Saturday, May 19, 2007

Kemana Arah Rupiah?

Medan Bisnis, 14 Mei 2007
Rupiah kembali menguat tajam hingga mendekati level 8700. Tren penguatan Rupiah sendiri dimulai sejak akhir tahun 2005, dimana pada saat itu terjadi reshuffle kabinet pertama yang dilakukan oleh pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono. Sejumlah spekulasi yang berkembang saat itu menyebutkan bahwa penguatan Rupiah tidak terlepas dari digantinya Menteri Perekonomian Abu Rizal Bakrie menjadi Boediono.

Terlepas dari semua itu, faktor pendukung penguatan Rupiah paling rasional pada saat itu adalah kebijakan disisi moneter yang menaikan BI rate ke level 12.75%. Capital inflows dari luar negeri pun berdatangan hingga membawa Rupiah menguat ke level 8800 sebelum akhirnya terkoreksi hingga ke level 9400.

Kalau kita bandingkan dengan kondisi Rupiah pada saat ini, yang tidak jauh berbeda dengan kondisi setahun sebelumnya. Penguatan Rupiah sendiri turut diiringi dengan reshuffle yang dilakukan pemerintah SBY. Tapi itu hanyalah kebetulan saja, karena penguatan Rupiah sendiri merupakan bentuk antisipasi membaiknya laju inflasi selama bulan april yang justru merealisasikan deflasi sebesar 0.16%.

Secara psikologis, hal tersebut menunjukan bahwa fundamental ekonomi indonesia sudah berjalan sesuai dengan track yang benar, sehingga memicu penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 8.75% saat ini.

Akan tetapi, dengan status Indonesia sebagai nagara yang masih di katakan sebagai emerging market tentunya hal tersebut belum cukup untuk memberikan rasa aman. Kenapa? Karena penguatan Rupiah lebih didominasi oleh dana-dana jangka pendek yang masuk melalui pasar finansial, dan belum merefleksikan dari pertumbuhan ekonomi sesungguhnya yakni sektor riil.

Terlebih, penguatan Rupiah juga ditopang oleh komentar yang secara psikologis memberikan arah kemana Rupiah nantinya. Pernyataan Pejabat BI Miranda S. Goeltom yang menyatakan confidence apabila Rupiah nantinya menguat ke level 8500 menjadi pemicu penguatan Rupiah belakangan ini.

Nah, Kemana Rupiah nantinya?. Mungkinkah ke level 8500. Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, belajar dari pengalaman, bahwa penguatan Rupiah yang terlalu tajam juga akan membawa Rupiah kembali terdepresiasi.

Walaupun saat ini Rupiah diekspektasikan akan terus mengalami penguatan, namun perlu diwaspadai bahwa momen pelemahan Rupiah akan semakin besar tentunya. Apalagi penguatan Rupiah lebih didominasi oleh dana jangka pendek, sehingga sangat rentan terhadap gejolak pasar seperti penurunan suku bunga.

Biasanya yang dilakukan BI apabila Rupiah melemah adalah melakukan intervensi pasar dengan menjual US Dolar. Tapi apakah hal tersebut akan selalu efektif meredam gejolak pasar?. Nah, bagaimana jadinya kalau BI justru kehabisan US Dolar sehingga tidak ada lagi yang banyak diperbuat. Mungkinkah pemerintah mengabaikan sektor riil dengan menaikan kembali BI Rate?.

Tentunya masih banyak pertanyaan lain yang bermunculan. Namun, sejauh ini pemerintah telah melakukan trobosan seperti berkoordinasi dengan negara dikawasan regional Asia, untuk menciptakan ketahan ekonomi seperti dengan melakukan perjanjian Bilateral Swap Arrangement atau BSA. Tujuan dari dibentuknya perjanjian tersebut tidak lain untuk menghindari negara kawasan regional mengalami krisis moneter seperti yang terjadi di era tahun 1997-an.

Efektifkah perjanjian tersebut?, belum terbukti tentunya. Walaupun kondisinya saat ini negara di Asia hampir mirip dengan kondisi 10 tahun silam (mengutip pernyataan Menkeu), namun kehadiran BSA setidaknya memberikan sedikit rasa aman bagi pasar finansial Indonesia.

Kembali ke tema awal, kemanakah Rupiah nantinya?. Tren penguatan akan tetap mendominasi penguatan Rupiah tentunya. Kalau BI mengatakan bahwa Rupiah masih dalam batas aman apabila bergerak menguat ke level 8500, maka kita bisa mengatakan hal yang sama, karena yang melontarkan pernyataan tersebut adalah mereka yang berkompeten dalam menjaga stabilitas keuangan negeri ini.

Namun, bukan berarti Rupiah akan bergerak mulus menguat ke level tersebut. Rupiah masih akan berfluktuasi sebelum mencapai level tersebut atau malah bergerak sebaliknya. Menurut pengamatan yang telah dilakukan, Rupiah masih akan berfluktuasi lebar dikisaran level 8700 hingga 8950 dalam minggu ini.

No comments: