Monday, March 26, 2012

BBM Naik Bukan Berarti Pemerintah Berhemat

Medan Bisnis, 19 Maret 2012
Dengan alasan untuk menutupi defisit, benarkah langkah pemerintah menaikkan harga minyak?. Tepatkah langkah pemerintah menaikan harga minyak sebesar Rp. 1.500,-?, Adakah jaminan bahwa harga minyak kedepan nantinya tidak akan naik?. Kita akan menjawab sejumlah pertanyaan tersebut dalam artikel kali ini.

Demi mengurangi beban subsidi yang kian membesar, pemerintah bersikap dengan menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Kenaikan tersebut di tentang oleh sebagian masyarakat walaupun tidak sedikit juga yang setuju agar BBM dinaikkan. Ada begitu banyak alasan kenapa BBM harus naik saat ini. Salah satunya adalah ketidakpastian geopolitik yang sedang terjadi di Iran.

Rencana invasi AS dan Israel ke Iran yang urung dilaksanakan setidaknya memberikan angin segar bagi kestabilan harga komoditas khususnya minyak. Namun, sayangnya invasi itu justru diganti dengan melakukan isolasi terhadap Iran, yaitu dengan tidak membeli minyak yang diproduksi oleh Iran. Keputusan tersebut membuat harga minyak dunia merangkak naik dan relatif stabil dikisaran $110/barel.

Minyak telah naik sekitar 7% sejak awal tahun 2012 ini, kenaikan tersebut mendorong pemerintah untuk lebih realistis agar defisit akibat beban subsidi di minimalisir. Bila BBM tidak dinaikkan maka menurut hitungan pemerintah, defisit APBN akan naik menjadi sebesar 3.6% dari PDB (produk domestik bruto). Jelas hal tersebut bertentangan dengan konstitusi.

Kalau dilihat dari sisi penghematan sebenarnya pemerintah tidak melakukan penghematan apapun. Pemerintah menaikkan BBM di saat harga minyak dunia telah naik tajam. Kebijakan pemerintah bersifat reaktif. Dan bila dikaji lebih dalam kenaikan BBM tersebut hanya merupakan bentuk penyelamatan saja, dan bukan tengah melakukan penghematan anggaran. Dan saya menilai kenaikan harga BBM tersebut tepat dilakukan saat ini.

Bila dikaitkan dengan kenaikan harga sebesar Rp. 1.500,-, maka kenaikan tersebut relatif sangat kecil. Negara yang melakukan subsidi minyak di dunia ini hanyalah negara yang memproduksi minyaknya secara mandiri. Indonesia bukanlah negara yang mampu menghasilkan minyak untuk memenuhi kebutuhan nasional secara mandiri, karena sebagian harus diimpor.

Besaran kenaikan tersebut tidak membuat harga BBM kita setara harganya dengan harga BBM di kawasan ASEAN. Harga BBM kita nantinya setelah kenaikan harga masih lebih murah (bandingkan dengan Singapura dimana harga BBMnya dikisaran Rp. 15.000/liter), sehingga rawan akan penyeludupan. Namun, besaran kenaikan tersebut sangat bergantung dari asumsi penguasa (pemerintah) di masa sekarang. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi, bisa bersifat politis atau memang benar-benar mempertimbangkan daya beli masyarakat.

Dari masa ke masa, dari satu presiden ke presiden lainnya, hanya Presiden B.J. Habibie yang tidak menaikkan harga BBM. Entah karena masa jabatannya terlalu pendek atau harga minyak dunia yang relatif stabil (murah). Namun, satu hal yang pasti, pemerintah kita tidak akan mampu menghindar dari ancaman kenaikan harga minyak dunia ditengah ketidakmampuan kita mencari jalan keluar maupun mencari sumber enerji alternatif.

Bayangkan, di saat Eropa dan Amerika tengah dilanda krisis serta ekonomi di negara berkembang yang tidak mampu melanjutkan tren pertumbuhan yang signifikan, harga minyak dunia terus mengalami kenaikan. Meskipun diperburuk dengan gejolak politik di timur tengah. Namun, pikirkanlah apa yang akan terjadi bila nantinya ekonomi di belahan negara Eropa dan Amerika kembali pulih. Satu hal yang pasti, membaiknya perekonomian suatu negara selalu diiringi dengan peningkatan permintaan akan minyak.

Harga minyak akan terus membentuk tren naik seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Bumi dan kebutuhan akan minyak yang harus dipenuhi. Sehingga bila ada janji-janji pemerintah maupun partai politik bahwa mereka tidak akan menaikkan harga minyak. Percayalah hanya faktor keberuntungan yang akan mengabulkan janji mereka tersebut.

Yang kita harapkan adalah kenaikan harga BBM di saat ini semestinya memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Walaupun sebenarnya kenaikan BBM saat ini lebih merupakan penghematan anggaran agar beban subsidi tidak membengkak, bukan merupakan sebuah gebrakan untuk mengurai kemiskinan diantara kita.

No comments: