Tuesday, December 04, 2012

Pertumbuhan Ekonomi SUMUT Tertekan Hingga Akhir Tahun 2012

Medan Bisnis, 13 Agustus 2012

PDRB (Produk Somestik Regional Bruto) Sumatera Utara semester I tahun 2012 atas dasar harga konstan 2000, meningkat sebesar 6,30 persen. Kenaikan tersebut jelas lebih kecil dari PDRB untuk semester yang sama tahun 2011 silam. Bila dibandingkan dengan semester I tahun 2011, maka pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun ini lebih kecil karena pada semester I tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Sumut mampu mencapai 6,54 persen. Sektor konsumsi masih menjadi basis utama pertumbuhan ekonomi SUMUT.

Kondisi serupa juga terjadi untuk perekonomian nasional yang juga ditopang oleh konsumsi domestik. Sementara laju ekspor SUMUT terus mengalami tekanan dari sisi permintaan. Hal itu terjadi karena SUMUT merupakan wilayah yang unggul dengan sektor pertaniannya. Dan sejumlah komoditas seperti sawit, karet dan kopi menjadi komoditas ekspor yang sangat bergantung dari sisi permintaan Negara luar. 

Untuk sawit, permintaan akan sawit dunia (CPO) masih didominasi oleh dua Negara besar seperti China dan India. Negara yang menjadi pembeli CPO kita adalah Uni Eropa, Amerika serikat dan sejumlah Negara di kawasan amerika latin lainnya. Sejauh ini China dan India terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang menurun. Menurunnya pertumbuhan ekonomi tersebut membuat permintaan akan CPO juga akan mengalami penurunan pula.

Harga CPO di pasaran internasional telah mengalami penurunan harga sebesar 4,9% dalam kurun waktu setahun terakhir. Dan dalam kurun waktu 4 bulan terakhir harga CPO telah mengalami penurunan sebesar 5,1%. Harga CPO saat ini berada dikisaran Rp. 7.800/Kg nya. Sehingga wajar bila PDRB SUMUT juga mengalami penurunan yang serupa di semester 1 tahun 2012 ini.

Selain sawit, harga karet yang mengalami penurunan paling tajam. Pelemahan ekonomi dunia yang cukup signifikan membuat permintaan akan karet mengalami penurunan yang cukup signifikan pula. Saat ini harga karet di pasaran internasional di perdagangkan di harga Rp.33.500/Kg. Atau dalam setahun terakhir harga karet telah mengalami penurunan sebesar 22.6%, dan dalam kurun waktu 4 bulan terakhir telah turun sebesar 6.2%.

Karet mengalami penurunan yang sangat tajam, karena karet bukan menjadi bahan kebutuhan penting bagi masyarakat luar. Sehingga harga karet mengalami kejatuhan yang dalam bila dibandingkan dengan penurunan harga sawit. Kondisi ini akan berlangsung setidaknya hingga akhir tahun 2012 nanti. Sawit akan mengalami penurunan harga mengingat musim panen masih akan terus berlangsung hingga bulan oktober mendatang.

Sementara baik karet dan sawit juga harus menunggu proses penyelesaian krisis di sejumlah Negara maju yang sejauh ini masih mengalami krisis yang belum berkesudahan. Akan tetapi, sekalipun nantinya harga sawit mengalami kenaikan, namun produksi jelas akan menyusut setelah panen raya. Sehingga PDRB SUMUT tidak akan jauh beranjak dari levelnya saat ini dan bahkan berpeluang kembali tertekan hingga akhir tahun ini.

Satu hal yang bisa mengurangi bebannya adalah terjadinya pelemahan mata uang Rupiah terhadap Dolar. Pelemahan Rupiah akan membuat nilai ekspor membengkak dan akan berpotensi membuat PDRB SUMUT membaik. Namun, kemana Rupiah nantinya bergerak?. Berbagai langkah telah diambil Bank Indonesia maupun pemerintah untuk menahan pelemahan rupiah.

Namun, rupiah tak kunjung menguat. Sejauh ini Rupiah masih bertahan di kisaran 9400 – 9500. Sejauh ini langkah yang diambil pemerintah lebih menekankan agar Rupiah tidak melemah terlalu dalam. Sehingga peluang Rupiah melemah dari kisaran 9500 akan sulit tercapai. Inilah yang membuat nilai ekspor SUMUT nantinya tidak akan banyak berubah dari realisasi sebelumnya. Kecuali faktor konsumsi yang terus di pacu.

Namun, setelah Idul Fitri tentunya konsumsi setelah perayaan keagamaan akan kembali bergerak netral. Tanpa ada perayaan keagamaan lain maka besar kemungkinan sumbangan konsumsi dalam pembentukan PDRB akan berkurang. Sehingga SUMUT masih harus bekerja lebih keras lagi untuk meningkatkan PDRB nya hingga akhir tahun nanti.

No comments: