Tuesday, March 13, 2007

Penurunan BI Rate Belum Signfikan

Medan Bisnis, 12 Maret 2007
Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 9% pada saat ini. Penurunan tersebut diambil seiring dengan membaiknya laju tekanan inflasi pada bulan Februari yang hanya sebesar 0.6%.

Laju inflasi tersebut lebih kecil dari ekspektasi analis kebanyakan yang memperkirakan akan terjadi lonjakan inflasi diatas 1% selama bulan Februari. Namun, diperkirakan penurunan tersebut tidak akan berdampak signifikan bagi bergeraknya sektor riil, karena masih terdapat masalah struktural penghambat tumbuhnya sektor riil.

Dengan penurunan BI rate maka akan terjadi penurunan pada bunga SBI, yang juga akan berimbas pada penurunan bunga deposito perbankan. Hal tersebut diperkirakan akan memberikan dampak negatif bagi pengumpulan dana pihak ke-3 perbankan.

Banyak investor akan mencari bentuk investasi lain selain menanamkannya dalam bentuk deposito. Beberapa alternatif memang ditawarkan oleh pemerintah seperti Obligasi Negara Ritel atau ORI. Atau bagi mereka yang mempunyai dana lebih bisa berinvestasi dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang nota bene mempunyai imbal hasil yang lebih tinggi dari deposito.

Penurunan suku bunga biasanya diikuti dengan berbaliknya sejumlah dana ke bentuk investasi lain yang lebih menguntungkan. Kalau imbal hasil dari investasi yang ditawarkan oleh negara lain lebih mumpuni, maka berpotensi membuat mata uang negeri asal dana tersebut melemah.

Jadi perlu dilakukan sebuah terobosan agar dana tersebut tetap berada di dalam negeri dan tidak parkir di negara lain. Penerbitan ORI merupakan salah satu upaya tersebut. Tapi belum ada jaminan pasar finansial kita akan tetap bergerak di jalur hijau.

Negara lain yang saat ini memberikan suku bunga yang lebih kecil dari BI Rate, memang kalah menarik dibandingkan dengan Indonesia untuk berinvestasi. Namun, investasi yang hanya mengandalkan suku bunga semata, hanya akan membuat investor menyimpan dananya dalam jangka pendek.

Begitu ada penurunan suku bunga, maka kekhawatiran ada arus balik modal bermunculan. Kalau memacu sektor riil, maka pemerintah dituntut untuk memperbaiki masalah struktural hingga memberikan insentif-insentif lainnya seperti keringanan pajak.

Selain itu, negeri ini belum lepas dari sejumlah faktor resiko yang sangat diperhitungkan dalam menentukan investasi. Walaupun saat ini pemerintahan dapat diasumsikan dalam keadaan stabil, namun belum ada jaminan menjelang pemilu nanti kondisi akan tetap sama, namun kita semua pasti tidak mengharapkan ada hal negatif yang terjadi.

Kalaupun sejauh ini sejumlah indikator ekonomi di pasar finansial menunjukan perubahan yang positif, namun belum ada jaminan akan berdampak positif bagi perbaikan sektor riil.

Butuh waktu memang, karena permasalahan pengangguran, kemiskinan, perburuhan dan masalah fundamental ekonomi bangsa ini bukan hanya ditentukan dalam rapat dewan gubernur BI yang menentukan arah suku bunga. Akumulasi kebijakan serta implementasi positif dari semua stake holder lah yang akan menentukan perbaikan ekonomi bangsa ini. Jadi bukan hanya masalah suku bunga.

No comments: