Monday, September 22, 2008

Iran Menjadi Kunci Penting Kestabilan Ekonomi

Medan Bisnis, 7 Juli 2008
Rencana Israel yang akan melakukan invasi terhadap pusat pembangkit tenaga nuklir di Iran menimbulkan tekanan terhadap perkembangan harga minyak yang terus naik keatas. Maklum saja Iran merupakan negara pengekspor minyak terbesar ke 2 di dunia. Sehingga, menjadi kunci penting bagi perdagangan minyak di pasar internasional.

Sejauh ini, Iran bersikukuh bahwa tenaga nuklir yang dikembangkan saat ini adalah untuk keperluan pembangkit tenaga listrik semata. Namun, pendapat berbeda justru datang dari Eropa dan Amerika yang menyatakan perkembangan tenaga nuklir di Iran digunakan sebagai pembuatan senjata militer yang mengancam keselamatan umat manusia di bumi ini.

Dan permasalahan geo-politik Iran pada saat ini telah di “kambing hitam-kan” sebagai salah satu pemicu tingginya harga minyak dunia. Pada bulan Januari 2006 Iran memang telah melanggar perjanjian PBB dengan meluncurkan program yang diberi nama Nuklir Natanz untuk pengayaan Uranium. Dan Iran sendiri telah mengembangkan penelitian yang sudah berlangsung sekitar 2 tahun pada saat itu.

Menghadapi hal tersebut pemerintah Iran terus melakukan langkah ofensif dengan sejumlah pernyataan yang mengancam akan menngurangi pasokan minyaknya ke Eropa dan Amerika apabila negara tersebut benar-benar di invasi. Dan OPEC sendiri sangat mengkhawatirkan langkah Iran yang akan mengurangi pasokan, karena akan membuat cadangan minyak dunia terancam dan akan membuat harga minyak naik serta menekan laju pertumbuhan.

Kini, dunia kembali dihadapkan dengan masalah geo politik Iran yang berpotensi membuat banyak negara terjebak dalam krisis yang berkepanjangan. Permasalahan tersebut juga membuat banyak negara seperti Indonesia yang kedodoran menghadapi tingginya laju kenaikan harga minyak. Bahkan pemerintah memperingatkan untuk tidak meributkan masalah kenaikan harga minyak dengan tetap mencari solusi dalam menghadapinya.

Tidak jauh berbeda dengan Amerika. Negeri paman sam tersebut juga direpotkan dengan semakin mahalnya harga minyak, menurunnya pasokan minyak dalam negeri yang turut diperparah dengan memburuknya data-data perekonomian Amerika.

Kondisi tersebut juga menimbulkan ekspektasi dimana Bank Sentral ragu untuk kembali menaikan suku bunga. Hal tersebut nantinya akan berdampak pada semakin terpuruknya mata uang US Dolar meskipun sempat menguat di akhir pekan ini. Dan akan membuat harga minyak naik lebih tinggi lagi.

Meskipun harga minyak sempat turun di minggu kemarin, namun penurunan tersebut tidak lebih karena aksi profit taking (ambil untung) para pelaku pasar. Penurunan harga minyak tersebut juga membuat harga emas turun cukup signifikan. Dan turut diiringi dengan penguatan nilai tukar US Dolar terhadap mata uang dunia terutama Euro.

Selain itu, penguatan US Dolar juga didorong oleh dirilisnya data Non Farm Payroll, yang tidak seburuk dengan perkiraan sebelumnya. Sehingga memberikan sedikit angin segar bagi perdagangan US Dolar. Meski demikian di Amerika telah terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja selama semester pertama tahun 2008. Dan hal tersebut akan tetap menjadi sentimen negatif bagi US$ dalam jangka panjang.

Dengan adanya kejutan-kejutan baru seperti masalah geo politik Iran, perekonomian Amerika juga akan berfluktuasi cukup tajam. Sehingga belum mampu memberikan kepastian akan kebijakan apa yang akan di ambil pemerintah AS dalam menghadapi permasalahan ke depan. Penyelesaian masalah Iran yang nantinya berujung pada Invasi akan memberikan tekanan lain di pasar keuangan dan saham sehingga tetap menyisahkan efek negatif dari aksi tersebut.

Langkah pemerintah Iran dalam menghadapi tekanan internasional akan berimplikasi langsung terhadap pergerakan harga minyak dunia, US$ maupun emas. Isu yang berkembang saat ini sangat mudah digunakan oleh para spekulan untuk meraup keuntungan. Sehingga tidak hanya dipengaruhi oleh demand and supply, kenaikan harga komoditas (dalam waktu dekat) seperti minyak juga akan bergantung pada kebijakan yang arif dari para stakeholders, politik dan para spekulan yang tidak bertanggung jawab.

No comments: