Tuesday, February 06, 2007

Stabilitas Rawan Koreksi

Medan Bisnis, 05 Januari 2007
Kita kembali melihat Rupiah dan IHSG stabil dan membentuk tren positif. Spekulasi yang berkembang pun menyebutkan bahwa pengaruh dibubarkannya CGI (Consultative Group on Indonesia) yang paling memberikan andil besar bagi stabilnya pasar finansial di Indonesia. Mungkin memang demikian, namun masih banyak hal lain yang dapat menjadi pemicu stabilnya pasar finansial kita baru-baru ini.

Tekanan jual Rupiah kian hari semakin berkurang. Sejumlah investor kembali memasukan modalnya dalam sejumlah investasi berbentuk Obligasi, SBI, SUN dan Saham. Pasarpun kebanjiran likuiditas Rupiah. Bahkan suku bunga overnight di pasar interbank negatif.

Namun tetap tidak ada garansi bahwa uang yang masuk tersebut akan bertahan dalam waktu yang lama. Penguatan Rupiah belakangan ini memunculkan kekhawatiran baru bahwa akan ada arus balik atau koreksi secara teknikal.

Terlebih, psikologi pasar yang menyebutkan bahwa nilai tukar Rupiah sudah menemui titik terkuatnya sehingga rawan untuk kembali berbalik arah.

Kalau sudah begini, mungkin kita harus me-review beberapa indikator ekonomi yang baru-baru ini masih belum memberikan harapan akan terciptanya stabilitas yang tahan lama. Misalnya inflasi, pada bulan Januari inflasi masih merealisasikan angka yang dinilai masih cukup tinggi.

Walalupun angka inflasi bulan Januari 2007 sebesar 1.04%, lebih kecil dari bulan Desember 2006 sebesar 1.21%, namun tetap saja angka inflasi sebesar 1.04% selama awal tahun tersebut dinilai diatas angka normal dan cukup mengkhawatirkan.

Kenapa?, karena di bulan Januari nyaris tidak ada perayaan keagamaan maupun perayaan hari besar lain yang biasanya akan memicu naiknya konsumsi masyarakat. Yang ada hanya kenaikan harga beras yang lebih dikarenakan faktor spekulasi yang selalu terkait dengan ketersediaan stok beras dalam negeri maupun hal tak terduga lain seperti bencana alam yang terkait dengan musim panen.

Lain lagi halnya dengan kenaikan gaji PNS di tahun 2007 ini. Dalam skala pasar yang kecil kenaikan gaji PNS selalu menjadi tolak ukur kenaikan harga barang. Padahal kalau dihitung-hitung kontribusi kenaikan gaji PNS terhadap inflasi tidaklah sebesar yang diasumsikan pasar sebelumnya.

Nah, sekarang apalagi?, faktor non ekonomi lagi-lagi akan menjadi pemicu utama melonjaknya inflasi selama bulan Februari. Semua orang tahu kalau saat ini, Jakarta yang merupakan Ibukota negara kita lagi terendam banjir. Bahkan, ada media yang menyatakan bahwa Indonesia saat ini lagi terapung.

Implikasinya jelas, distribusi BBM dan bahan pokok maupun banyak hal lain yang terkait dengan berputarnya roda perekonomian negeri ini akan terganggu. Terus, inflasi juga akan kembali meningkat tentunya. Terlebih, 80% uang beredar di negeri ini hanya berputar-putar di Jakarta. Kedepan, dengan mudah kita sudah bisa memperkirakan kemana arah suku bunga nantinya. Kalau sudah begitu, tentunya kita juga bisa memperkirakan pergerakan Rupiah nantinya.

Jadi, untuk membuat roda perekonomian negeri ini berjalan lancar, manusia tidak hanya dituntut untuk mampu mengelola aspek-aspek yang lebih bersifat ekonomis. Memperbaiki sinergi hubungan antara manusia dan alam juga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup bangsa ini. Sekali lagi, walaupun terkadang faktor non-ekonomi (alam) bisa diabaikan, namun, kehadirannya juga mampu merubah pandangan pembuat kebijakan yang terkadang sudah berbicara jauh kedepan mengenai roda ekonomi bangsa ini.

No comments: