Tuesday, December 04, 2012

Bukan Hanya Rancangan(RAPBN), Yang Lebih Penting Implementasinya


Medan Bisnis, 27 Agustus 2012
Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2013 telah disampaikan oleh presiden SBY hanya beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri. Yang bila ditarik kesimpulan adalah pemerintah masih mengedepankan belanja dalam negeri (domestik) seiring dengan belum pulihnya kinerja perekonomian di luar.
Defisit anggaran yang ditetapkan pemerintah masih relatif kecil yakni 1,6% dari PDB.
Di tahun 2012 defisit anggaran ditetapkan sebesar 2.23%. Dalam penentuan defisit sering terjadi permasalahan di penyerapan anggaran yang sangat lemah. Hal tersebut tentunya menjadi pertanyaan besar, dimana posisi pemerintah sebenarnya?. Anggaran yang telah ditetapkan ternyata tidak mampu dikelola dengan baik sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi tidak berjalan dengan optimal.
Besaran defisit memiliki beban bunga yang harus di bayar. Jika hutang yang digunakan untuk membangun negeri ini telah diterima namun penyerapannya tidak optimal, maka sudah pasti yang ada hanya beban pembayaran bunga maupun pokok, namun kita sama sekali tidak menikmati hasil dari anggaran tersebut. Sehingga cukup realistis bahwa defisit memang seharusnya diturunkan.
Hanya saja, defisit tersebut bisa saja membengkak di tengah jalan bila nantinya terjadi permasalahan geo politik di timur tengah yang hingga saat ini masih hangat-hangatnya. Bila pemerintah tidak segera menaikkan harga BBM (mengurangi subsidi), maka besar peluang APBN kita di masa yang akan datang akan mengalami kebocoran.
Walaupun sejauh ini harga minyak relatif stabil dan memiliki kecenderungan turun. Namun kita tidak boleh terlena karena ada sejumlah faktor lain yang bisa saja dengan tiba-tiba mengejutkan harga minyak. Walaupun di tahun 2013 mendatang sejumlah negara besar masih akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif stagnan, bukan berarti harga minyak yang memiliki porsi besar dalam anggaran negara kita tidak akan mengalami kenaikan. Sejumlah kejutan bisa saja terjadi dan itu mutlak untuk di waspadai.
Bila melihat asumsi pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 yang sebesar 6.8% hingga 7.2%, besar kemungkinan asumsi tersebut dapat direalisasikan. Dengan anggaran belanja infrastruktur yang besar yang ditujukan dengan proyek MP3EI, maka sangat mungkin kita dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di tahun 2013 mendatang. Walaupun sejumlah negara negara didunia tengah menghadapi resesi yang berkelanjutan.
Besaran laju inflasi dan nilai tukar Rupiah yang masing-masing di asumsikan sebesar 4.9% dan Rp.9300/US$ juga realistis. Meskipun nilai tukar Rupiah memiliki tren penguatan nantinya terhadap US Dolar, namun penguatan Rupiah seharusnya tidak begitu signifikan terhadap mata uang asing guna menciptakan kestabilan moneter.
Sementara itu laju inflasi yang sebesar 4.9% seharusnya mampu untuk terus di tekan. Inflasi harus didorong lebih dalam lagi dengan perbaikan infrastruktur maupun infrastruktur pendukung lainnya yang memudahkan kelancaran barang maupun meningkatkan iklim investasi. Angka 4.9% yang ditetapkan oleh pemerintah sepertinya merupakan asumsi yang telah memperhitungkan kemungkinan kenaikan tarif dasar listrik maupun harga BBM di tahun 2013 mendatang.
Dalam RAPBN 2013 pemerintah telah menetapkan sejumlah prioritas. Priotitas tersebut adalah reformasi birokrasi dan tata kelola, pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan, infrastruktur, iklim investasi dan usaha, energi, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik serta kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi.
Dari sekian banyak rencana pemerintah tersebut, yang paling penting adalah tahapan implementasinya. Implementasi disini berarti APBN benar-benar difungsikan secara optimal. Masalah penyerapan anggaran yang rendah ataupun penggunaan anggaran yang tidak semestinya seharusnya mampu dikontrol dan diminimalisir.
RAPBN 2013 secara keseluruhan memang realistis. Namun, bukan jaminan bahwa kelanjutan pembangunan di negeri ini akan sesuai dengan sejumlah asumsi yang ditetapkan. Ada banyak faktor baik eksternal dan internal. Sebagus apapun RAPBN tidak akan berarti apa-apa bila impelementasi di lapangan tidak optimal.

No comments: