Nilai tukar rupiah
kembali terkulai lemas dalam sesi perdagangan minggu kemarin terhadap US Dolar.
Pelemahan Rupiah juga sebenarnya dibarengi dengan pelemahan sejumlah mata uang
di Asia. Setali tiga uang, dampak dari pelemahan nilai tukar Rupiah berimbas
pada melemahnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Kekhawatiran akan
melemahnya kekuatan ekonomi di negara-negara Asia seiring dengan meningkatnya
gejolak politik di Yunani menjadi pemicu utama melemahnya nilai tukar Rupiah.
Sejumlah masalah mengemuka dan ada beberapa masalah yang menjadi perhatian yang
bermuasal dari Eropa.
Pertama terpilihnya
pemimpin eropa yang berasal dari komunitas yang tidak menyukai penghematan
anggaran dalam menyelesaikan krisis. Kedua langkah Yunani yang sebelumnya
sempat dispekulasikan akan keluar dari zona euro. setelah pemilihan presiden
Yunani yang berasal dari partai oposisi berhaluan sosialis. Ketiga adalah
krisis eropa itu sendiri yang diperkirakan akan berada di titik paling kritis
dan berpeluang mempengaruhi krisis di negara lain termasuk di Asia.
Bila dikaitkan dengan
nilai tukar rupiah, sejatinya para pemegang devisa tidak perlu menarik
devisanya dari Indonesia mengingat Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang
cukup. Terlebih perekonomian lebih didorong oleh konsumsi sektor domestik yang
besar dan tidak begitu dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti krisis di
Eropa.
Bila China mengalami
penurunan pada laju pertumbuhan ekonomi, itu merupakan hal yang wajar mengingat
Eropa masih menjadi target ekspor China. Demikian halnya dengan beberapa negara
di Asia lainnya seperti Singapura. Indonesia juga berpotensi mengalami
penurunan nilai ekspor, namun ekspor Indonesia lebih merupakan barang-barang
yang menjadi barang konsumsi utama masyarakat luar.
Sehingga, ekspor
tersebut seharusnya tidak begitu terganggu meskipun terjadi penurunan
permintaan di pasar Internasional. Indonesia masih bisa selamat dari terpaan
krisis dari Eropa. Setidaknya selama pemerintah masih mampu menjadikan konsumsi
dalam negeri menjadi penopang perekonomian nasional untuk sementara waktu.
Nah mengapa nilai tukar
Rupiah terkulai lemas?. Bukannya investor juga mengetahui bahwa Indonesia masih
relatif kuat sehingga belum harus dikhawatirkan. Jawaban yang mungkin sangat
tepat adalah karena banyaknya spekulan yang bermain di pasar keuangan. Spekulan
lebih bersikap pragmatis dengan memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan
tertentu.
Bila investor lebih
memilih untuk memegang US Dolar daripada mata uang asing, dan tidak mau
memegang resiko dengan membeli asset di negara berkembang. Indonesia memang
termasuk kedalam negara berkembang namun saat ini berdiri sendiri dalam
menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional. Yang sejatinya tidak akan terpengaruh
dengan gejolak ekonomi yang terjadi di belahan negara lainnya.
Nilai fundamental
Rupiah juga tidak jauh dari fundamental ekonominya. Pelemahan Rupiah yang turun
signifikan menjadi suatu hal yang dipertanyakan kelazimannya. Kita harus
belajar bagaimana spekulan yang ada disingapura sebelumnya sempat membuat
Rupiah terkulai beberapa bulan lalu.
Walaupun ada penilaian fundamental, namun
penilaian tersebut sepertinya hanya dijadikan alat untuk melakukan tindakan
spekulatif dan kurang mendasar bila melihat kinerja ekonomi kita yang tetap
bagus. Analisa fundamental yang di beritakan merupakan alat untuk mengajak
semua orang menyetujui sesuatu dan berperilaku sama.
No comments:
Post a Comment