Friday, June 15, 2012

Mata Uang Bergerak Tak Jauh Dari Fundamentalnya

Medan Bisnis, 30 April 2012

Pergerakan mata uang Eropa dan Amerika dalam minggu kemarin terpantau flat dan berfluktuasi dalam rentang yang tidak begitu lebar. Sejumlah sentimen tengah dinanti termasuk langkah The FED yang akan memberikan stimulus lagi. Sinyal tersebut ditunggu oleh pelaku pasar yang bisa berdampak negatif bagi US Dolar itu sendiri. Sejumlah indikator yang di nanti antara lain laporan dari Bureau of Economic Analysis yang dijadwalkan akan merilis data terkini mengenai pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada triwulan pertama tahun ini.

Walaupun banyak analis yang yakin bahwa PDB AS akan mengalami kenaikan, namun respon yang terjadi justru US Dolar masih bergerak mendatar. Sejumlah spekulasi yang berkembang adalah menanti keputusan The FED terhadap quantitative easing yang bisa saja keluar dalam waktu dekat. Bila sebelumnya stimulus tidak berdampak signifikan, namun bila sejumlah indikator ekonomi AS membaik maka stimulus justru berfungsi sebagai akselerator terhadap laju pertumbuhan ekonomi AS.

Akan tetapi, belum bisa dipastikan dengan begitu cepat bahwa ekonomi AS benar-benar telah masuk ke dalam tahapan ekspansi. Karena, situasi ekonomi Eropa masih masuk kedalam masa resesi yang bahkan akan menemui titik terendah di tahun 2012 ini. Bisa saja yang terjadi sebaliknya, dimana setelah stimulus ternyata tidak memberikan hasil yang maksimal dan justru bereaksi negatif terhadap kinerja US Dolar. Inflasi justru menjadi ancaman baru serta tetap memperlihatkan ekonomi AS yang masih suram dalam beberapa waktu kedepan.

Sementara itu, mata uang Euro bergerak berlawanan terhadap US Dolar akhir akhir ini. Disaat Amerika akan menggelontorkan stimulus, Euro langsung bergerak menguat. Sayangnya penguatan Euro belum menjadi cerminan terhadap kinerja fundamental ekonomi Eropa secara keseluruhan. Terlebih setelah lembaga pemeringkat Standard & Poor's kembali memangkas peringkat utang pemerintah Spanyol, seiring dengan terjadinya kontraksi ekonomi. Fiskal masih menjadi kendala utama spanyol terhadap perbankan.

Peringkat utang jangka panjang pemerintah Spanyol diturunkan satu tingkat dari A menjadi BBB+, sedangkan peringkat utang jangka pendek diturunkan menjadi A-2 dari A-1. Secara keseluruhan peringkat tersebut masih lebih baik dari rating utang Indonesia. Namun, kemungkinan yang lebih buruk bias saja terjadi mengingat sejumlah Negara di Eropa masih terbelit dalam krisis yang diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga 2 atau 3 tahun kedepan. Sehingga isu-isu fundamental kerap akan menjadi tekanan bagi kinerja mata uang Euro kedepan. Melihat kejadian tersebut niscaya mata uang Euro akan menguat secara signifikan dalam waktu dekat. Euro akan lebih sulit bangkit dibandingkan dengan Amerika Serikat. Karena kinerja mata uang Euro merupakan refleksi dari fundamental sejumlah Negara eropa yang memiliki masalah serta kepentingan sendiri.

Sulit untuk mengharapkan eropa benar-benar bersatu dan memiliki satu pandangan yang sama terkait penyelesaian krisis yang terjadi di Eropa saat ini. Ketidak harmonisan serta irama yang berbeda dalam setiap langkah untuk menyelesaikan krisis akan menambah beban bagi Euro dan membuat Euro akan terus tertekan terhadap mata uang major currency lainnya. Dengan melihat kondisi seperti ini. Maka US Dolar masih akan tetap menjadi mata uang yang aman untuk dipegang.
Sehingga US Dolar masih memiliki peluang untuk menguat walaupun Amerika Serikat tengah dilanda krisis yang belum berkesudahan. Hal tersebut dikarenakan minat terhadap safe haven currency seiring dengan memburuknya ekonomi Eropa. Selain itu, mata uang US Dolar masih menjadi mata uang internasional, sehingga dominasi US Dolar masih relatif kuat. Eropa masih akan disibukkan dengan kebijakan penghematan anggaran. Dimana kebijakan tersebut merupakan bentuk kebijakan “berani mati”.

Ekonomi eropa bagaikan masuk kedalam lingkaran setan. Sejumlah berita tak sedap juga masih menghinggapi sejumlah pemerintahan di belahan Negara Eropa, seperti penolakan penghematan anggaran di Perancis, pengunduran diri perdana menteri Belanda serta memburuknya kinerja ekonomi di Jerman. Masalah krisis di Eropa bukan hanya seputar pusaran krisis keuangan, namun telah merambat ke masalah politik. Demokrasi di eropa juga tengah menghadapi guncangan hebat sering dengan memburuknya kinerja ekonomi. Maka nasib mata uang Euro tentunya tidak akan jauh dari krisis multidimensi bangsa eropa saat ini.

No comments: