Sunday, May 11, 2008

BBM Naik, Others Can Only Follow

Medan Bisnis, 12 Mei 2008
Bursa saham di eropa kembali tergerus seiring dengan naiknya harga minyak. Rencana kenaikan harga minyak juga membuat pemerintah dikritik habis-habisan di negeri ini. Tidak ada yang salah dari kebijakan pemerintah, rencana kenaikan harga BBM merupakan opsi dari beberapa opsi lainnya.

Namun, pernyataan dari pejabat pemerintah saja yang membuat banyak orang maupun media yang berspekulasi bahwa harga minyak pasti naik. Padahal pemerintah juga sedang mengkaji opsi lain sepereti penggunaan smart card di beberapa SPBU di Jakarta. Seiring dengan itu, banyak orang yang telah menjadi spekulan minyak yang mengakibatkan panic buying (rame-rame beli minyak) di masyarakat.

Di pasar dunia, harga minyak sempat menembus level tertingginya $126/Barel meskipun banyak analis yang menyimpulkan bahwa harga minyak akan tertahan di level psikologis $120/Barel. Gejolak harga minyak yang ditimbukan karena banyak alasan, akan tetapi rencana pemberian sanksi atas Negara Columbia oleh AS telah memicu munculnya pernyataan dari pemerintah Venezuela untuk mengurangi pasokan minyaknya ke AS, dan diyakini sebagai biang keladi meroketnya harga minyak belakangan ini.

Selain itu, meroketnya harga minyak juga dipicu oleh tren pelemahan mata uang US Dolar, yang kian terperosok apabila dibandingkan dengan mata uang Euro. Melemahnya US Dolar terhadap Euro tidak lebih disebabkan oleh rencana Bank Sentral Eropa untuk tetap mempertahankan suku bunga Euro seiring tingginya inflasi di Negara pengguna mata uang Euro.

Setelah menembus level $126/Barel, harga minyak bisa saja mencoba mendekati level $150/Barel dalam tahun ini atau mungkin saja $200/Barel. Analisis tersebut cukup beralasan karena permintaan akan minyak mentah dunia global diperkirakan masih akan tetap tinggi. Gejolak politik di Nigeria serta musim dingin di China akan membuat permintaan akan minyak tetap tinggi. Belum lagi karena faktor spekulasi oleh para hedge fund manager.

Banyak Negara pada saat ini memotong ekspetasi pertumbuhan ekonomi negaranya dikarenakan tingginya inflasi akibat kenaikan harga pangan, yang dipicu oleh meroketnya harga minyak dunia. Bahkan bank sentral di Negara tersebut tetap akan mempertahankan besaran suku bunganya atau bahkan dinaikan termasuk di Indonesia.

Hal tersebut akan membuat US Dolar kian terpuruk oleh mata uang lainnya sehingga berpotensi membawa harga minyak ke level yang lebih tinggi lagi. Beban masyarakat dunia belum berakhir disitu, meskipun harga minyak sepertinya sudah cukup tinggi terbang, masih akan ada tambahan lain yakni daya beli yang tidak kunjung membaik karena laju pertumbuhan mengalami penurunan.

Di beberapa Negara seperti Perancis dan Spanyol, kenaikan harga minyak telah membuat Negara tersebut berpikir untuk menggunakan energi alternatif lainnya. Seperti menggunakan energi bahan bakar tumbuhan atau biofuel hingga penggunaan energi matahari secara besar-besaran. Meskipun tetap mempunyai dampak negatif, namun antisipasi untuk menyelamatkan kebutuhan energi dalam negeri terlihat nyata.

Untuk Indonesia, Kenaikan harga BBM memaksa presiden untuk mengajak seluruh masyarakat di Indonesia berhemat energi. Seiring dengan hal itu, opsi-opsi penyelamatan keuangan Negara seperti menaikan harga BBM, hingga alternatif kenaikan untuk warga tertentu juga tengah di gulirkan.

Reaksi keras dan beragam dari seantero masyarakat di Indonesia sudah lazim terdengar belakangan ini. Asumsi APBN yang kian tidak realistis seperti asumsi mengenai Inflasi, Laju pertumbuhan, serta harga minyak membuat pemerintah kehilangan kredibilitasnya. Walaupun masih baru rencana menaikan BBM, namun apaboleh dikata harga kebutuhan pangan telah meroket mendahului si “empu” nya (BBM). Sudah menjadi hal yang biasa BBM naik, maka yang lainnya hanya akan mengikuti (Others Can Only Follow).

No comments: