Wednesday, February 13, 2008

Perputaran Uang Panas (Hot Money)

Medan Bisnis, 7 Januari 2008
Salah satu mata uang kuat dunia US Dolar kembali terpuruk akibat meningkatnya jumlah angka pengangguran di negeri paman sam. Alhasil, pelemahan tersebut membuat sejumlah mata uang rivalnya seperti Yuan China kembali menguat signifikan.

Penguatan mata uang Yuan tidak terlepas dari pengaruh memburuknya kondisi perekonomian Amerika, dimana selama bulan desember 2007 di Amerika Serikat terjadi penyerapan tenaga kerja baru sebanyak 18.000 jiwa, jauh lebih kecil dari ekspektasi pasar sebelumnya sebanyak 70.000 jiwa. Data tersebut merupakan data terkecil sejak 4 tahun terakhir.

Indeks jumlah pengangguran juga naik menjadi 5% pada saat ini, atau lebih tinggi dari ekspektasi analis sebesar 4.8%. Peningkatan jumlah pengangguran tidak dapat dihindari sejak krisis sektor perumahan atau subprime mortgage melanda pasar finansial Amerika di tahun 2007 lalu. Dampak dari krisis perumahan tersebut sepertinya masih akan menjadi stimulus negatif bagi perekonomian Amerika di tahun 2008 ini.

Akibat data tersebut, Indeks Bursa Dow Jones juga kembali terpuruk (turun 2%) seiring dengan melemahnya nilai tukar US Dolar. Penurunan indeks Bursa Dow Jones juga berimbas pada melemahnya indeks bursa di Eropa dan Jepang. Namun, tidak selamanya dampak negatif dari memburuknya perekonomian Amerika juga akan dirasakan di Negara lainnya.

Memburuknya kinerja perekonomian Amerika akhir-akhir ini berpotensi menjadi pemicu larinya sejumlah aliran dana keluar dari Amerika. Kemana?, ke Negara yang memberikan imbal hasil yang lebih baik tentunya. Negara berkembang atau biasa disebut emerging market berpotensi mendapatkan keuntungan dari memburuknya perekonomian Amerika.

Kalau kita cermati, mata uang Yuan China, menunjukan peforma yang cukup baik, dan bergerak sebaliknya dibandingkan pergerakan mata uang US Dolar. Diperkirakan penguatan Yuan terkait dengan masuknya aliran dana dari luar, khususnya Amerika sehingga membuat pasar finansial dibanjiri oleh dana dari mana saja. Uang yang masuk yang memanfaatkan gain suku bunga dan tidak termasuk sebagai dana yang digunakan untuk investasi (Foreign Direct Investment – FDI) biasa disebut dengan uang panas atau hot money.

Dalam jangka pendek dana tersebut akan menyebabkan permintaan pada produk keuangan yang diterbitkan di Negara asal sehingga terjadi permintaan akan obligasi, saham maupun produk keuangan lainnya. Efek yang ditimbulkan adalah permintaan akan mata uang Negara asal yang terus meningkat dan menguat terhadap mata uang Negara lainnya.

China merupakan salah satu peta kekuatan ekonomi dunia yang diperhitungkan pada saat ini. Dengan laju pertumbuhan diatas 10%, tingkat inflasi yang cukup tinggi serta jumlah penduduk yang terbanyak di dunia memberikan imbal hasil (suku bunga) yang cukup baik dibandingkan dengan Negara lainnya. Kondisi tersebut tentunya akan menjadi penilaian positif bagi investor untuk mengembang biakan dananya ke Negara tersebut.

Laju pertumbuhan yang tinggi umumnya akan dibarengi dengan inflasi yang tinggi pula. Hal tersebut berdampak pada pengetatan kebijakan moneter di China yang secara meyakinkan terus menaikan suku bunganya. Sehingga dapat menimbulkan dampak pada mengalirnya sejumlah dana -hot money- ke Negara tersebut.

Bahkan, Amerika menuding China melakukan kecurangan dengan tidak membiarkan mata uang Yuan menguat sesuai dengan mekanisme pasar. Monopoli terhadap produk buatan China di pasar China dituding menjadi akar permasalahan bagi defisit neraca perdagangan Amerika. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Yuan masih akan terus menguat lebih jauh lagi, walaupun tanpa kebijakan untuk meliberalkan mata uang Yuan.

Bukan berarti keadaan tersebut akan terus menguntungkan China. Perputaran uang (hot money) sangat rentan terhadap isu global yang berpotensi akan menjadi boomerang bagi Negara yang saat ini sangat diuntungkan oleh hot money tersebut. Indonesia juga pernah mengalami hal serupa, bahkan sebelum kirisis melanda Indonesia pada tahun 1997.

Dana panas biasanya akan membanjiri produk keuangan jangka pendek yang dapat dicairkan seketika. Apabila terjadi gejolak yang menimbulkan dampak negatif pada perekonomian, dengan cepat dana panas tersebut akan segera keluar dan menyebabkan fluktuasi pada pasar finansial.

Apabila Negara yang mengalami fluktuasi tersebut tidak sigap ataupun salah dalam mengambil tindakan, dikhawatirkan akan berdampak pada krisis berkepanjangan seperti yang dialami Indonesia sejak tahun 1997.

Uang tidak pernah mengenal nasionalisme, dan juga tidak mengenal humanisme. Uang akan terus berkembang biak sesuai dengan kemauan sang pemiliknya. Peredarannya lebih dikarenakan sebagai alat pemuas semata bagi tuannya. Tanpa mengenal lelah uang akan terus beputar dan berpihak pada siapa (Negara) dia akan lebih menguntungkan. Uang memang berguna bagi kebanyakan manusia, tapi pahamilah bahwa uang panas, dana panas atau hot money itu ga ada gunanya.

No comments: