Wednesday, March 31, 2010

Sentimen Pansus dan Eksternal Mereda

Medan Bisnis, 8 Maret 2010
Investor kembali masuk ke pasar keuangan setelah selama sepekan sebelumnya IHSG dan nilai tukar Rupiah berada di bawah tekanan internal. Saat ini, kepastian itu sudah mulai berkurang seiring dengan langkah yang akan diambil oleh DPR terkait dengan kasus Bank century. Meskipun hasil dari pansus diluar dari apa yang diharapkan. Namun setidaknya ketidakpastian sudah hilang.

Fokus investor selanjutnya akan tertuju pada laporan keuangan emiten yang direncanakan akan membagikan deviden dipertengahan tahun ini. Investor kembali memburu saham-saham dengan mengacu pada analisis fundamental emiten. Selain itu, nilai tukar Rupiah juga berpeluang melanjutkan tren penguatan ditengah membaiknya fundamental ekonomi kita.

Rekomendasi pansus sudah tidak menjadi fokus utama lagi, meskipun terjadi pemakzulan terhadap wapres Budiono maupun reshuffle terhadap menteri keuangan Sri Mulyani. Pasar sepertinya lebih meyakini dan fokus terhadap fundamental ekonomi Indonesia itu sendiri dibandingkan dengan isu-isu penting lainnya termasuk politik.

Pasar akan melihat adanya booming komoditas yang akan mengangkat harga saham meskipun akan memberikan sedikit tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Terlebih perekonomian AS yang diperkirakan akan membukukan data perekonomian AS yang lebih baik. Perekonomian AS akan menjadi pemicu eksternal terhadap pasar keuangan dunia termasuk Indonesia.

Akhir pekan kemarin, data ketenagakerjaan AS tidak merubah posisi tingkat penangguran di AS yang tetap berada di angka 9.7%. Kedepan tingkat pengangguran AS perlahan diperkirakan akan turun seperti terlihat dalam grafik.

Tingkat pengangguran di AS
Actual merupakan angka realisasi, forecast merupakan perkiraaan ke depan.



Sumber : The Financial Forecast Center

Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa kedepan salah satu data keuangan AS akan terus mengalami perubahan penting yang dapat menentukan arah perubahan pasar keuangan dunia nantinya. Proyeksi ini dapat dijadikan acuan kemana arah pergerakan bursa dan mata uang juga.

Saat ini meruapakan momen yang sangat tepat untuk membuat keputusan. Selain dikarenakan dengan musim panen deviden di bulan juni sampai Agustus. Bursa akan diwarnai dengan realisasi data keuangan yang menggiurkan. Selain itu harga minyak mentah dunia yang sudah mulai merangkak naik di kisaran $80/barel juga memicu booming harga saham komoditas. Kenaikan harga minyak tersebut tidak terlepas oleh ekspektasi membaiknya laju perekonomian AS.

Meskipun kenaikan harga minyak berpotensi menekan nilai tukar Rupiah. Namun, kondisi ini akan mendapat kontrol penuh dari Bank Sentral untuk membuat nilai tukar tetap stabil. Selain itu, pernyataan Presiden SBY terkait isu yang berkembang juga memberikan rasa aman bagi investor untuk berinvestasi di pasar keuangan kita.

No comments: