Friday, June 15, 2012

Rupiah Turun, Fundamental Atau Spekulasi?

Medan Bisnis, 28 Mei 2012

Nilai tukar rupiah kembali terkulai lemas dalam sesi perdagangan minggu kemarin terhadap US Dolar. Pelemahan Rupiah juga sebenarnya dibarengi dengan pelemahan sejumlah mata uang di Asia. Setali tiga uang, dampak dari pelemahan nilai tukar Rupiah berimbas pada melemahnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Kekhawatiran akan melemahnya kekuatan ekonomi di negara-negara Asia seiring dengan meningkatnya gejolak politik di Yunani menjadi pemicu utama melemahnya nilai tukar Rupiah. Sejumlah masalah mengemuka dan ada beberapa masalah yang menjadi perhatian yang bermuasal dari Eropa.

Pertama terpilihnya pemimpin eropa yang berasal dari komunitas yang tidak menyukai penghematan anggaran dalam menyelesaikan krisis. Kedua langkah Yunani yang sebelumnya sempat dispekulasikan akan keluar dari zona euro. setelah pemilihan presiden Yunani yang berasal dari partai oposisi berhaluan sosialis. Ketiga adalah krisis eropa itu sendiri yang diperkirakan akan berada di titik paling kritis dan berpeluang mempengaruhi krisis di negara lain termasuk di Asia.

Bila dikaitkan dengan nilai tukar rupiah, sejatinya para pemegang devisa tidak perlu menarik devisanya dari Indonesia mengingat Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup. Terlebih perekonomian lebih didorong oleh konsumsi sektor domestik yang besar dan tidak begitu dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti krisis di Eropa.

Bila China mengalami penurunan pada laju pertumbuhan ekonomi, itu merupakan hal yang wajar mengingat Eropa masih menjadi target ekspor China. Demikian halnya dengan beberapa negara di Asia lainnya seperti Singapura. Indonesia juga berpotensi mengalami penurunan nilai ekspor, namun ekspor Indonesia lebih merupakan barang-barang yang menjadi barang konsumsi utama masyarakat luar.

Sehingga, ekspor tersebut seharusnya tidak begitu terganggu meskipun terjadi penurunan permintaan di pasar Internasional. Indonesia masih bisa selamat dari terpaan krisis dari Eropa. Setidaknya selama pemerintah masih mampu menjadikan konsumsi dalam negeri menjadi penopang perekonomian nasional untuk sementara waktu.

Nah mengapa nilai tukar Rupiah terkulai lemas?. Bukannya investor juga mengetahui bahwa Indonesia masih relatif kuat sehingga belum harus dikhawatirkan. Jawaban yang mungkin sangat tepat adalah karena banyaknya spekulan yang bermain di pasar keuangan. Spekulan lebih bersikap pragmatis dengan memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan tertentu.

Bila investor lebih memilih untuk memegang US Dolar daripada mata uang asing, dan tidak mau memegang resiko dengan membeli asset di negara berkembang. Indonesia memang termasuk kedalam negara berkembang namun saat ini berdiri sendiri dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional. Yang sejatinya tidak akan terpengaruh dengan gejolak ekonomi yang terjadi di belahan negara lainnya.

Nilai fundamental Rupiah juga tidak jauh dari fundamental ekonominya. Pelemahan Rupiah yang turun signifikan menjadi suatu hal yang dipertanyakan kelazimannya. Kita harus belajar bagaimana spekulan yang ada disingapura sebelumnya sempat membuat Rupiah terkulai beberapa bulan lalu.
Walaupun ada penilaian fundamental, namun penilaian tersebut sepertinya hanya dijadikan alat untuk melakukan tindakan spekulatif dan kurang mendasar bila melihat kinerja ekonomi kita yang tetap bagus. Analisa fundamental yang di beritakan merupakan alat untuk mengajak semua orang menyetujui sesuatu dan berperilaku sama.

No comments: