Monday, July 23, 2012

Efek Titik Balik Krisis Di Eropa Terhadap Indonesia


Medan Bisnis, 2 Juli 2012
Seperti yang terus diberitakan dan terjadi sebelumnya, penyelesaian krisis di Eropa sulit untuk mencapai kesepakatan karena perbedaan pendapat setiap masing-masing negara yang dipicu oleh beragam kepentingan baik finansial maupun politik. Kondisi tersebut membuat penyelesaian di eropa terus berlarut-larut dan diperburuk karena krisis tersebut justru menyebar ke hampir semua negara kecil yang berpotensi mengguncang perekonomian negara yang lebih besar.

Ketidakharmonisan dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi tersebut memunculkan spekulasi akan nasib dari negara-negara di Eropa itu sendiri. Bursa saham dan nilai tukar mata uang Euro menjadi “wajah” negara-negara eropa yang setiap saat berfluktuasi sangat liar mengikuti perkembangan yang terjadi seiring meningkatnya spekulasi dari segala macam bentuk penyelesaian krisis tanpa kepastian.

Namun dalam pertemuan petinggi eropa yang berakhir pada sabtu minggu kemarin. Para petinggi Eropa menghasilkan sejumlah langkah baru dalam penyelesaian krisis. Beberapa diantaranya adalah penyelesaian masalah krisis yang menjangkiti sejumlah perbankan di spanyol, memungkinkan bailout terhadap Italia serta menganggarkan dana untuk memacu pertumbuhan ekonomi di eropa.

Sejumlah langkah tersebut jelas menjadi sebuah kepercayaan baru terhadap penyelesaian krisis di eropa. Walaupun masih dalam tahapan konsep dan belum merupakan hasil dari implementasinya, namun pasar justru merespon semua langkah tersebut dengan apresiasi yang diwujudkan dengan penguatan mata uang euro serta meroketnya kinerja indeks bursa di Eropa hingga 4% dalam satu hari perdagangan.

Itu merupakan bukti nyata bahwa pasar mengharapkan sebuah kepastian kesepakatan bersama dibandingkan harus menunggu bagaimana hasil akhir dari krisis di eropa itu sendiri. Padahal yang dilakukan oleh sejumlah petinggi eropa masih berupa konsep yang selanjutnya untuk diterapkan. Bukan jaminan bahwa konsep tersebut akan efektif dalam menyelesaikan krisis di eropa nantinya.

Tapi sekali lagi itulah pasar. Tidak perlu bagaimana hasil akhir dari penyelesaian krisis. Namun langkah-langkah strategis yang dikeluarkan sudah lebih dari cukup untuk membuat pelaku di pasar keuangan merasa yakin akan masa depan Eropa nantinya. Tanpa adanya konsep jelas memicu ketidakpastian yang bisa saja berujung pada keniscayaan akan penyelesaian krisis di Eropa itu sendiri.

Dampak dari penyelesian krisis di eropa tentunya akan berimbas positif terhadap pergerakan indeks bursa di dunia maupun pergerakan mata uang di dunia. Tanpa terkecuali mata uang Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan. Euphoria terhadap proses penyelesaian krisis di eropa jelas akan kita rasakan hingga di pasar keuangan dalam negeri.

Namun, untuk diketahui bahwa proses penyelesaian krisis yang secara pasti di Eropa nantinya juga akan berimbas negatif bagi pasar keuangan domestik. Hal ini dapat terjadi khususnya di pasar keuangan kita. Di saat Eropa tengah terjangkiti krisis maka banyak pemodal yang memindahkan asetnya kesejumlah negara yang lebih menjanjikan pertumbuhan ekonominya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjanjikan khususnya dalam hal investasi di dalam bentuk portfolio. Bila saat ini kita tengah dibanjiri oleh derasnya aliran dana asing maka sebenarnya di saat ada negara yang lebih menjanjikan maka sebenarnya aliran uang tersebut bisa saja keluar dan pindah kenegara baru tersebut.

Dan bila Eropa kembali mengalami pertumbuhan yang signifikan jelas berpotensi akan membuat pasar keuangan di Indonesia kembali tertekan. Walaupun untuk saat ini Eropa masih harus berjibaku keluar dari krisis tersebut, dan belum menunjukan adanya tanda-tanda proses kenaikan pertumbuhan maka selama itu pula kita masih akan tetap aman dari tekanan capital outflow.


Akan tetapi kita bisa membuat negara kita tetap menarik dengan mengendalikan laju tekanan inflasi maupun masalah lain yang kerap menganggu aktifitas investasi di Indonesia. Tanpa adanya perubahan yang mendasar terhadap perbaikan investasi kita. Maka investasi yang masuk hanya merupakan bentuk invetasi yang sementara menetap dan bukan investasi yang bisa di konversi ke dalam bentuk investasi langsung. Titik balik pemulihan Eropa seharusnya menyadarkan kita akan hal tersebut.

No comments: