Tuesday, February 20, 2007

US Dolar Terpuruk di Asia

Medan Bisnis, 19 Februari 2007
Dalam sesi perdagangan minggu lalu, mata uang asia khususnya Yen Jepang melemah terhadap US Dolar. Bahkan, spekulasi yang menyebutkan sebelumnya bahwa Yen Jepang akan menjadi tema dalam pertemuan negara yang tergabung dalam G-7 tidak terbukti.

US Dolar pun diperdagangkan dalam rentang perdagangan yang sempit dengan kecenderungan menguat terhadap mata uang utama dunia. Fokus pasar sebelumnya yang tertuju pada testimony Gubernur Bank Sentral Amerika Ben Bernanke, juga sempat mengangkat US Dolar ke level yang lebih tinggi lagi terhadap rivalnya.

Pada saat Bernanke mengadakan pertemuan dengan komisi perbankan senat Amerika, bernanke sempat mendapat pujian dari anggota senat karena mampu mempertahankan perekonomian Amerika dalam jalur yang benar.

Namun, dalam pertemuan tersebut Bernanke menyatakan bahwa laju tekanan inflasi sudah mulai berkurang dan sektor perumahan tetap menjadi permasalahan dalam perekonomian Amerika. Hal tersebut mendapat respon negatif dari psar yang memicu aksi jual US Dolar sehingga berbuntut pada pelemahan mata uang US Dolar (Greenback).

Mata uang di Asia khusunya Yen Jepang juga menguat signifikan terhadap US Dolar. Mata uang lainnya seperti Dolar Singapura juga mengalami penguatan tajam. Bahkan, pemerintah Singapura sempat melakukan intervensi guna menahan laju penguatan Dolar Singapura.

Tidak hanya sampai disitu, mata uang Yen Jepang masih melanjutkan penguatan setelah data pertumbuhan ekonomi Amerika untuk kuartal keempat naik cukup signifikan. Selama kuartal keempat tahun 2006 pertumbuhan ekonomi jepang merealisasikan kenaikan sebesar 1.2%, sehingga mengangkat angka pertumbuhan tahun dari semula sebesar 0.3% menjadi 4.9%.

Sejauh ini, Bank of Japan (BOJ) sangat berfokus pada data consumer spending serta inflasi, guna mengambil keputusan suku bunga BOJ. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi di Jepang mengindikasikan bahwa ada kemungkinan akan dinaikkannya suku bunga BOJ dalam minggu ini.

Penguatan Yen Jepang telah mendorong sejumlah mata uang Asia lainnya menguat termasuk nilai tukar Rupiah. Walaupun laju penguatan Rupiah relatif terbatas, namun Rupiah diperkirakan akan tetap melanjutkan tren penguatan.

Rupiah mampu menembus level psikologis 9000, apabila pemerintah tidak melakukan intervensi terhadap pergerakan Rupiah dipasar. Namun, disisi lain BI juga mempunyai kepentingan untuk tetap menjaga Rupiah agar tidak berfluktuasi dalam rentang perdagangan yang lebar.

Walaupun masih diragukan apakah BI akan kembali menurunkan suku bunga dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI mendatang. Namun, sejumlah indikator lain seperti meningkatnya cadangan devisa serta pasar finansial regional asia yang diperkirakan masih tetap tumbuh akan memberikan kontribusi positif bagi pasar finansial dalam negeri.

Dalam jangka pendek Rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran yang sempit antara 8980 hingga 9070, dengan kecenderungan menguat. Pergerakan Rupiah sendiri diperkirakan akan lebih banyak memamfaatkan sentimen dalam negeri, kendati sejumlah factor eksternal berpotensi memberikan dorong bagi penguatan Rupiah ke level yang lebih tinggi lagi.

No comments: