Monday, July 23, 2012

Banyak Orang “Gila” Di Pasar Modal


Medan Bisnis, 25 Juni 2012
Para pelaku pasar keuangan pada umumnya mengikuti  perkembangan informasi seputar pasar keuangan dan merespon sesuai dengan baik atau buruknya informasi tersebut. Proses pengolahan data maupun informasi menggunakan sejumlah alat analisa yang paling familiar yang kita kenal yaitu analisa fundamental dan teknikal.
Bila mengacu pada kedua analisa tersebut tentunya tidak ada yang salah bila mengacu pada hasil analisa. Perbedaan hasil analisa yang terjadi dikarenakan oleh persepsi maupun asumsi yang menjadi modal utama bagi seorang analis. Pemahaman, pengalaman maupun pendidikan menjadi kunci utama kesuksesan analis dalam melakukan prediksi terhdap pembelian maupun penjualan suatu aset keuangan.

Sayangnya, seorang analis tidak akan berarti apa-apa bila hasil analisanya tidak diterapkan dalam pembuatan keputusan oleh para investor. Sehingga peran pelaku investor justru lebih besar dibandingkan dengan peran seorang analis, karena investor adalah seorang eksekutor. Meskipun pada umumnya keputusan investor mengacu pada hasil analisa seorang analis.

Sehingga seorang analis yang dikatakan jitu adalah analis yang memang memiliki konstituen atau pengikut (investor) yang memadai. Bila seorang analis tersebut melakukan analisa terhadap suatu surat berharga (saham maupun obligasi), maka analis tersebut didukung oleh sejumlah investor yang siap melakukan eksekusi terhadap apapun rekomendasi dari seorang analis.

Sehingga disini, yang dijual oleh seorang analis adalah informasi. Penguasaan informasi seorang analis terhadap pasarnya menjadi kunci utama keberhasilan dari analis tersebut dalam menjual informasinya. Semakin besar pangsa pasar informasi yang dikuasainya maka semakin mudah seorang analis tersebut melakukan penetrasi terhadap sejumlah hasil analisa dari sang analis tersebut.

Hanya saja, informasi tidak hanya didapatkan dari seorang analis. Media lain yang memberikan berita seputar dunia keuangan juga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan investor dalam membuat keputusan. Informasi dari media tersebut akan ditelaah oleh investor dengan kemampuan maupun persepsinya masing-masing sehingga membuat beragam aasumsi yang nantinya akan bermuara pada permintaan maupun penawaran dari suatu surat berharga itu sendiri seperti saham, obligasi, reksadana maupun sejumlah produk keuangan lainnya.

Beragam persepsi tersebut lah yang menjadikan harga suatu surat berharga mengalami kenaikan dan penurunan harga. Bila semua investor memiliki informasi dan pengetahun yang sama maka harga suatu sekuritas dipastikan tidak akan mengalami perubahan. Nah, persepsi yang berkembang dibagi adalam dua jenis yaitu rasional dan tidak rasional. Dan sayangnya baik kedua alasan tersebut sama-sama mampu mempengaruhi pergerakan suatu surat berharga.

Tidak rasional bukan berarti dipandang sebagai suatu yang harus tidak diikuti oleh investor. Tidak rasional justru mampu memberikan keuntungan bagi si investor bila sang investor tersebut mampu memanfaatkan momentum yang terjadi di pasar. Seperti saat salah satu Bank yang ada di Eropa yang diturunkan peringkatnya akhir-akhir ini. Spontan harga saham Bank tersebut turun dan memicu sejumlah investor di eropa melakukan aksi jual sekuritas.

Aksi jual tersebut berujung pada melemahnya indeks bursa di eropa. Wajarkah yang merka lakukan itu? Sekali lagi tatanan wajar atau tidak merupakan persepsi dari kita masing-masing dalam memberikan sudut pandang. Nah, selanjutnya investor di Indonesia juga mengalami kekhawatiran yang sama. Banyak investor disini melakukan aksi jual karena sejumlah saham Perbankan di luar sana tengah mengalami penurunan.

Padahal kondisi Bank di Indonesia masih bisa dikatakan baik-baik saja. Sehingga tidak rasional bila kita melakukan aksi serupa sementara jelas ada perbedaan kondisi fundamental yang terjadi di luar dan di Indonesia. Tapi itulah pasar, tidak ada yang mampu mengendalikannya 100%. Persepsi yang beredar tersebut tidak bisa diseragamkan. Dan sayangnya persepsi pelaku pasar hampir semuanya sama.

Pelaku pasar bergerak bagaikan air yang mengalir mengikuti perilaku kebanyakan investor lainnya. Walaupun tidak mengetahui secara benar entah mau dibawa kemana nantinya. Sehingga pelaku investor kebanyakan bagai gambar piramida seperti pada umumnya. Tidak-rasionalitas menjadi bagian hidup investor dalam melakukan sejumlah keputusan strategis.


“Monkeys Did, Monkeys Do”, begitulah ilustrasi yang dapat digambarkan bagi pelaku pasar di pasar keuangan di belahan dunia manapun. Sehingga hanya sebagai kecil saja yang dapat dikatakan sebagai The Real Investor. Sehingga tidak berlebihan bila kita menyebut bahwa sebenarnya banyak orang”gila” di pasar keuangan khususnya pasar modal. Di bagian manakah kita?. Kita sendiri pasti bingung membedakannya.

No comments: