Monday, September 22, 2008

Minyak Turun, US Dolar Berpotensi Menguat

Medan Bisnis, 21 Juli 2008
Harga minyak mentah dunia sempat menyentuh level tertingginya, seiring dengan peluncuran uji coba senjata yang dilakukan oleh Iran. Aksi pamer senjata tersebut ternyata ditanggapi sebagai bentuk ujicoba pertahanan militer Iran terhadap kemungkinan serangan senjata yang akan dilancarkan oleh tentara Israel.

Kekhawatiran pun muncul di pasar finansial. Serangan tersebut akan membuat harga minyak semakin mahal dan langka, sementara menurut laporan cadangan minyak di Amerika Serikat mulai menurun. Tak terelakkan lagi harga minyak naik tajam dan membuat kekhawatiran akan tingginya laju tekanan inflasi.

Terlepas dari permasalahan fundamental harga minyak seperti demand & supply. Permasalahan geopolitik di Iran baru-baru ini telah menyita perhatian banyak pelaku bisnis, dan sempat dijadikan biang keladi melambungnya harga minyak dunia. Ditambah lagi aksi beli para spekulan.

Namun, benarkah pemerintah AS merestui serangan yang akan dilancarkan Israel ke Iran?. Tentu tidak, bukan karena AS atau Israel tidak memiliki amunisi yang cukup maupun teknologi yang tidak memadai. Namun, membaiknya hubungan Iran dan AS baru-baru ini lebih disebabkan oleh kekhawatiran akan kembali bergejolaknya harga minyak dunia dan mengancam perekonomian di AS.

Iran yang sebelumnya dituduh sebagai negara yang melanggar ketentuan PBB dalam pengembangan senjata nuklir, ternyata tetap mendapatkan perlakuan khusus. Hal ini disebabkan bargaining position (posisi tawar) Iran jauh lebih baik dibandingkan dengan posisi Amerika. Iran yang menjadi negara pengekspor minyak terbesar no.2 dunia dan tentunya masih akan tetap diperhitungkan di kancah perpolitikan internasional.

Posisi Iran tersebut tentunya akan membuat negara tersebut imun (kebal) terhadap segala bentuk ancaman serangan militer dari luar khususnya Amerika. Sumber daya alam yang dimiliki tetap berguna sebagai tameng dalam menangkal intervensi politik terhadap negara tersebut. Dan cukup berguna untuk menekan negara lain.

Selain itu, posisi Iran serta langkah yang diambil Iran dengan sedikit merapatkan badan dengan Amerika Serikat juga berguna bagi kestabilan perekonomian global. Bayangkan hanya dengan memperbaiki hubungan dengan AS, harga minyak dunia turun ke level US$128/barel, setelah sempat naik ke level US$147/barel.

Bahkan mata uang US Dolar sendiri sempat menguat secara tajam dibandingkan dengan pergerakan mata uang Euro. Meskipun banyak yang menilai bahwa turunnya harga minyak disebabkan oleh persepsi pasar yang tidak menginginkan harga minyak naik lebih jauh lagi karena menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

Namun, penulis berpendapat turunnya harga minyak lebih dikarenakan oleh membaiknya hubungan yang dijalin antara AS dan Iran. Meskipun belum ada yang memprediksikan sampai sejauh mana hubungan tersebut akan terjalin. Namun, setidaknya akan memberikan kenyamanan pada pasar finansial dalam jangka pendek.

Dalam beberapa waktu kedepan US Dolar masih berpotensi untuk terus menguat terhadap mata uang Global. Mengingat pemerintah AS yang dinilai mampu dalam mengatasi permasalahan di dua perusahaan properti terbesar di AS. Euro diperkirakan akan kembali melanjutkan tren pelemahan terhadap US$ karena Gubernur Bank Sentral Eropa menyatakan bahwa pelemahan ekonomi di zona Eropa masih berlanjut.

Seiring dengan meningkatnya laju tekanan inflasi di AS, maka US$ masih tetap akan mendapatkan sentimen positif, karena diprediksi akan kembali dinaikkannya suku bunga Bank Sentral AS atau The FED Fund Rate.

No comments: