Monday, December 11, 2006

Ekonomi AS Memburuk, US Dolar Terpuruk

Medan Bisnis, 11 Desember 2006
Bank Sentral AS atau yang biasa disebut The FED masih optimis mengenai prospek perekonomian Amerika kedepan, meskipun tanda-tanda melemahnya sektor perumahan di AS semakin jelas.

Sektor perumahan yang merupakan andalan negeri Paman Sam tersebut merupakan indikator utama ekonomi yang sangat berpengaruh bagi pergerakan US Dolar maupun data-data perekonomian Amerika lainnya.

US Dolar sendiri terpantau melemah terhadap mata uang Euro bersamaan dengan liburnya market Amerika yang merayakan Thanks Giving Day (24/11). Meskipun pada saat itu tidak ada data perekonomian AS yang dirilis, namun pergerakan pasar sangat berfluktuasi dan membawa Euro menguat hingga ke level 1.31 terhadap US Dolar untuk pertama kalinya sejak April 2005.

Melemahnya US Dollar tidak terlepas dari akumulasi serangkaian perkembangan negatif dalam beberapa pekan sebelumnya. Selain itu, isu diversifikasi cadangan devisa bank-bank sentral turut memberikan kontribusi negatif bagi pergerakan US Dolar.

Bahkan, Wakil Gubernur Bank Sentral China (PboC) Wu Xiaoling dalam sebuah artikelnya menyatakan bahwa sejumlah negara di Asia berpotensi mendapatkan kerugian dari terdepresiasinya mata uang US Dolar, mengingat porsi US Dolar dalam cadangan devisa sangat mendominasi.

Kembali ke fundamental ekonomi AS, 5 dari 10 data yang menyusun indeks sektor manufaktur ISM (Institute for Supply Management) Amerika mencatatkan penurunan. Indeks yang menunjukan kondisi sektor manufaktur nasional AS tersebut untuk bulan November mengalami penurunan hingga dibawah angka 50 sejak April 2003.

Terkait dengan hal tersebut US Dolar kembali tumbang, bahkan spekulasi yang berkembang menyebutkan bahwa Bank Sentral AS akan memotong suku bunganya (The FED Fund Rate) pada awal tahun 2007 mendatang.

Berbeda dengan ISM di sektor manufaktur, ISM di sektor jasa Amerika yang semula diprediksi turun ternyata mengalami kenaikan. US Dolar sempat terkoreksi akibat spekulasi yang berkembang sebelumnya. Indeks sektor jasa ISM selama bulan November naik menjadi 58.9 dari bulan sebelumnya sebesar 57.1. padahal spekulasi yang berkembang sebelumnya menyebutkan bahwa ISM Services akan turun dikisaran angka 55.5.

Mengingat sektor jasa menguasi lebih kurang 70% perekonomian Amerika, menguatnya data tersebut berhasil menahan laju pelemahan US Dolar serta kembali menumbuhkan ekspektasi bahwa Bank Sentral AS tidak akan memotong suku bunganya di tahun 2007 mendatang.

Terkait dengan hal itu, Euro melemah terhadap US Dolar hingga dikisaran harga 1.3286/US Dolar (05/12). Namun solidnya data perekonomian di Zona Euro khususnya PMI sektor jasa serta Retail Sales yang naik diluar perkiraan sebelumnya, turut menahan laju pelemahan mata uang Euro. Terhadap Poundsterling, US Dolar kembali menguat 0.3% di level 1.9730 dari level pembukaan.

Terhadap Yen, US Dolar juga menguat sekitar 0.5%. namun, US Dolar sempat terpuruk sebelumnya di level 114.40 seiring dengan pernyataan yang dilontarkan Atsushi Mizuno anggota dewan Bank Sentral Jepang (BoJ) yang mengatakan salah apabila BoJ diasumsikan akan menaikan suku bunga hingga semua data perekonomian menunjukan peningkatan.

Terlepas dari semua itu, US Dolar saat ini kembali menguat terhadap mata uang dunia pada perdagangan akhir minggu kemarin (08/12). Terhadap Euro, US Dolar diperdagangkan di level 1.3196, atau menguat 0.6% dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya di level 1.3290.

Terhadap GBP, US Dolar menguat 0.5% di level 1.9540 dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya di level 1.9641. Terhadap Yen Jepang US Dolar menguat di level 116.29 dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya di level 115.19.

Apa gerangan yang membuat US Dolar kembali menguat terhadap rivalnya. Tak lain adalah membaiknya data Non-Farm Payrolls AS yang menunjukan adanya peningkatan. Non-Farm Payrolls adalah data yang menunjukan jumlah tenaga kerja baru di luar sektor pertanian baik yang bekerja Full-Time maupun Part-Time.

Data yang dirilis akhir minggu kemarin, menunjukan bahwa perekonomian Amerika masih berada di “jalur hijau” meskipun indikator ekonomi lainnya di sektor perumahan dan manufaktur mengalami penurunan.

Selama bulan November jumlah tenaga kerja baru yang terserap sebanyak 132.000 jiwa dari rata-rata bulan sebelumnya yang berkisar 79.000 jiwa. Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah Retail, Restoran serta Perusahaan penyedia jasa kesehatan.

Terkait dengan data tersebut, Spekulasi mengenai penurunan suku bunga US Dolar mulai berguguran. Selain itu, asumsi yang menyebutkan bahwa perekonomian AS mendekati masa resesi juga mulai hilang.
Sejauh ini laju Inflasi di AS belum berada dalam taraf yang mengkhawatirkan. Namun, dengan melemahnya sejumlah data perekonomian AS, diperkirakan Gross Domestic Product (GDP) untuk kuartal 4 2006 berpotensi mencatatkan angka realisasi yang lebih kecil dari kuartal ke 3 yang sebesar 2.2%.

No comments: