi yang kian melambat.

Terkait dengan semua itu, ada produk investasi yang layak dijadikan pertimbangan untuk mengantispasi tren penguatan (bullish) rupiah, yakni Dual Currency Deposit (DCD). DCD adalah deposito dalam mata uang IDR, USD, EUR, JPY atau mata uang lain yang ditentukan.

DCD memberikan suku bunga yang tetap hingga saat jatuh tempo. Selain itu, besarnya suku bunga juga lebih besar dari suku bunga deposito biasa. DCD merupakan deposito dengan masa jatuh tempo 1 sampai 12 bulan.

Meskipun DCD memberikan imbal hasil yang cukup tinggi, namun berinvestasi dalam DCD tetap beresiko. Resikonya adalah nasabah berpotensi menerima mata uang pengganti yang melemah terhadap mata uang asal, sehingga memungkinkan pokok deposito berkurang (unprotected principal).

Namun, kunci keberhasilan terletak pada ekspektasi nasabah terhadap ekspektasi melemahnya suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Misalnya, karena saat ini US Dollar diprediksi melemah terhadap Rupiah, maka pilihlah US Dollar sebagai mata uang asal dan Rupiah sebagai mata uang pengganti.

DCD tidak dapat dicairkan sebelum masa jatuh tempo, demikian halnya dengan bunga, juga dibayarkan pada saat jatuh tempo. Sementara itu, penentuan penerimaan dalam mata uang asal atau pengganti adalah 2 hari kerja sebelum jatuh waktu DCD. Untuk mempermudah pemahaman mengenai produk DCD, kita simak simulasi transaski DCD sebagai berikut.

Misalkan, pada tanggal 1 November 2006, seorang nasabah bernama PT Mujur mempunyai cadangan US Dollar sebesar $100.000 dari hasil ekspornya. Karena melihat US Dollar tidak mempunyai fundamental yang kuat serta memiliki kecenderung melemah terhadap Rupiah, PT Mujur menyimpan dananya dalam bentuk DCD untuk jangka waktu 1 bulan, maka transaksinya adalah.

Mata Uang Asal : US Dollar (USD)
Mata Uang Pengganti : IDR
Penempatan Dana : USD 100.000,-
Tanggal Efektif : 1 November 2006
Tanggal Jatuh Tempo : 1 Desember 2006
Bunga Deposito : 9.75% p.a
Bunga Premi : 1% p.a
Kurs USD/IDR (spot) : 9150
Kurs Konversi : 9200 (strike price)
Tanggal Eksekusi : 29 November 2006, dengan batas waktu jam 13.00 WIB

Pada saat jatuh tempo (1 Desember), total imbal hasil yang akan diterima PT Mujur = USD 100.000 x (9.75+1)% x 30/365 = USD 883.56. karena selama masa observasi (1 November hingga 29 November) US Dollar tidak pernah menyentuh level 9200 (strike price), maka PT Mujur akan menerima = USD 100.000 + USD 883.56 = $100.883,56

Namun, apabila selama masa observasi US Dollar sempat menyentuh level 9200, maka PT Mujur menerima dalam mata uang pengganti yakni : USD 100.883,56 x 9200 = IDR 928.128.752,-. PT Mujur berpotensi mendapatkan kerugian apabila USD/IDR pada saat eksekusi lebih besar dari harga konversi (strike price).

Pemahaman mengenai pergerakan suatu mata uang menjadi sangat penting karenanya. Lama jatuh tempo yang akan dipilih nasabah akan sangat mempengaruhi bunga premi maupun deposito, namun, semakin lama jatuh tempo yang ditentukan maka semakin besar pula resiko yang akan diterima.

No comments: