Medan Bisnis, 27 Agustus 2012
Rancangan
Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2013 telah disampaikan oleh
presiden SBY hanya beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri. Yang bila
ditarik kesimpulan adalah pemerintah masih mengedepankan belanja dalam negeri
(domestik) seiring dengan belum pulihnya kinerja perekonomian di luar.
Defisit
anggaran yang ditetapkan pemerintah masih relatif kecil yakni 1,6% dari PDB.
Di tahun 2012 defisit anggaran ditetapkan sebesar 2.23%. Dalam penentuan defisit sering terjadi permasalahan di penyerapan anggaran yang sangat lemah. Hal tersebut tentunya menjadi pertanyaan besar, dimana posisi pemerintah sebenarnya?. Anggaran yang telah ditetapkan ternyata tidak mampu dikelola dengan baik sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi tidak berjalan dengan optimal.
Di tahun 2012 defisit anggaran ditetapkan sebesar 2.23%. Dalam penentuan defisit sering terjadi permasalahan di penyerapan anggaran yang sangat lemah. Hal tersebut tentunya menjadi pertanyaan besar, dimana posisi pemerintah sebenarnya?. Anggaran yang telah ditetapkan ternyata tidak mampu dikelola dengan baik sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi tidak berjalan dengan optimal.
Besaran
defisit memiliki beban bunga yang harus di bayar. Jika hutang yang digunakan
untuk membangun negeri ini telah diterima namun penyerapannya tidak optimal,
maka sudah pasti yang ada hanya beban pembayaran bunga maupun pokok, namun kita
sama sekali tidak menikmati hasil dari anggaran tersebut. Sehingga cukup
realistis bahwa defisit memang seharusnya diturunkan.
Hanya saja,
defisit tersebut bisa saja membengkak di tengah jalan bila nantinya terjadi
permasalahan geo politik di timur tengah yang hingga saat ini masih
hangat-hangatnya. Bila pemerintah tidak segera menaikkan harga BBM (mengurangi
subsidi), maka besar peluang APBN kita di masa yang akan datang akan mengalami
kebocoran.
Walaupun
sejauh ini harga minyak relatif stabil dan memiliki kecenderungan turun. Namun
kita tidak boleh terlena karena ada sejumlah faktor lain yang bisa saja dengan
tiba-tiba mengejutkan harga minyak. Walaupun di tahun 2013 mendatang sejumlah
negara besar masih akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif stagnan,
bukan berarti harga minyak yang memiliki porsi besar dalam anggaran negara kita
tidak akan mengalami kenaikan. Sejumlah kejutan bisa saja terjadi dan itu
mutlak untuk di waspadai.
Bila melihat
asumsi pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 yang sebesar 6.8% hingga 7.2%, besar
kemungkinan asumsi tersebut dapat direalisasikan. Dengan anggaran belanja
infrastruktur yang besar yang ditujukan dengan proyek MP3EI, maka sangat
mungkin kita dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di tahun 2013
mendatang. Walaupun sejumlah negara negara didunia tengah menghadapi resesi
yang berkelanjutan.
Besaran laju
inflasi dan nilai tukar Rupiah yang masing-masing di asumsikan sebesar 4.9% dan
Rp.9300/US$ juga realistis. Meskipun nilai tukar Rupiah memiliki tren penguatan
nantinya terhadap US Dolar, namun penguatan Rupiah seharusnya tidak begitu
signifikan terhadap mata uang asing guna menciptakan kestabilan moneter.
Sementara
itu laju inflasi yang sebesar 4.9% seharusnya mampu untuk terus di tekan.
Inflasi harus didorong lebih dalam lagi dengan perbaikan infrastruktur maupun
infrastruktur pendukung lainnya yang memudahkan kelancaran barang maupun
meningkatkan iklim investasi. Angka 4.9% yang ditetapkan oleh pemerintah
sepertinya merupakan asumsi yang telah memperhitungkan kemungkinan kenaikan
tarif dasar listrik maupun harga BBM di tahun 2013 mendatang.
Dalam RAPBN
2013 pemerintah telah menetapkan sejumlah prioritas. Priotitas tersebut adalah
reformasi birokrasi dan tata kelola, pendidikan, kesehatan, penanggulangan
kemiskinan, ketahanan pangan, infrastruktur, iklim investasi dan usaha, energi,
lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, daerah tertinggal, terdepan, terluar
dan pasca konflik serta kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi.
Dari sekian
banyak rencana pemerintah tersebut, yang paling penting adalah tahapan
implementasinya. Implementasi disini berarti APBN benar-benar difungsikan
secara optimal. Masalah penyerapan anggaran yang rendah ataupun penggunaan
anggaran yang tidak semestinya seharusnya mampu dikontrol dan diminimalisir.
RAPBN 2013 secara keseluruhan memang realistis.
Namun, bukan jaminan bahwa kelanjutan pembangunan di negeri ini akan sesuai
dengan sejumlah asumsi yang ditetapkan. Ada banyak faktor baik eksternal dan
internal. Sebagus apapun RAPBN tidak akan berarti apa-apa bila impelementasi di
lapangan tidak optimal.
No comments:
Post a Comment