Monday, September 22, 2008

Pasar Kembali Berkonsolidasi

Medan Bisnis, 28 Juli 2008
Setelah sempat gunjang-ganjing fluktuasi pasar yang disebabkan harga minyak. Saat ini pasar kembali berkonsolidasi dengan tetap fokus kepada data-data perekonomian Amerika. Sekali lagi data perkonomian AS kembali membuat kejutan dengan merealisasikan angka aktual diluar perkiraan sebelumnya.

Diantaranya data permintaan terhadap barang-barang tahan lama atau durable goods order yang naik selama bulan juni 2008 sebesar 0.8%. Selain itu, data penjualan rumah juga menunjukan hal serupa dimana lebih tinggi dari ekspektasi sebelumnya. Kedua data tersebut kembali mengangkat nilai tukar US Dolar yang kembali menguat terhadap hampir semua mata uang utama dunia.

Pasar saat ini pasar tidak memiliki sentiment yang cukup yang akan menjadi penggerak pasar selanjutnya. Namun, konsolidasi yang dilakukan pasar saat ini sepertinya akan lebih menjadi pendorong positif bagi penguatan US Dolar ke depan. Seiring dengan memudarnya ekspektasi kenaikan suku bunga di kawasan Eropa.

Kejutan-kejutan yang sering terjadi pada pergerakan harga minyak sepertinya tidak akan begitu terasa, karena telah terjadi penurunan harga yang cukup signifikan setelah sempat naik tajam sebelumnya. Hingga saat ini, fluktuasi harga minyak belum menunjukan adanya fluktuasi yang tajam seiring dengan membaiknya hubungan AS dan Iran.

Selain itu, dalam waktu dekat mata uang US Dolar juga akan mendapatkan angin segar seiring akan dirilisnya data Gross Domestic Product (GDP), yang diperkirakan juga akan mengalami peningkatan seiring dengan membaiknya data perekonomian AS. Hal tersebut akan berpengaruh cukup signifikan bagi greenback untuk mengurangi kerugiannya terhadap major currency.

Namun, beberapa kemungkinan tersebut bisa saja tidak sesuai dengan ekspektasi. Karena saat ini calon presiden AS yang baru Barrack Obama justru menyatakan sikap untuk membawa Iran kembali mengikuti aturan PBB terkait dengan pengemabangan program nuklirnya.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa AS tetap akan mempermasalahkan program nuklir yang dikembangkan Iran ke depan, dan berpotensi membawa harga minyak naik lebih tajam lagi. Ketegangan tersebut sepertinya belum akan berakhir meskipun akan terjadi perubahan kepemimpinan di Amerika.

Kembali ke dalam negeri. Pergerakan US Dolar yang masih labil tidak akan berpengaruh banyak bagi pergerakan Rupiah. Nilai tukar rupiah masih menunjukan pergerakan yang relatif stabil meskipun terjadi fluktuasi yang tajam pada mata uang utama dunia.

Inflasi yang cukup stabil serta dibarengi oleh BI yang terus melakukan penetrasi terhadap kemungkinan fluktuasi Rupiah (intervensi pasar) akan tetap membuat mata uang Rupiah bergerak dalam rentang yang terbatas. Apalagi BI mempunyai cadangan devisa yang cukup untuk meredam segala bentuk gejolak pasar yang kemungkinan terjadi.

Meski demikian bursa saham belum mampu menunjukan peforma yang lebih baik. Hal tersebut dikarenakan banyak Bank sentral di dunia ini yang memberlakukan kebijakan uang ketat atau tight money policy guna meredam laju inflasi. Saham-saham yang berpeluang terkoreksi sangat dalam adalah saham-saham perbankan. Karena Bank diperkirakan akan mengalami kesulitan dalam penyaluran kredit, akibat tekanan suku bunga yang cukup tinggi.

No comments: