Monday, December 04, 2006

Konsolidasi Pasar Menjelang Rapat Dewan Gubernur BI

Medan Bisnis, 04 Desember 2006
Setelah sempat terkoreksi tajam (37 poin) pada perdagangan hari selasa, IHSG akhirnya kembali menguat pada sesi perdagangan akhir minggu kemarin. Penguatan IHSG terdorong oleh menguatnya indeks bursa regional yang turut diiringi dengan ekspektasi penurunan suku bunga Rupiah.

Selain itu, pelemahan IHSG pada saat itu hanya bersifat teknikal, dimana pelaku pasar merealisasikan keuntungan dengan memamfaatkan penguatan IHSG sebelumnya. Namun, kejatuhan IHSG tersebut malah menyulut keyakinan bahwa IHSG masih akan kembali naik lagi. Aksi beli saham unggulan pun kembali meriah.

Bagaimana dengan Rupiah?, Rupiah sendiri masih relatif stabil kendati memiliki kecenderungan melemah selama sesi perdagangan minggu kemarin. Melemahnya mata uang US Dollar di pasar Global tidak membuat mata uang Rupiah bergerak menguat.

Hal tersebut dapat dimaklumi, karena sebagian pelaku pasar khususnya investor asing kembali mengkonversi Rupiah yang dimiliki dalam SBI (Sertifikat Bank Indonesia) maupun bentuk investasi lain ke mata uang US Dollar. Ekspektasi melemahnya laju tekanan inflasi serta spekulasi penurunan BI Rate diperkirakan menjadi pemicunya.

Akan tetapi, memburuknya kinerja Rupiah selama minggu kemarin tidak terlepas dari permintaan US Dollar oleh korporasi menjelang akhir bulan. Apalagi kalau jumlah permintaan tersebut dikaitkan dengan perayaan keagamaan selama bulan Desember dan menjelang tahun baru, tentunya kebutuhan akan US Dollar juga relatif lebih banyak.

Pergerakan Rupiah dan IHSG kedepan akan sangat bergantung pada keputusan BI dalam menentukan BI rate. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada tanggal 07 Desember mendatang, BI diperkirakan akan kembali memotong BI Rate seiring dengan melemahnya laju tekanan inflasi.

Selama bulan November laju inflasi hanya sebesar 0.34%, turun dari bulan sebelumnya sebesar 0.86%. Data tersebut memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai arah pergerakan suku bunga nantinya.

Sejauh ini, ekspektasi penurunan suku bunga telah memberikan tekanan terhadap pergerakan Rupiah, namun disisi lain, ekspektasi penurunan suku bunga telah membawa IHSG kembali naik secara signifikan.

Pasar sepertinya sudah mulai mengantisipasi penurunan BI rate sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Apabila keadaan ini dibiarkan maka Rupiah berpotensi untuk kembali terkoreksi secara tajam. Tentunya Bank Indonesia menjadi tumpuan harapan agar laju pelemahan Rupiah terhenti.

Dengan beberapa asumsi pasar yang spekulatif, sangat mungkin Rupiah diperdagangkan dalam range yang cukup lebar. Walaupun US Dollar masih menunjukan tren pelemahan terhadap mata uang dunia, namun hal tersebut tidak menjadi jaminan Rupiah akan menguat terhadap US Dollar.

Sejauh ini, suku bunga diperkirakan akan kembali dipotong sebesar 50 basis poin. Namun, dengan mulai bergejolaknya nilai tukar Rupiah saat ini, tidak menutup kemungkinan BI akan memperkecil penurunan suku bunga, sebesar 25 basis poin.

No comments: