Monday, March 26, 2012

Hedging Mengatasi Masalah Harga BBM?

Medan Bisnis, 26 Maret 2012
Pemerintah masih disibukan akan serangkaian formulasi kebijakan serta menentukan langkah-langkah menyelesaikan permasalahan BBM yang sarat dengan muatan politis tersebut. Dari sekian banyak opsi yang ditawarkan oleh pihak oposisi - entah itu berjuang demi rakyat atau untuk kepentingan politis semata – maupun yang dikemukakan oleh pemerintah, muncul sebuah gagasan yaitu dengan melakukan hedging (lindung nilai) dalam pembelian BBM impor.

Pada dasarnya, istilah hedging atau lindung nilai lebih dikenal dalam transaksi keuangan yang dilakukan dan terkait dengan dunia perbankan. Yang selanjutnya hedging ini juga dikenal pada transaksi perdagangan komoditas seperti Minyak, Karet, Kapas maupun komoditas lainnya. Transaksi hedging ini terus berkembang dan saat ini banyak pelakunya, baik untuk tujuan lindung nilai maupun spekulasi.

Bila pemerintah benar-benar mengambil opsi tersebut untuk mengamankan harga BBM dari fluktuasi harga minyak mentah dunia. Pemerintah tentunya sadar betul bahwa tindakan tersebut memiliki dua buah sisi yang biasa disebut dengan resiko. Karena transaksi hedging merupakan salah satu instrumen yang memiliki resiko tinggi.

Misalkan pada hari ini, harga minyak mentah dunia berada di level $105/barel. Selanjutnya pemerintah melakukan hedging dengan membeli minyak untuk pengiriman 3 bulan mendatang di harga $115/Barel (ini contoh). Maka sebenarnya pemerintah telah melakukan pembelian minyak untuk 3 bulan mendatang dengan harga $115/barel, namun harga $115 ditetapkan pada hari ini dan berlaku untuk masa pengiriman 3 bulan mendatang.

Bila selama 3 bulan kemudian harga minyak dunia berada di kisaran harga rata-rata $150/barel. Maka pemerintah merasa diuntungkan karena telah membeli di harga $115/barel dan tidak perlu membayar di harga $150/barel. Bayangkan berapa banyak devisa yang bisa kita hemat. Dan kita tentunya sangat diuntungkan dari model pembelian tersebut.

Namun, kondisi tersebut tentunya tidak selamanya menguntungkan. Bayangkan bila ternyata dalam kurun waktu 3 Bulan mendatang harga minyak dunia justru berbalik turun ke $95/Barel. Maka kita tetap membayar minyak di harga $115/barel walaupun harga minyak yang berlaku dipasar jauh lebih murah dari yang kita beli sebelumnya.
Tentunya kita juga menghitung berapa banyak devisa kita yang terkuras secara sia-sia.

Begitulah cara menentukan hedging minyak tersebut. Apakah itu termasuk dalam judi?, jawabannya tidak. Karena disaat kita menentukan kapan kita mau membeli minyak tersebut maka kita harus bisa memprediksikan dengan tepat berapa kemungkinan harga minyak yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Dibutuhkan ilmu serta ketrampilan dalam melakukan pembelian minyak tersebut.

Hanya saja, banyak faktor yang tidak terduga yang sulit diprediksikan bahkan tidak mungkin. Misal faktor alam maupun politik. Sebagai contoh : Pemerintah melakukan pembelian harga minyak tersebut pada hari ini, dimana kondisi politik di dunia sangat kondusif. Karena terjadinya suatu hal Iran bersiteru (perang) dengan Amerika Serikat yang mengakibatkan harga minyak dunia beranjak naik. Tentu pemerintah tidak akan pusing dengan terjadinya perang tersebut, karena pemerintah memiliki kontrak pembelian minyak di awal meskipun minyak tersebut naik.

Contoh yang lain. Harga minyak dunia telah beranjak naik dan diposisi $200/barel saat ini. Pemerintah menilai harga tersebut sudah kemahalan sehingga kedepan harga minyak dunia berpotensi turun. Sehingga pemerintah tidak melakukan pembelian minyak. Namun, tiba-tiba terjadi bencana alam yang dahsyat yang membuat harga minyak dunia melambung tinggi melebihi $200/barel. Maka sebagai konsekuensinya pemerintah harus membeli diatas $200/barel untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri.

Itulah sejumlah faktor resiko yang perlu dikelola. Akan tetapi pemerintah kita kan bukan spekulan minyak!! Pemerintah membeli untuk memenuhi kebutuhannya. Maka sebaiknya pemerintah melakukan batasan harga wajar minyak yang bisa dibeli dan sesuai dengan asumsi APBN. Misal batasan harga minyak paling mahal yang bisa dibeli adalah $120/Barel.

Maka pemerintah dapat membeli minyak paling mahal di harga tersebut dan tidak dibenarkan melakukan transaksi hedging bila harga minyaknya diatas $120/barel. Namun, pemerintah harus legowo bila setelah dilakukan hedging harga minyak turun, dan terus mengembangkan kemampuan analisanya meskipun harga minyak naik. Yang pasti harga minyak akan terus bergerak naik, bagi yang berdemon silakan, berdemonstrasilah yang santun.

No comments: