Tuesday, March 27, 2007

Menarikkah Bunga Deposito?

Medan Bisnis, 26 Maret 2007
Hingga saat ini, Bank memiliki kecenderungan untuk menyimpan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di Bank Indonesia, walaupun tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat baik perorangan maupun perusahaan untuk memiliki SBI. Umumnya, hal tersebut dilakukan karena suku bunga SBI memberikan imbal hasil atau yield tinggi dan tanpa resiko gagal bayar.

SBI merupakan instrumen surat berharga yang paling besar pasarnya, karena besarnya tidak dibatasi oleh permintaan maupun kelebihan likuiditas dari perbankan. Akan tetapi, SBI lebih dikaitkan dengan target moneter pemerintah.

Nah, apa jadinya kalau BI rate yang menjadi suku bunga acuan mulai merangkak turun. Tentunya perbankan juga akan mengikuti hal yang sama dan berpotensi memberikan bunga yang lebih rendah dari bunga SBI.

Pada waktu pemerintah menaikan harga BBM yang rata-rata sebesar 126% akhir 2005 lalu, suku bunga SBI sempat bertengger di level 12.75%. Sementara suku bunga deposito perbankan rata-rata berkisar antara 9% hingga 11% pertahun.

Sementara itu, laju inflasi pada saat harga BBM dinaikan diatas angka 17% year on year (2005). Kalau kita hitung angka inflasi sebesar itu tentunya lebih tinggi dari bunga deposito yang hanya berkisar 9% hingga 11% pertahun tersebut.

Kenaikan harga barang yang rata-rata naik sebesar 17% ternyata tidak diikuti oleh kenaikan bunga deposito yang signifikan. Apalagi buat anda yang mengandalkan gaji, apakah kenaikan gaji tersebut sudah naik sebesar laju inflasi?, kalau belum, berarti ada kemrosotan baik daya beli maupun pendapatan real anda pribadi. Hal tersebut selalu menjadi barometer kemana arah angka kemiskinan negeri ini nantinya.

Pada saat ini, BI rate berada di level 9.25%. suku bunga deposito berada dalam kisaran 5 hingga 7%. Ada penurunan, karena BI (Bank Indonesia) melakukan pemotongan BI rate secara gradual dalam setiap rapat dewan gubernur BI di awal bulan.

Memang terjadi penurunan inflasi yang signifikan dari awal tahun (januari) 2006 hingga ke awal tahun 2007, yakni hanya sebesar 6.6% (skala nasional). Tapi perlu diingat, ada kenaikan harga beras yang mencapai 20% selama bulan februari kemarin, yang mengancam meningkatnya laju inflasi pada tahun ini.

Setiap daerah pasti memiliki kontribusi inflasi yang berbeda terhadap laju inflasi secara nasional (skala nasional). Misalkan ada daerah yang tidak mengalami kenaikan bahan makanan (misal:beras) yang tinggi, karena di daerahnya surplus beras. Sehingga kenaikan harga beras yang signifikan tidak begitu berpengaruh terhadap laju inflasi didaerah tersebut.

Beruntung kalau anda tinggal didaerah tersebut. Tapi apa jadinya kalau anda tinggal ditempat dimana semua bahan makanan dikirmkan dari luar daerah tempat anda tinggal. Harga bahan makanan tersebut tentunya berpotensi mengalami fluktuasi harga yang signifikan.

Kaitannya dengan bunga deposito, bagi anda yang suka menyimpan uang dalam deposito, pertimbangkan untuk tetap mengawasi perubahan harga disekitar anda. Jangan-jangan anda yang saat ini terbuai dengan bunga yang tinggi dari deposito, justru mengalami kerugian.

Akan tetapi, kalau anda tertarik untuk investasi di SBI bisa juga. Karena BI juga memberikan kesempatan bagi perorangan untuk ikut dalam lelang SBI. Minimal uang yang harus anda miliki sebesar Rp.100 Juta dan selebihnya kelipatan Rp.50 Juta.

Nah, dalam lelang SBI tersebut siapa saja yang akan menang?, Bagi mereka yang menawarkan suku bunga paling rendah (acuan BI rate) serta nominal yang tinggi maka dialah yang berpotensi menang dalam lelang SBI. Kalau anda menang?, maka anda akan menikmati imbal hasil yang lebih tinggi dari bunga deposito.

No comments: