Sunday, June 22, 2008

Sentimen Penguatan US Dolar

Medan Bisnis, 23 Juni 2008
Dalam beberapa minggu terkahir, US Dolar kembali bergerak menguat setelah sempat terpuruk paska mencuatnya krisis kredit perumahan AS. Penguatan US Dolar saat ini dipicu oleh kenaikan harga BBM di China sebesar 18%. Kenaikan tersebut berimbas pada ekspektasi tingginya inflasi yang akan menekan laju pertumbuhan ekonomi di China.

Harga saham di China juga diprediksikan turun seiring dengan langkah pemerintah China tersebut. Namun penurunan tersebut sepertinya tidak akan terjadi pada harga saham-saham penyulingan minyak yang diprediksikan akan terus naik seiring dengan mahalnya harga energi. Sejauh ini dampak dari kenaikan tersebut telah membawa US Dolar mengurangi kerugiannya (pelemahan) terhadap mata uang dunia seperti Euro, Yen Jepang, NZD (newzealand) maupun AUD (australia).

Namun, kebijakan pemerintah China tersebut berpotensi membawa dampak positif terhadap mata uang Yuan China. Terlebih setelah menaikkan harga BBM, pemerintah China juga menaikkan suku bunga guna mengontrol jumlah uang beredar. Sehingga potensi kerugian mata uang Yuan yang diakibatkan oleh naiknya harga BBM dapat berkurang apabila pemerintah China juga melakukan langkah yang lebih ofensif dibidang keuangan.

Kebijakan pemerintah China tersebut pada dasarnya telah membuat konsumsi minyak dunia turun. Menaikan harga BBM dalam negeri nantinya akan menekan jumlah pemakaian minyak yang berujung pada menurunnya permintaan akibat berkurangnya kebutuhan akan energi. Hal tersebut juga yang menyebabkan US Dolar kembali menguat. Sepinya permintaan membuat harga minyak dunia turun dan menjadi pemicu penguatan US Dolar. Karena kenaikan atau penurunan harga minyak akan berdampak sebaliknya terhadap mata uang US Dolar.

Dari sudut pandang pemerintah AS, penguatan US Dolar justru disebabkan oleh sejumlah kebijakan yang di ambil dari pemerintah AS itu sendiri. Penguatannya juga dipicu oleh sejumlah statement yang dilontarkan oleh sejumlah pejabat pemerintah AS yang lebih menginginkan penguatan US Dolar setelah meningkatnya tekanan inflasi. Walaupun terkesan lebih bersifat pengendalian moneter dan mengabaikan fundamental, namun pernyataan tersebut telah membuat US Dolar kembali menguat terhadap beberapa mata uang utama dunia.

Selain itu, lembaga keuangan dunia seperti IMF juga mensinyalir bahwa ancaman terhadap pertumbuhan sudah mulai berkurang daripada yang dikhawatirkan. Sehingga proses pemulihan sudah saatnya dimulai, sehingga suku bunga US Dolar (The Fed Fund Rate) sudah saatnya kembali dinaikkan guna meredam tingginya laju inflasi akibat menguatnya US Dolar belakangan ini.

Bahkan Gubernur Bank Sentral AS juga mengindikasikan hal serupa. Meskipun tidak berkomentar mengenai langkah Bank Sentral AS menaikan suku bunga. Namun dalam pernyataannya Ben Bernanke mengindikasikan dengan sangat jelas bahwa kebijakan menurunkan suku bunga akan dihentikan. Sehingga komenter tersebut membawa angin segar di pasar keuangan dan lagi-lagi membuat mata uang US Dolar menguat.

Namun, hal tersebut nantinya akan berimbas sebaliknya di bursa saham. Indeks dow jones diperkirakan akan kembali tertekan seiring dengan sejumlah padangan pemerintah AS tersebut. Kebijakan menghentikan suku bunga akan membuat sejumlah harga saham kembali terkoreksi. Selain itu, bursa saham di AS khususnya saham perbankan masih belum terhindar sepenuhnya dari krisis kredit sektor perumahan yang mencuat ke permukaan beberapa bulan terakhir.

Diantara sekian banyak pernyataan yang lebih menginginkan US Dolar kembali menguat (Hawkish), justru pernyataan berbeda datang dari calon presiden AS Barack Obama. Dalam kampanyenya Barack lebih menekankan pentingnya membangun fundamental ekonomi yang kokoh ketimbang hanya mengendalikan kebijakan moneter dan fiskal. Menurutnya kebijakan memulihkan fundamental ekonomi secara otomatis akan berdampak pada penguatan mata uang dalam jangka panjang.

Meski demikian, statement tersebut sepertinya tidak berpengaruh banyak bagi pergerakan US Dolar yang cenderung masih mengalami penguatan. Walaupun terkesan memberi warna lain, namun pernyataan obama tersebut belum dapat diimplementasikan karena masih hanya pernyataan dari sang calon presiden bukan seorang pengambil keputusan.

Diprediksikan US Dolar masih akan terus menguat seiring dengan rapat yang akan di gelar pada tanggal 24-25 juni mendatang. Dimana dalam rapat tersebut Bank sentral AS diperkirakan tidak akan menurunkan suku bunga. Apabila dalam rapat FOMC (Federal Open Market Committee) tersebut Bank Sentral AS benar-benar merealisasikannya, maka bias diprediksikan bahwa tren pergerakan US Dolar kedepan adalah Bullish (naik).

No comments: